Kebiasaan Cindy yang terbangun tengah malam dalam lelap tidurnya untuk melaksanakan shalat tahajud. Sebelum pergi ambil wudhu’, Cindy menyempatkan untuk mengirim pesan selamat ulang tahun pada Eguh. Dan kebetulan malam ini Cindy terbangun jam 12 kurang 15 menit. Sehingga dirinya masih sempat untuk menulis sebuah pesan singkat ucapan selamat ulang tahun pada sahabatnya Eguh dan mengirimkannya tepat jam 00.00.
“Akhirnya …, kini usiamu telah genap 17 tahun. Semoga makin dewasa dalam bertindak dan berfikir ya Guh. Semoga apa yang kamu impikan dan cita-citakan menjadi sebuah kenyataan. Met ulang tahun ya sahabat terbaikku,” sebuah pesan singkat masuk di kotak pesan nomor Eguh tepat jam 00.00 yang bertepatan dengan bergantinya hari dan bertambahnya usia Eguh.
Eguh yang mendapat kiriman pesan singkat ucapan selamat ulang tahun dari sahabatnya Cindy, masih terbuai dengan indahnya alam mimpi. Hingga tak sadar bahwa ada sebuah pesan singkat ucapan
Dua hari berlalu, seperti biasa Eguh membantu kedua orang tuanya di warung mie ayam. Dan juga pastinya ada Cindy di warung mie ayam milik kedua orang tua Eguh. Hari ini Cindy memang sengaja mampir ke warung mie ayam milik kedua orang tua Eguh untuk bantu-bantu jualan dan juga ingin ngobrol dengan sahabatnya. Hari ini suasana warung mie ayam milik kedua orang tua Eguh terlihat ramai dengan pembeli yang silih berganti keluar masuk warung, ada yang makan di tempat dan ada pula yang di bungkus. Meskipun sudah memiliki dua orang pelayan laki-laki dan perempuan. Tetap saja mereka kewalahan dalam melayani para pembeli yang selalu mampir ke warung mie ayam milik kedua orang tua Eguh untuk menikmati mie ayam bikinan Hendra yang maknyus itu. “Alhamdulillah ya Guh, makin hari warung mie ayam milik kedua orang tuamu makin ramai aja,” kata Cindy saat lagi bikin beberapa minuman dingin dan panas pesanan pembeli. “Alhamdulillah,” timpal Eguh singkat, lalu ber
Kicauan burung Pipit mengawali pagi yang indah hari ini. Dan tidak seperti pagi-pagi biasanya, kali ini penampilan Eguh sudah terlihat begitu rapi dan keren. Seperti seorang laki-laki yang ingin mengajak kencan kekasihnya.“Wah, sepertinya lagi ada yang bahagia dan senang ni?” goda sang ibu, yang sedang menyiapin sarapan pagi di meja makan.“Eh, iya. Tumben putra ayah pagi-pagi sudah rapi dan tampan ni. Memangnya mau kemana Nak?” tanya sang ayah yang baru menyadari penampilan putranya itu.“Mau ngajak jalan-jalan Cindy ke Pantai,” jawab Eguh, sambil mengambil nasi di piring yang di pegangnya.“Maaf ya Yah, Buk, Eguh tidak bisa bantu-bantu di warung,” sambung Eguh, lalu mengambil sayur lodeh, ayam goreng dan sambel bawang serta kerupuk.“Iya tidak apa-apa Nak. Kamu nikmati aja liburan semestermu,” jawab sang ayah. Yang juga sedang mengambil sayur lodeh, mujaer goreng dan samba
Letak mushalla dengan tempat Eguh dan Cindy duduk memang lumayan agak jauh. Sedangkan di sekitar mushalla itu terdapat sebuah bangunan rumah minimalis yang ditinggali oleh pengurus mushalla. Serta ada beberapa bangunan warung makan dan juga souvenir. Tanpa Cindy sadari ternyata ada tiga orang preman yang sedang mabuk mengintainya dari kejauhan. “Bos, ada mangsa tu,” kata salah satu preman yang berambut gondrong. “Bener Drong. Akhwat cantik lagi,” kata bos preman yang bertato tengkorak di lengan tangan atas sebelah kanan. “Gimana bos?” tanya salah satu preman lainnya yang berkepala botak. “Sikat dong, Tak. Siapa tau bisa nemenin kita senang-senang nanti malam. Hahaha …,” ucap sang bos sambil tertawa keras. Lalu dengan semangat ketiga preman yang sedang mabuk itu berjalan menghampiri Cindy. Selesai Cindy berganti pakaian, dengan pakaian bersih di dalam kamar mandi. Saat akan keluar dari kamar mandi,
Tiba-tiba … JLEEBBB … Sebuah tikaman dari si botak masuk di pinggang sebelah kiri Eguh, sehingga membuat Eguh memajukan perutnya ke depan. Lalu Eguh menoleh ke arah kiri, tenyata preman berkepala botak menikamnya dengan menggunakan pisau lipat. BRUKK! Eguh pun roboh ke depan sambil memegangi pinggannya yang terluka akibat tusukan. Dengan cepat si botak mengajak bosnya yang masih kesakitan untuk kabur. Lalu sambil mengangkat si gondrong mereka berdua pun lari menuju ke arah mobil mereka di tempat mereka tadi nongkrong dan mabuk. Setelah mereka masuk ke dalam mobil, mereka pergi meninggalkan Eguh yang terkapar di tanah. Sementara orang-orang di sekitar tempat kejadian itu bukannya membatu untuk mengejar ketiga preman yang berusaha kabur, malah diam dan tidak berusaha mengejar. Sedangkan Cindy yang melihat sahabat dan orang yang sangat dicinta dan disayangi terkapar tak berdaya de
Sementara itu di tempat lain. “Nomor yang anda sedang tidak aktif atau diluar jangkauan,” suara merdu operator seluler terdengar. ‘Aduh …, kok masih tidak aktif sih nomornya Yayangku? Awas aja kalo sampek selingkuh di belakangku kamu Yang. Gue bejek-bejek, hehehe …,’ gumam Indah dalam hati yang mulai gelisah karena sudah dua hari ini tidak mendengar kabar dari kekasihnya. “Liburan kok malah murung gini sih Beib?” tanya Erna, yang melihat sahabatnya dua hari ini sering murung dan gelisah. “Iya bener, kanapa sih Beib?” sambung Rina. “Dua hari ini Eguh nomornya tidak aktif. Berkali-kali dari kemarin aku hubungi dia, nomornya selalu tidak aktif,” jawab Indah yang mulai BT. “Waduh parah ini cowok. Pakai matiin nomornya segala,” kata Erna sedikit emosi. “Bener itu Dah, kata Erna. Masak jadi cowok parah gitu, ndak punya hati apa dia itu. Pakai nomornya ndak diaktifin selam
TIT … TIT … TIT … TIT … TIT … Bunyi alat ventilator begitu merdu terdengar. Air mata mengalir pelan keluar dari mata seorang gadis berkacamata yang saat ini sedang menanti sadarnya sahabat terbaik yang dia sayangi dan cintai. Dengan setianya Cindy menunggu disamping ranjang pasien tempat sahabatnya berbaring koma dengan berbagai selang yang menancap di tubuhnya. “Guh, bangun kenapa? Jangan bikin aku khawatir dan sedih begini. Kalo kamu seperti ini terus, siapa dong nanti yang akan menjaga dan melindungi aku? Kamu kan udah janji sama aku, akan selalu menjaga dan melindungi aku. Sadar dong Guh …, bangun dong …, hiks …,” kata Cindy pelan, air mata pun mulai keluar dari kedua matanya. Tiba-tiba … Jari tangan kanan Eguh mulai bergerak perlahan. Dan Cindy yang mengetahui hal itu, mulai terlihat senyum senang terpancar dari bibir manisnya. Betapa senangnya Cindy yang melihat sahabatnya mulai siuman
Sementara itu di tempat lain.Hari ini adalah hari terakhir Indah bersama ketiga sahabatnya menikmati liburannya di Pantai Sanubari, dan besok pagi Indah dan the geng harus pulang.‘Tak terasa sudah tujuh hari aku lalui liburan semester ini bersama dengan sahabat-sahabatku. Menyisakan begitu banyak moment-moment terindah di liburan semester kali pertamaku bersama mereka. Kemarin sempet hati ini dirundung sedih dan gelisah gegara si pacar brengsek, namun berkat mereka yang tak henti-hentinya menghiburku. Aku pun kembali bisa menikmati liburan ini dengan senang dan ceria,’ gumam Indah dalam hati, yang kini sedang membereskan pakaian kotornya ke dalam tas koper bajunya.“Wah, udah hari terakhir liburan aja ni. Enaknya kemana ni?” tanya Erna kepada sahabat-sahabatnya, yang masih bermalas-malasan di tempat tidur sambil menyalakan TV.“Gue ngikut aja,” jawab Indah, yang masih
Hari kelima di rumah sakit.Kondisi Eguh makin hari makin membaik, luka tusuk di punggung sebelah kiri juga sudah mulai mengering. Terlihat kini Eguh sudah bisa duduk di ranjang pasien, serta sudah bisa makan sendiri diatas Overbed table. Namun, untuk mandi sendiri Eguh masih belum bisa. Jadi, selama dirawat di Rumah Sakit Eguh hanya mandi satu kalai dalam sehari. Dan itupun kalau Cindy datang menjenguknya.“Maaf, Buk. Apa smartphone punya Eguh, Ibu bawa?” tanya Eguh yang sedang duduk santai diatas ranjang pasien.“Ini Nak,” ucap sang ibu, sambil memberikan smartphone milik anaknya.“Terima kasih Buk,” kata Eguh, lalu mengambil smartphone miliknya dari sang ibu.Lalu segera Eguh menghidupkan smartphone miliknya, yang beberapa hari ini sengaja dimatikan oleh sang ibu.Langsung Eguh mencoba untuk menghubungi nomor sang kekasih. Namun, apa yang terjadi? Satu,
Keesokan harinya…Hari jum’at ini Eguh pergi ke sekolah seperti biasa. Selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah warna cokelat serta sepatu hitam Eguh segera pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Eguh mampir dulu ke warung nasi di depan kosannya untuk sarapan. Sengaja pagi ini dia sarapan nasi uduk.Selesai sarapan barulah Eguh berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Saat Eguh sampai di depan gerbang sekolah, dia bertemu dengan Indah yang baru turun dari mobil yang mengantarnya.“Hai …,” sapa Eguh ramah, saat dirinya bertemu dengan Indah.“Hai juga!” balas sapa Indah.“Gimana kabarnya ni? Kok sepertinya sekarang jarang ke kantin?” lanjut Indah bertanya.“Ya begini ini …, Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa kabarnya?” jawab Eguh, lalu balik bertanya.“Lu bisa lihat sendiri kan kondisiku …, Alhamdulillah baik juga
Sore hari menjelang, pukul 16:20. Di sebuah kosan… BRAAKKK! Suara pintu kosan tertabrak sesuatu dari luar. Eguh, Andre, Baron, Heru, dan Alek yang lagi nyantai di ruang tengah sambil nonton TV. Tiba-tiba kaget mendengar suara gaduh akibat benturan dari sesuatu yang menabrak pintu kosan. “Lek, tolong lu cek ada apa diluar!” pinta mas Andre. Lalu segera Alek beranjak melangkah menuju keluar untuk mengecek apa yang terjadi di luar kosan. Namun ketika Alek membuka pintu kosan. Betapa terkejutnya dia melihat Jay sudah tergeletak di tanah dengan muka lebam penuh luka. Darah membasahi wajahnya. “JAYY …,” teriak Alek kaget. Eguh, Andre, Baron dan Heru yang mendengar teriakan Alek, langsung beranjak melangkah ke depan. “Bro, ada apa lu teriak-teriak!” ucap mas Andre agak berteriak kepada Alek. “Iya ne! seperti kagak ada kerjaan!” timpal mas
Keesokan harinya… Di pagi hari yang cerah, angin pagi berhembus sepoi. Burung-burung bernyanyi dengan kicauannya yang merdu. Mentari bersinar dengan senyum cerianya menyinari pagi. Rutinitas pagi hari yang selalu Eguh kerjakan, belajar dan bersih-bersih kamar. Terkadang dia juga ikutan memasak sarapan pagi dengan teman-teman kost lainnya. Setelah mengerjakan semua itu, barulah Eguh pergi mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Selesai sarapan Eguh pun berangkat ke sekolah seperti biasanya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dalam kelas, Eguh segera berjalan menuju ke bangkunya yang berada di belakang. Setelah menaruh tas ranselnya diatas meja, dia pun duduk santai dan mengambil buku pelajarannya untuk jam pelajaran pertama di hari kamis. Sambil menunggu bel masuk Eguh pun meluangkan waktu untuk membaca novel karya Kahlil Gibran yang dipinjamnya di perpustakaan beberapa hari yang lalu. Dan saat sedang as
Hari berlalu, minggu berganti, tak terasa sudah dua minggu berlalu setelah Eguh putus dengan Indah. Dua minggu yang menguras hati dan pikiran sudah Eguh lalui dengan kesabaran dan keikhlasan. Bagaimana dia belajar untuk menenangkan hatinya dengan cara mengikhlaskan kepergian orang yang seharusnya pergi. Agar dia bisa move on dan kembali menjadi kepribadian yang ceria. Sehingga di masa depan dia bisa membuka hatinya untuk cinta yang lain. Rutinitas yang Eguh lalui seminggu kemarin pun lebih terasa semakin nyaman. Sehingga bisa membuatnya berdamai lagi dengan hatinya. Kini dirinya juga bisa kembali fokus dengan pelajaran di sekolahnya. Kini Eguh sudah tidak lagi merasa canggung ketika di kantin sekolah ngumpul dan ngobrol dengan Indah. Obrolan di antara Eguh dan Indah sudah terlihat lebih nyaman kembali, bahkan tak jarang juga mereka bercanda bersama. Eguh terlihat benar-benar sudah bisa move on dari sang mantan. Seiring be
Eguh melangkah berjalan menuruni tangga menuju ke lantai satu restoran. Saat Eguh melintasi lantai dua, tak sengaja Eguh melihat Indah dan ketiga sahabatnya sedang makan dan ngumpul. Lalu dengan rasa sedikit ragu dia menghampiri sang mantan yang sedang makan plus ngobrol santai dengan ketiga sahabatnya. “Hai semua …,” sapa Eguh ketika sudah berada di hadapan Indah dan ketiga sahabatnya. “Eh, Guh! Lagi ngapain ni?” sapa Erna agak terkejut dengan kehadiran mantan sahabatnya. Maklum aja, kalo mereka berempat sedang asyik ngobrol pasti tidak begitu peduli dengan situasi sekitar mereka. Indah yang membelakangi Eguh, tiba-tiba salah tinggakah saat sang mantan berdiri tepat di belakangnya. Lalu dia segera menoleh ke belakang. “Guh, kok kamu disini?” tanya Indah. “Iya Er! Ini aku lagi ada acara dengan teman-teman kosan. Gabung yuk?” ajak Eguh. “Kangen sama kamu yang pernah mengisi hatiku dengan keindahan cinta …,” goda Eguh ke Indah sambil sen
Dalam heningnya malam…Di kamar kost, terlihat Eguh terdiam dalam hening dan sunyi. dia memikirkan perubahan yang terjadi pada sang mantan. Dia seakan tak percaya dengan sikap sang mantan siang tadi di kantin sekolah. Situasi siang tadi di kantin sekolah, seakan telah membawa kembali kebahagiaan hati yang telah lama dinodai kegalauan.‘Aku kira dia tidak mau lagi mengenal diri ini yang hanya seorang anak penjual mie ayam. Tetapi tadi siang tidak! Saat aku melihatnya di kantin sekolah, dia malah memanggil dan mengajakku untuk gabung satu meja dengannya. Huffttt …, sepertinya berteman dengannya adalah pilihan terbaik buat kebersamaan kita!’ gumam Eguh dalam hati.Karena suntuk di dalam kamar, Eguh mencoba untuk bersantai di teras depan kamarnya. Sambil bersandar ke pagar tembok tepian teras bangunan lantai dua, dia bisa menikmati indahnya cahaya rembulan dan kerlip bintang-bintan
Malam pun semakin larut dalam hening kesunyian, hanya suara merdu makhluk-makhluk malam menemani. Hati yang galau akibat putus cinta membawa luka namun tak berdarah. Kini diri yang fakir ini, hanya bisa berpasrah pada jalan takdir semesta. Berdamai hati ini dengan kesedihan, merasakan pilu yang mendalam. Hujan tangisnya hati tak bisa terbendung, hanya memberikan luka kegalauan di hati. Bukan sebuah kata putus yang aku tangisi, tapi jatuh cinta padamu yang aku sesali. Tak ada lagi keindahan yang menyisakan cerita cinta kita. Kesedihan akibat kata putus menghadirkan mimpi horor ending percintaan. Sungguh tragis seorang fakir cinta yang hanya memiliki kesederhanaan. Tak punya kemewahan untuk dibanggakan sebagai bukti cinta. ‘Aku tahu cinta yang aku berikan padamu hanya sebuah kesederhanan dari seorang fakir. Karena aku hanya ingin mencintaimu secara sederhana. Tapi kenyataan yang menyakitkan kamu berikan kepadaku. Aku yang hanya
Masih di Café “Putri Lembayung”, malam semakin larut suasana café semakin ramai oleh pengunjung yang berdatangan. Terlihat suasana yang berbeda di meja nomor 21, tempat Eguh dan Indah duduk. Suasana di meja nomer 21 terlihat hening. ‘Bukan kata putus yang bikin aku sedih. Tapi kenapa aku bisa mencintai wanita sepertimu? Mengenalmu ternyata musibah tsunami yang menerjang hati. luka hati namun tak berdarah …,’ gumam Eguh dalam hati. “Kalo sudah tidak ada yang mau diomongin lagi, aku mau balik dulu udah malam. Terima kasih ya buat semuanya,” kata Indah pamit, lalu berdiri dari kursinya. Eguh hanya diam membisu, tidak menjawab ucap pamit dari Indah. Indah yang melihat keadaan sang mantan segera melangkah pergi meninggalkan meja nomor 21. Namun sebelum pergi menjauh… “Tunggu!” teriak Eguh pelan memanggil. Indah yang mendengar panggilan dari Eguh menghentikan langkah kakinya dan berbalik menghadap ke arah sang
Seminggu sudah berlalu … Seminggu sejak kembali masuk sekolah. dan sudah empat belas hari setelah kejadian waktu itu di warung mie ayam “Bunda”. Indah selalu menghindar dan terus menghindar ketika dia bertemu muka dengan Eguh di sekolah. ‘Tak terasa sudah seminggu lebih sikapnya masih sama padaku. Semakin hari dia selalu menghindar saat kita bertemu. Padahal status kita masih pacaran. Tapi saat ini, nyatanya kita seperti dua orang yang tidak pernah saling kenal dan dekat. Apakah pintu maaf di hatimu sudah tertutup oleh kebencian? Hufttt …,’ gumam Eguh dalam hati. Apa yang Eguh rasakan saat ini, hatinya dipenuhi kegalauan. Hari-harinya tidak lagi ceria, tak lagi merasakan keindahan cinta. Masalah yang diharapkan bisa cepat selesai, ternyata tak kunjung menemukan titik penyelesaiannya. Hingga pada akhirnya kegalauan membawa Eguh pada titik jenuh dan bosan. ‘Mungkin besok a