Hari kelima di rumah sakit.
Kondisi Eguh makin hari makin membaik, luka tusuk di punggung sebelah kiri juga sudah mulai mengering. Terlihat kini Eguh sudah bisa duduk di ranjang pasien, serta sudah bisa makan sendiri diatas Overbed table. Namun, untuk mandi sendiri Eguh masih belum bisa. Jadi, selama dirawat di Rumah Sakit Eguh hanya mandi satu kalai dalam sehari. Dan itupun kalau Cindy datang menjenguknya.
“Maaf, Buk. Apa smartphone punya Eguh, Ibu bawa?” tanya Eguh yang sedang duduk santai diatas ranjang pasien.
“Ini Nak,” ucap sang ibu, sambil memberikan smartphone milik anaknya.
“Terima kasih Buk,” kata Eguh, lalu mengambil smartphone miliknya dari sang ibu.
Lalu segera Eguh menghidupkan smartphone miliknya, yang beberapa hari ini sengaja dimatikan oleh sang ibu.
Langsung Eguh mencoba untuk menghubungi nomor sang kekasih. Namun, apa yang terjadi? Satu,
Hari ketujuh di rumah sakit. Hari Sabtu pagi menjelang siang pukul 10:30. Setelah melakukan pemeriksaan rutin pada Eguh, dokter yang memeriksa kondisi perkembangan Eguh tersebut memberi kabar gembira kepada Eguh dan kedua orang tuanya. Bahwa hari ini pasien yang bernama Eguh Hendrawan Putra sudah diijinkan pulang. Dan setelah memeriksa kondisi Eguh dan memberi kabar gembira, sang dokter yang ditemani seorang perawat pergi dari ruangan kamar tempat Eguh dirawat. Kedua orang tua Eguh yang mendengar kabar dari sang dokter, bahwa hari ini sang anak diijinkan pulang. Bergegas membereskan barang bawaan yang digunakan selama menjaga sang anak di Rumah Sakit. Dengan dibantu oleh Cindy, kedua orang tua Eguh mulai membereskan semua barang bawaan mereka. Tak berapa lama, pintu kamar Eguh dirawat terbuka. Saat Aisyah melihat ke arah pintu ternyata yang masuk ke dalam ruangan adalah seorang perawat. “Pak, Bu, maaf ya. Saya mohon ijin
Sementara itu di sebuah kamar yang berukuran cukup besar. Dengan keliling tembok kamar ditempeli wallpaper dinding bermotif Hello Kitty dan juga beberapa foto dirinya, foto dirinya bersama keluarga dan juga sahabat-sahabatnya menghias di dinding kamarnya.Terlihat seorang gadis dengan paras cantiknya masih terlelap dalam tidurnya. Tubuh indah gadis itu kini berlindung dalam dekapan hangat kain bed cover bermotif Hello Kitty. Begitu lelap sang gadis yang berparas cantik itu tertidur. Hingga tanpa dirasa hari sudah sore pukul 15:45, Indah masih saja betah dalam dekapan kehangatan kain bed cover bermotif Hello Kitty kesayangannya. Sampai-sampai sang mama membangunkannya.Tok … tok … tok …“Sayang …, bangun yuk! Udah sore ni,” teriak Yuli agak keras, sambil mengetuk pintu kamar putrinya.Namun tak ada sahutan dari dalam kamar putrinya, hanya sebuah
Keesokan paginya … KUKURUYUKKK … MEOONGGG … Suara kokokan ayam jantan terdengar merdu di minggu pagi yang cerah, bersahutan dengan suara kucing tetangga yang sedang kelaparan. Di sebuah kamar yang berukuran 3 x 3 meter, dengan hanya terdapat dipan ranjang tempat tidur model bufet laci yang terbuat dari kayu jati dengan kasur kapuk diatasnya dan juga lemari pakaian yang juga terbuat dari kayu jati. Terlihat seorang pemuda berumur 17 tahun sedang tiduran telentang diatas kasur kapuk tempat tidurnya. Setelah diperbolehkan pulang oleh pihak Rumah Sakit pada hari Sabtu sore kemarin. Eguh masih belum bisa melakukan aktifitas berat seperti biasanya. Seperti pagi ini, setelah mengerjakan ibadah shalat Subuh berjamaah di Mushalla kampung dan ngaji Al-Qur’an sebentar. Eguh memilih untuk membaringkan tubuhnya yang masih terasa nyeri dan sakit diatas kasur kapuk tempat tidurnya.
Keesokan harinya …KUKURUYUUKKK …Suara kokokan ayam jantan terdengar merdu.Di sebuah kamar berukuran 3 x 4,5 meter, dengan tembok kamar dihiasi oleh wallpaper dinding bermotif Hello Kitty sebagai ganti cat tembok. Di dinding kamarnya juga terpajang beberapa foto sang pemilik kamar. Foto sendiri, foto bersama keluarga dan juga teman-teman sekolahnya serta sahabat-sahabatnya.Di pagi hari yang indah, di hari senin. Hari pertama masuk sekolah setelah libur semester ganjil.Seorang anak gadis dengan paras yang cantik, sedang melawan rasa kantuknya yang begitu berat. Akibat semalam pulang begitu larut dari Café.“Hoammmmmm … hmm …”Dan terdengar sayup-sayup suara ketokan pintu kamar dari sang mama.Tok … tok …“Sayang bangun yuk? Udah jam 6, nanti telat lho masuk sekolahnya?” teriak
Senin pagi yang cerah, pukul 08:30. Di sebuah kamar berukuran 2 x 3 meter, yang merupakan tempat Kyai H. Ali bermeditasi dan juga tempat untuk mengobati para pasiennya. Di dalam kamar itu terdapat sebuah dipan kayu jati dan meja yang dipenuhi dengan obat-obat herbal. Ruangan itu hanya diterangi oleh lampu dop dan juga cukup ventilasi. Dan terlihat di ruangan, Eguh yang bertelanjang dada sedang duduk bersila diatas sebuah dipan kayu jati membelakangi kakeknya H. Ali. Saat ini sang kakek sedang mencoba untuk mengobati luka dalam yang Eguh derita setelah pengeroyokan dan penusukan. Pengobatan sang kakek ini menggunakan tehnik akupuntur yang dipadu dengan tenaga dalam. AAARGHH … Teriakan terdengar dari dalam ruangan kamar yang berukuran 2 x 3 meter itu. Sementara itu, kedua orang tua Eguh dan sang nenek serta Cindy dan kedua orang tuanya menunggu di ruang keluarga, mereka semua menunggu sambil mengobrol santai dan non
Di pagi hari yang indah di hari Jum’at ini, di dalam ruangan kamar yang berukuran 2 x 3 meter. Terlihat Kyai H. Ali sedang mengobati sang cucu untuk pengobatan luka dalam terakhir kalinya. Di dalam ruangan kamar yang berukuran 2 x 3 meter, yang hanya diterangi oleh lampu dop 15 watt. Kyai H. Ali sedang mengobati luka dalam sang cucu. Pengobatan kali ini adalah pengobatan terakhir yang dilakukan oleh Kyai H. Ali kepada sang cucu. Dengan menggunakan tenaga dalamnya, Kyai H. Ali mulai mengobati sang cucu. Selama 25 menit Kyai H. Ali mengobati sang cucu. “Alhamdulillah …,” kata Kyai H. Ali mengakhiri pengobatan kepada sang cucu. “Hiuufftt, huuuu …,” Eguh menarik nafasnya pelan lalu mengeluarkannya perlahan. “Gimana, Cu?” tanya Kyai H. Ali, setelah meneguk teh yang dibuatin oleh sang istri. “Alhamdulillah, Kek! Sudah enakan sekarang dan rasa nyerinya juga sudah hilang,” jawab Eguh, sambil beranjak dari tempatnya bersila diatas dipan
Eguh sempat merasa jengkel kepada kekasihnya Indah, saat tiba-tiba telpon dimatikan begitu saja oleh kekasihnya itu. Padahal tujuan Eguh telepon Indah siang itu adalah untuk menjelaskan kesalahpahaman di antara mereka. Lalu kembali Eguh mencoba untuk menghubungi kekasihnya Indah. Tut, tut, tut … Suara dari sambungan nomor HP kekasihnya. Namun kembali tak ada respon dari kekasihnya itu, telepon dari Eguh tidak diangkat. ‘Ah …!’ gumam Eguh dalam hati. Hiuufftt, huuuu … Lalu Eguh mencoba untuk menenangkan diri. Dengan cara menarik nafas pelan lalu mengeluarkannya perlahan, sambil melafadzkan kalimat tasbih “Subhanallah” di dalam hati. Dan hal itu Eguh lakukan secara berulang-ulang sebanyak tiga kali. Dan kembali Eguh mencoba untuk menghubungi kekasihnya Indah. Namun kembali tak ada respon dari sang kekasih, malahan telepon Eguh itu di reject oleh sang kekasih.
Sabtu sore pukul 16:00, di ruang keluarga dalem Kyai H. Ali. Terlihat Eguh dan kedua orang tuanya dan juga neneknya serta kedua orang tua Cindy sedang mengobrol santai, sambil menikmati brownis, pastel dan pisang goreng yang tersaji di beberapa piring serta es teh hangat. “Maaf Yahh, Buu!” ucap Eguh mengawali obrolan. “Iya Nak, ada apa?” tanya sang ibu, yang sedikit penasaran. “Mmm, begini Buu! Eguh ada keinginan untuk pindah di kosan. Eguh ingin belajar mandiri,” ucap Eguh menerangkan dengan agak ketakutan. “Ayah kira mau bicara apa? Hehehe …,” kata sang ayah sambil tertawa. “Ibu tidak masalah Nak! Yang penting kamu serius dan benar-benar ingin berubah,” tambah sang ibu, begitu senang dan berharap putranya memang benar-benar ingin berubah. ‘Karena Aisyah tahu dari adik iparnya Elok, bagaimana prilaku putranya selama punya pacar yang suka menghambur-hamburkan uang tabungannya untuk mentraktir kekasihnya.’ “Ayah
Keesokan harinya…Hari jum’at ini Eguh pergi ke sekolah seperti biasa. Selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah warna cokelat serta sepatu hitam Eguh segera pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Eguh mampir dulu ke warung nasi di depan kosannya untuk sarapan. Sengaja pagi ini dia sarapan nasi uduk.Selesai sarapan barulah Eguh berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Saat Eguh sampai di depan gerbang sekolah, dia bertemu dengan Indah yang baru turun dari mobil yang mengantarnya.“Hai …,” sapa Eguh ramah, saat dirinya bertemu dengan Indah.“Hai juga!” balas sapa Indah.“Gimana kabarnya ni? Kok sepertinya sekarang jarang ke kantin?” lanjut Indah bertanya.“Ya begini ini …, Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa kabarnya?” jawab Eguh, lalu balik bertanya.“Lu bisa lihat sendiri kan kondisiku …, Alhamdulillah baik juga
Sore hari menjelang, pukul 16:20. Di sebuah kosan… BRAAKKK! Suara pintu kosan tertabrak sesuatu dari luar. Eguh, Andre, Baron, Heru, dan Alek yang lagi nyantai di ruang tengah sambil nonton TV. Tiba-tiba kaget mendengar suara gaduh akibat benturan dari sesuatu yang menabrak pintu kosan. “Lek, tolong lu cek ada apa diluar!” pinta mas Andre. Lalu segera Alek beranjak melangkah menuju keluar untuk mengecek apa yang terjadi di luar kosan. Namun ketika Alek membuka pintu kosan. Betapa terkejutnya dia melihat Jay sudah tergeletak di tanah dengan muka lebam penuh luka. Darah membasahi wajahnya. “JAYY …,” teriak Alek kaget. Eguh, Andre, Baron dan Heru yang mendengar teriakan Alek, langsung beranjak melangkah ke depan. “Bro, ada apa lu teriak-teriak!” ucap mas Andre agak berteriak kepada Alek. “Iya ne! seperti kagak ada kerjaan!” timpal mas
Keesokan harinya… Di pagi hari yang cerah, angin pagi berhembus sepoi. Burung-burung bernyanyi dengan kicauannya yang merdu. Mentari bersinar dengan senyum cerianya menyinari pagi. Rutinitas pagi hari yang selalu Eguh kerjakan, belajar dan bersih-bersih kamar. Terkadang dia juga ikutan memasak sarapan pagi dengan teman-teman kost lainnya. Setelah mengerjakan semua itu, barulah Eguh pergi mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Selesai sarapan Eguh pun berangkat ke sekolah seperti biasanya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dalam kelas, Eguh segera berjalan menuju ke bangkunya yang berada di belakang. Setelah menaruh tas ranselnya diatas meja, dia pun duduk santai dan mengambil buku pelajarannya untuk jam pelajaran pertama di hari kamis. Sambil menunggu bel masuk Eguh pun meluangkan waktu untuk membaca novel karya Kahlil Gibran yang dipinjamnya di perpustakaan beberapa hari yang lalu. Dan saat sedang as
Hari berlalu, minggu berganti, tak terasa sudah dua minggu berlalu setelah Eguh putus dengan Indah. Dua minggu yang menguras hati dan pikiran sudah Eguh lalui dengan kesabaran dan keikhlasan. Bagaimana dia belajar untuk menenangkan hatinya dengan cara mengikhlaskan kepergian orang yang seharusnya pergi. Agar dia bisa move on dan kembali menjadi kepribadian yang ceria. Sehingga di masa depan dia bisa membuka hatinya untuk cinta yang lain. Rutinitas yang Eguh lalui seminggu kemarin pun lebih terasa semakin nyaman. Sehingga bisa membuatnya berdamai lagi dengan hatinya. Kini dirinya juga bisa kembali fokus dengan pelajaran di sekolahnya. Kini Eguh sudah tidak lagi merasa canggung ketika di kantin sekolah ngumpul dan ngobrol dengan Indah. Obrolan di antara Eguh dan Indah sudah terlihat lebih nyaman kembali, bahkan tak jarang juga mereka bercanda bersama. Eguh terlihat benar-benar sudah bisa move on dari sang mantan. Seiring be
Eguh melangkah berjalan menuruni tangga menuju ke lantai satu restoran. Saat Eguh melintasi lantai dua, tak sengaja Eguh melihat Indah dan ketiga sahabatnya sedang makan dan ngumpul. Lalu dengan rasa sedikit ragu dia menghampiri sang mantan yang sedang makan plus ngobrol santai dengan ketiga sahabatnya. “Hai semua …,” sapa Eguh ketika sudah berada di hadapan Indah dan ketiga sahabatnya. “Eh, Guh! Lagi ngapain ni?” sapa Erna agak terkejut dengan kehadiran mantan sahabatnya. Maklum aja, kalo mereka berempat sedang asyik ngobrol pasti tidak begitu peduli dengan situasi sekitar mereka. Indah yang membelakangi Eguh, tiba-tiba salah tinggakah saat sang mantan berdiri tepat di belakangnya. Lalu dia segera menoleh ke belakang. “Guh, kok kamu disini?” tanya Indah. “Iya Er! Ini aku lagi ada acara dengan teman-teman kosan. Gabung yuk?” ajak Eguh. “Kangen sama kamu yang pernah mengisi hatiku dengan keindahan cinta …,” goda Eguh ke Indah sambil sen
Dalam heningnya malam…Di kamar kost, terlihat Eguh terdiam dalam hening dan sunyi. dia memikirkan perubahan yang terjadi pada sang mantan. Dia seakan tak percaya dengan sikap sang mantan siang tadi di kantin sekolah. Situasi siang tadi di kantin sekolah, seakan telah membawa kembali kebahagiaan hati yang telah lama dinodai kegalauan.‘Aku kira dia tidak mau lagi mengenal diri ini yang hanya seorang anak penjual mie ayam. Tetapi tadi siang tidak! Saat aku melihatnya di kantin sekolah, dia malah memanggil dan mengajakku untuk gabung satu meja dengannya. Huffttt …, sepertinya berteman dengannya adalah pilihan terbaik buat kebersamaan kita!’ gumam Eguh dalam hati.Karena suntuk di dalam kamar, Eguh mencoba untuk bersantai di teras depan kamarnya. Sambil bersandar ke pagar tembok tepian teras bangunan lantai dua, dia bisa menikmati indahnya cahaya rembulan dan kerlip bintang-bintan
Malam pun semakin larut dalam hening kesunyian, hanya suara merdu makhluk-makhluk malam menemani. Hati yang galau akibat putus cinta membawa luka namun tak berdarah. Kini diri yang fakir ini, hanya bisa berpasrah pada jalan takdir semesta. Berdamai hati ini dengan kesedihan, merasakan pilu yang mendalam. Hujan tangisnya hati tak bisa terbendung, hanya memberikan luka kegalauan di hati. Bukan sebuah kata putus yang aku tangisi, tapi jatuh cinta padamu yang aku sesali. Tak ada lagi keindahan yang menyisakan cerita cinta kita. Kesedihan akibat kata putus menghadirkan mimpi horor ending percintaan. Sungguh tragis seorang fakir cinta yang hanya memiliki kesederhanaan. Tak punya kemewahan untuk dibanggakan sebagai bukti cinta. ‘Aku tahu cinta yang aku berikan padamu hanya sebuah kesederhanan dari seorang fakir. Karena aku hanya ingin mencintaimu secara sederhana. Tapi kenyataan yang menyakitkan kamu berikan kepadaku. Aku yang hanya
Masih di Café “Putri Lembayung”, malam semakin larut suasana café semakin ramai oleh pengunjung yang berdatangan. Terlihat suasana yang berbeda di meja nomor 21, tempat Eguh dan Indah duduk. Suasana di meja nomer 21 terlihat hening. ‘Bukan kata putus yang bikin aku sedih. Tapi kenapa aku bisa mencintai wanita sepertimu? Mengenalmu ternyata musibah tsunami yang menerjang hati. luka hati namun tak berdarah …,’ gumam Eguh dalam hati. “Kalo sudah tidak ada yang mau diomongin lagi, aku mau balik dulu udah malam. Terima kasih ya buat semuanya,” kata Indah pamit, lalu berdiri dari kursinya. Eguh hanya diam membisu, tidak menjawab ucap pamit dari Indah. Indah yang melihat keadaan sang mantan segera melangkah pergi meninggalkan meja nomor 21. Namun sebelum pergi menjauh… “Tunggu!” teriak Eguh pelan memanggil. Indah yang mendengar panggilan dari Eguh menghentikan langkah kakinya dan berbalik menghadap ke arah sang
Seminggu sudah berlalu … Seminggu sejak kembali masuk sekolah. dan sudah empat belas hari setelah kejadian waktu itu di warung mie ayam “Bunda”. Indah selalu menghindar dan terus menghindar ketika dia bertemu muka dengan Eguh di sekolah. ‘Tak terasa sudah seminggu lebih sikapnya masih sama padaku. Semakin hari dia selalu menghindar saat kita bertemu. Padahal status kita masih pacaran. Tapi saat ini, nyatanya kita seperti dua orang yang tidak pernah saling kenal dan dekat. Apakah pintu maaf di hatimu sudah tertutup oleh kebencian? Hufttt …,’ gumam Eguh dalam hati. Apa yang Eguh rasakan saat ini, hatinya dipenuhi kegalauan. Hari-harinya tidak lagi ceria, tak lagi merasakan keindahan cinta. Masalah yang diharapkan bisa cepat selesai, ternyata tak kunjung menemukan titik penyelesaiannya. Hingga pada akhirnya kegalauan membawa Eguh pada titik jenuh dan bosan. ‘Mungkin besok a