Hari sudah sore pukul 15:00, Eguh bergegas pergi ke kamar mandi. Selesai mandi, Eguh pun memakai pakaian santainya.
Tak berselang lama, tiba-tiba hape Eguh berdering …
Tuuuutt … tuuuuuttttt.
Saat Eguh melihat layar hapenya, ternyata yang menelpon dia adalah sang kekasih. Lalu Eguh langsung mengangkat telpon dari sang kekasih.
“Yang! Aku udah di depan kost kamu …,” kata Indah dari seberang telpon.
“Iya Sayang! Aku turun sekarang,” ucap Eguh.
“Iya Sayangku …, buruan. Aku tunggu di dalam mobil,” kata Indah memohon.
Setelah telpon dari kekasihnya berakhir, Eguh bergegas beranjak menghampiri Indah yang menunggunya di halaman kosannya. Eguh berjalan melangkah ke tangga menuju lantai satu. Langsung Eguh menuju ke halaman kosan yang terlihat mobil Brio merah kekasihnya terparkir.
Indah yang melihat kedatangan sang kekasih, lalu Indah keluar dari dalam mobil.
“Yang!” sapa Inda
Keesokan harinya … Kukuruyukkk … Suara ayam jago berkokok dan saling bersahutan. Hari sudah pagi pukul 06:25, Eguh baru selesai menyiapkan semua buku pelajaran untuk hari ini. Iya, hari ini adalah hari pertama Eguh berangkat sekolah dari tempatnya kost. Saat sudah membereskan semua buku pelajarannya, Eguh beranjak pergi ke kamar mandi. Selesai mandi Eguh pun beranjak masuk ke dalam kamar kostnya untuk berganti baju seragam sekolahnya. Setelah memakai baju seragam dan berdandan rapi, Eguh beranjak dari kamarnya dan berjalan turun ke lantai 1. Saat sudah berada di lantai bawah, salah satu teman kostnya menyapa. “Guh! Sini sarapan dulu,” kata salah satu teman kostnya. “E-eh! aku sarapan di warung depan saja Mas,” ucap Eguh pelan. “Sudah sini kita sarapan bareng-bareng,” ajak salah satu teman kostnya yang lain. Lalu tanpa sungkan Eguh pun menghampiri teman-teman kostnya, dan Eguh langsung ikutan sarapan bersa
Hari berlalu, minggu berganti. Tak terasa sudah 2 minggu berlalu setelah ujian semester. Eguh mulai membereskan beberapa pakaian kotornya dan memasukkan ke dalam tas koper. Selesai membereskan semua pakaian kotornya ke dalam tas koper, Eguh mencoba untuk berbaring telentang diatas kasur spring bed sebentar untuk istirahat sambil menunggu jemputan dari mang Emon. Saat sedang enak-enaknya tiduran, tiba-tiba terdengar suara dering telpon dari HP miliknya yang terletak diatas meja belajar. Kriiingggg … Lalu Eguh bergegas mengambil HP miliknya diatas meja belajarnya. Saat dilihat layar HPnya ternyata telpon dari sang ibu, dan segera Eguh mengangkat telpon dari sang ibu. “Assalamu’alaikum. Iya Buu!” ucap Eguh. “W*’alaikumsalam. Kamu jadi balik hari ini ya, Nak?” balas sang ibu dan bertanya dari seberang telpon. “Insya Allah jadi Buu! Eguh kan kangen sama ayah, ibu dan juga sama d
‘Akhirnya aku bisa liburan dan kembali ke kampung halaman tercinta …,’ gumam Eguh dalam hati.Hari sudah mulai gelap, hari sudah malam, pukul 19:30, Eguh dan kedua orang tuanya lagi ngumpul di ruang keluarga yang juga menjadi ruang makan. Eguh dan kedua orang tuanya sedang mengobrol ringan sambil menonton TV dan menikmati gorengan dan teh hangat.“Gimana Nak, nilai raportnya?” tanya sang ayah penasaran.“Iya Nak, coba kasih lihat sama ibu dan ayah?” kata sang ibu yang juga penasaran.“Alhamdulillah, Yahh, Buu!” ucap Eguh, lalu beranjak untuk mengambil raportnya di dalam tas rangsel sekolahnya yang ada di kamar.Tak berselang lama Eguh kembali dengan membawa raportnya, lalu memberikannya kepada sang ayah. Hendra mulai membuka lembar demi lembar buku raport milik putranya di semester genap. Terlihat senyum bangga dari Hendra saat melihat nilai-nilai dalam raport putranya.
Hari sudah siang pukul 13:30, suasana di warung mie ayam milik Hendra masih terlihat ramai oleh para pembeli yang lagi menikmati mie ayam bikinan Hendra. Tak henti-hentinya pembeli yang datang dan pergi ke warung mie ayam milik Hendra. Hingga waktu sudah menjelang sore mie ayam pun telah habis.Setelah selesai membersihkan perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk jualan mie ayam, serta merapikan meja dan kursi. Hendra, anaknya Eguh dan ketiga pegawainya mulai bersiap-siap untuk pulang. Sebelum beranjak pulang Hendra meminta tolong kepada Anita untuk membelikan nasi untuk makan sore. Mereka berempat menunggu Anita sambil duduk di gazebo bambu yang terletak di belakang warung.“Oh iya Pur! Besok saya bisa minta tolong? Kamu urus warung ya,” kata Hendra memohon.“Siap pak Bos!” ucap Purnomo dengan semangat.“Besok kamu bantuin mereka ya, Nak!” kata Hendra memohon kepada sang anak.“Iya Yahh!” ucap
Hari berlalu, minggu berganti. Tak terasa sudah seminggu Eguh menikmati liburan semesternya di kampung halaman. Ada banyak pengalaman yang Eguh pelajari selama seminggu ini. Bagaimana kedua orang tuanya menanamkan jiwa kepemimpinan, mengajarinya untuk mandiri dan hidup sederhana.Selama seminggu ini yang dilakukan Eguh adalah membantu kedua orang tuanya. Baik di rumah maupun di warung mie ayam milik kedua orang tuanya. Dan tak jarang Eguh melepas rasa kangen dan rindu dengan sang kekasih melalui jejaring seluler. Tiap hari selalu menyempat diri untuk mengabari dan menanyakan kabar sang kekasih.Seperti sore ini …Tok … tok … tok …“Nak! Bangun udah jam 4 ni,” kata sang ibu agak berteriak dari balik pintu kamar Eguh, mencoba untuk membangunkannya.“Hoooaaaammmmm, hmm …,”“Iya Buu! Ini Eguh sudah bangun,” kata Eguh agak bermalas-malasan.S
Keesokan paginya …Kukuruyuukkk …Suara kokokan ayam tetangga di belakang rumah Indah terdengar bersaut-sautan membangunkan Indah dan ketiga sahabatnya dari tidur mereka.“Hoooaaaammmmm, hmm …,”Dengan masih agak bermalas-malasan Indah mencoba untuk bangun dan melihat jam di hapenya.“Waduh, udah jam 7!” kata Indah agak kaget, lalu mencoba membangunkan ketiga sahabatnya.“Er, Er, Er …, bangun udah jam 7 ni!” kata Indah agak berteriak, sambil menggoyang-goyang tubuh Erna yang tidur disampingnya.“Hoaammm, hmm …,” Erna menguap di depan wajah Indah.“Ah! Sialan lu Beib! Mulut lu bau jengkol tau! Pakai acara menguap di depan muka gue lagi,” kata Indah agak ngambek.“Eh, maaf Beib! Maaf …,” ucap Erna memohon.“Udah, sana lu bangunin mereka berdua. Gue mau mandu dul
“Sesuai dengan pesanan. Dua mangkok mie ayam komplit, satu porsi pangsit goreng, satu porsi pangsit basah, satu porsi ceker dan es jeruk. Selamat menikmati,” kata Eguh yang baru selesai menghidangkan semua pesanan Cindy diatas meja tempatnya duduk. “Sini temenin aku makan. Mau kemana?” ucap Cindy mencoba untuk menghentikan langkah Eguh yang ingin pergi. “Bantuin ayah dong!” balas Eguh memberikan alasan. “Temenin aku makan ya …,” ucap Cindy manja. “Masak kamu tega ngebiarin aku menghabiskan yang ada diatas meja ini sendirian?” sambung Cindy memelas. “Biarin! Salah siapa pesan begitu banyak? Makanya kalo mesan itu secukupnya aja. Kalo seperti ini bagaimana terus?” kata Eguh menasehati. “Kan aku pesan ini buat kita makan berdua …,” ucap Cindy dengan raut wajah sedihnya. “Ya sudah kalo tidak mau nemenin aku makan. Aku makan sendiri aja kalo gitu,” sambung Cindy, lalu menyantap mie ayam komplit pesanannya. Yang sebelumnya sudah dibe
Indah dan ketiga sahabatnya kini sudah berada di dalam “San-San Mall”, dan sudah berada di salah satu distro pakaian terbesar di mall tersebut. Mereka berempat mulai melihat-lihat baju, kaos dan rok panjang yang terpajang di rak baju gantung. “Kayaknya bagus ini Beib!” kata Erna menunjuk baju yang dilihat oleh Indah. “Iya sih, Beib!” ucap Indah sedikit ragu-ragu dengan baju pilihannya itu. “Ya sudah cari yang lain. Siapa tau ada yang lebih bagus dari yang ini,” ajak Erna. Lalu mereka berdua kembali melihat-lihat lagi baju yang terpajang di rak gantung lainnya. Tak berselang lama tatapan mata Indah tertuju pada sebuah baju yang terpajang di sebuah patung manekin setengah badan di atas etalase kaca. “Beib, kalo ini bagaimana?” tanya Indah yang terpesona dengan baju yang dilihatnya itu. “Wah, ini baru cocok kamu pakai Beib!” ucap Erna. “Aku ambil yang itu aja deh!” kata Indah yakin. “Mbak, ukuran L ada?” tan
Keesokan harinya…Hari jum’at ini Eguh pergi ke sekolah seperti biasa. Selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah warna cokelat serta sepatu hitam Eguh segera pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Eguh mampir dulu ke warung nasi di depan kosannya untuk sarapan. Sengaja pagi ini dia sarapan nasi uduk.Selesai sarapan barulah Eguh berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Saat Eguh sampai di depan gerbang sekolah, dia bertemu dengan Indah yang baru turun dari mobil yang mengantarnya.“Hai …,” sapa Eguh ramah, saat dirinya bertemu dengan Indah.“Hai juga!” balas sapa Indah.“Gimana kabarnya ni? Kok sepertinya sekarang jarang ke kantin?” lanjut Indah bertanya.“Ya begini ini …, Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa kabarnya?” jawab Eguh, lalu balik bertanya.“Lu bisa lihat sendiri kan kondisiku …, Alhamdulillah baik juga
Sore hari menjelang, pukul 16:20. Di sebuah kosan… BRAAKKK! Suara pintu kosan tertabrak sesuatu dari luar. Eguh, Andre, Baron, Heru, dan Alek yang lagi nyantai di ruang tengah sambil nonton TV. Tiba-tiba kaget mendengar suara gaduh akibat benturan dari sesuatu yang menabrak pintu kosan. “Lek, tolong lu cek ada apa diluar!” pinta mas Andre. Lalu segera Alek beranjak melangkah menuju keluar untuk mengecek apa yang terjadi di luar kosan. Namun ketika Alek membuka pintu kosan. Betapa terkejutnya dia melihat Jay sudah tergeletak di tanah dengan muka lebam penuh luka. Darah membasahi wajahnya. “JAYY …,” teriak Alek kaget. Eguh, Andre, Baron dan Heru yang mendengar teriakan Alek, langsung beranjak melangkah ke depan. “Bro, ada apa lu teriak-teriak!” ucap mas Andre agak berteriak kepada Alek. “Iya ne! seperti kagak ada kerjaan!” timpal mas
Keesokan harinya… Di pagi hari yang cerah, angin pagi berhembus sepoi. Burung-burung bernyanyi dengan kicauannya yang merdu. Mentari bersinar dengan senyum cerianya menyinari pagi. Rutinitas pagi hari yang selalu Eguh kerjakan, belajar dan bersih-bersih kamar. Terkadang dia juga ikutan memasak sarapan pagi dengan teman-teman kost lainnya. Setelah mengerjakan semua itu, barulah Eguh pergi mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Selesai sarapan Eguh pun berangkat ke sekolah seperti biasanya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dalam kelas, Eguh segera berjalan menuju ke bangkunya yang berada di belakang. Setelah menaruh tas ranselnya diatas meja, dia pun duduk santai dan mengambil buku pelajarannya untuk jam pelajaran pertama di hari kamis. Sambil menunggu bel masuk Eguh pun meluangkan waktu untuk membaca novel karya Kahlil Gibran yang dipinjamnya di perpustakaan beberapa hari yang lalu. Dan saat sedang as
Hari berlalu, minggu berganti, tak terasa sudah dua minggu berlalu setelah Eguh putus dengan Indah. Dua minggu yang menguras hati dan pikiran sudah Eguh lalui dengan kesabaran dan keikhlasan. Bagaimana dia belajar untuk menenangkan hatinya dengan cara mengikhlaskan kepergian orang yang seharusnya pergi. Agar dia bisa move on dan kembali menjadi kepribadian yang ceria. Sehingga di masa depan dia bisa membuka hatinya untuk cinta yang lain. Rutinitas yang Eguh lalui seminggu kemarin pun lebih terasa semakin nyaman. Sehingga bisa membuatnya berdamai lagi dengan hatinya. Kini dirinya juga bisa kembali fokus dengan pelajaran di sekolahnya. Kini Eguh sudah tidak lagi merasa canggung ketika di kantin sekolah ngumpul dan ngobrol dengan Indah. Obrolan di antara Eguh dan Indah sudah terlihat lebih nyaman kembali, bahkan tak jarang juga mereka bercanda bersama. Eguh terlihat benar-benar sudah bisa move on dari sang mantan. Seiring be
Eguh melangkah berjalan menuruni tangga menuju ke lantai satu restoran. Saat Eguh melintasi lantai dua, tak sengaja Eguh melihat Indah dan ketiga sahabatnya sedang makan dan ngumpul. Lalu dengan rasa sedikit ragu dia menghampiri sang mantan yang sedang makan plus ngobrol santai dengan ketiga sahabatnya. “Hai semua …,” sapa Eguh ketika sudah berada di hadapan Indah dan ketiga sahabatnya. “Eh, Guh! Lagi ngapain ni?” sapa Erna agak terkejut dengan kehadiran mantan sahabatnya. Maklum aja, kalo mereka berempat sedang asyik ngobrol pasti tidak begitu peduli dengan situasi sekitar mereka. Indah yang membelakangi Eguh, tiba-tiba salah tinggakah saat sang mantan berdiri tepat di belakangnya. Lalu dia segera menoleh ke belakang. “Guh, kok kamu disini?” tanya Indah. “Iya Er! Ini aku lagi ada acara dengan teman-teman kosan. Gabung yuk?” ajak Eguh. “Kangen sama kamu yang pernah mengisi hatiku dengan keindahan cinta …,” goda Eguh ke Indah sambil sen
Dalam heningnya malam…Di kamar kost, terlihat Eguh terdiam dalam hening dan sunyi. dia memikirkan perubahan yang terjadi pada sang mantan. Dia seakan tak percaya dengan sikap sang mantan siang tadi di kantin sekolah. Situasi siang tadi di kantin sekolah, seakan telah membawa kembali kebahagiaan hati yang telah lama dinodai kegalauan.‘Aku kira dia tidak mau lagi mengenal diri ini yang hanya seorang anak penjual mie ayam. Tetapi tadi siang tidak! Saat aku melihatnya di kantin sekolah, dia malah memanggil dan mengajakku untuk gabung satu meja dengannya. Huffttt …, sepertinya berteman dengannya adalah pilihan terbaik buat kebersamaan kita!’ gumam Eguh dalam hati.Karena suntuk di dalam kamar, Eguh mencoba untuk bersantai di teras depan kamarnya. Sambil bersandar ke pagar tembok tepian teras bangunan lantai dua, dia bisa menikmati indahnya cahaya rembulan dan kerlip bintang-bintan
Malam pun semakin larut dalam hening kesunyian, hanya suara merdu makhluk-makhluk malam menemani. Hati yang galau akibat putus cinta membawa luka namun tak berdarah. Kini diri yang fakir ini, hanya bisa berpasrah pada jalan takdir semesta. Berdamai hati ini dengan kesedihan, merasakan pilu yang mendalam. Hujan tangisnya hati tak bisa terbendung, hanya memberikan luka kegalauan di hati. Bukan sebuah kata putus yang aku tangisi, tapi jatuh cinta padamu yang aku sesali. Tak ada lagi keindahan yang menyisakan cerita cinta kita. Kesedihan akibat kata putus menghadirkan mimpi horor ending percintaan. Sungguh tragis seorang fakir cinta yang hanya memiliki kesederhanaan. Tak punya kemewahan untuk dibanggakan sebagai bukti cinta. ‘Aku tahu cinta yang aku berikan padamu hanya sebuah kesederhanan dari seorang fakir. Karena aku hanya ingin mencintaimu secara sederhana. Tapi kenyataan yang menyakitkan kamu berikan kepadaku. Aku yang hanya
Masih di Café “Putri Lembayung”, malam semakin larut suasana café semakin ramai oleh pengunjung yang berdatangan. Terlihat suasana yang berbeda di meja nomor 21, tempat Eguh dan Indah duduk. Suasana di meja nomer 21 terlihat hening. ‘Bukan kata putus yang bikin aku sedih. Tapi kenapa aku bisa mencintai wanita sepertimu? Mengenalmu ternyata musibah tsunami yang menerjang hati. luka hati namun tak berdarah …,’ gumam Eguh dalam hati. “Kalo sudah tidak ada yang mau diomongin lagi, aku mau balik dulu udah malam. Terima kasih ya buat semuanya,” kata Indah pamit, lalu berdiri dari kursinya. Eguh hanya diam membisu, tidak menjawab ucap pamit dari Indah. Indah yang melihat keadaan sang mantan segera melangkah pergi meninggalkan meja nomor 21. Namun sebelum pergi menjauh… “Tunggu!” teriak Eguh pelan memanggil. Indah yang mendengar panggilan dari Eguh menghentikan langkah kakinya dan berbalik menghadap ke arah sang
Seminggu sudah berlalu … Seminggu sejak kembali masuk sekolah. dan sudah empat belas hari setelah kejadian waktu itu di warung mie ayam “Bunda”. Indah selalu menghindar dan terus menghindar ketika dia bertemu muka dengan Eguh di sekolah. ‘Tak terasa sudah seminggu lebih sikapnya masih sama padaku. Semakin hari dia selalu menghindar saat kita bertemu. Padahal status kita masih pacaran. Tapi saat ini, nyatanya kita seperti dua orang yang tidak pernah saling kenal dan dekat. Apakah pintu maaf di hatimu sudah tertutup oleh kebencian? Hufttt …,’ gumam Eguh dalam hati. Apa yang Eguh rasakan saat ini, hatinya dipenuhi kegalauan. Hari-harinya tidak lagi ceria, tak lagi merasakan keindahan cinta. Masalah yang diharapkan bisa cepat selesai, ternyata tak kunjung menemukan titik penyelesaiannya. Hingga pada akhirnya kegalauan membawa Eguh pada titik jenuh dan bosan. ‘Mungkin besok a