"Ada apa orang sibuk ke sini?" Canda Althea saat dirinya dan Mikhail tengah berada di rumah kaca keluarga Foster. Mikhail cemberut, "kita sudah tidak bertemu selama dua bulan, inikah balasanmu pada teman terganteng ini, Hera?"Althea berdecak. Dibalik sikap wibawa dan bijaksananya sebagai seorang Putra Mahkota, Mikhail terkadang sangat usil dan jahil kepada Althea. Bahkan hingga kini Althea tidak bisa memandang Mikhail sebagai Putra Mahkota yang berwibawa.Aktgea menyeruput teh magnolia favoritnya. "Jadi, apa kau ke sini hanya untuk bersantai ria denganku?"Mikhail bertepuk tangan sekali, seakan membenarkan apa yang dikatakan oleh teman kecilnya. "Tepat sekali Heraku. Akhir-akhir ini aku cemburu loh."Althea mengangkat salah satu alisnya. "Cemburu kenapa?"Mikhail mengangkat bahunya, sambil memakan camilan ia memandangi tanaman yang ada di rumah kaca, "akhir-akhir ini kan kau sering main dengan Helio." Senyap sejenak, hingga akhirnya suara Mikhail kembali memecah kesunyian. "Aku cemb
"Aku... tidak mengerti."Althea menyeruput tehnya, "bagian mananya?""Jika teori yang kau bilang itu benar, itu semua tidak ada hubungannya dengan Pangeran William dan alasan dia menguntitmu lebih awal."Althea mengangkat salah satu alisnya. "Yah, Pangeran William memang tidak ada hubungannya dengan cerita Hwamelton. Cerita ini," ucap Althea sembari mengetuk buku di hadapan Helio."...Tentu ada hubungannya dengan Penyihir Agung," lanjutnya."Hmm lalu?""Seperti yang kubilang sebelumnya, aku pernah bertemu penyihir agung saat berada di perpustakaan istana. Ia mengatakan jika separuh jiwanya akan bereinkarnasi."Helio terdiam sejenak, lalu memandang Altgea dengan pandangan tidak percaya. "Jangan bilang kau berpendapat bahwa reinkarnasi dari penyihir agung adalah Pangeran William?" Althea menganggukkan kepalanya. "Yah, kau benar. Jika Pangeran William ingat di kehidupan sebelumnya dia adalah penyihir agung, semua yang terjadi akan masuk akal!"Helio tercenung, "wah... aku merinding."Alt
Sraaak...Althea membuka tirai jendela kereta kuda, matanya melebar ketika melihat pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya. Sesuai janji Helio, Lelaki itu mengajak Althea untuk mengunjungi suatu tempat yang menurutnya cukup bagus saat didatangi pada saat musim gugur. Althea kira Helio akan membutuhkan beberapa hari untuk membuat janji temu dengannya lagi, tapi ia tidak menyangka jika Helio membuat janji keesokan harinya. Yah, tidak ada yang salah dengan hal itu, hanya saja Althea tidak menduganya. Dan untuk saat ini juga Althea tidak menduga jika tempat yang akan mereka datangi memang secantik ini. Untuk sesaat Althea berpikir bahwa ke mana saja ia selama ini? Dia bahkan baru tau tempat seindah ini ada di dalam Kerajaan Hymnea.Mereka turun dari kereta kuda yang membawa mereka sampai ke sini. Althea masih memandang kagum pada pemandangan yang ada di hadapannya. Padahal Althea sering melihat musim gugur, tapi entah kenapa tempat ini jadi jauh lebih indah ketimbang tempat-tempat
Keduanya sama-sama terdiam setelah perkataan Mikhail terlontar beberapa menit yang lalu. Dalam sekejap, suasana canggung kembali tercipta. Helio tidak tahu ia harus merespon apa. Sungguh, bukannya ia bermaksud untuk merebut orang yang disukai Mikhail, tapi jika Helio terus menerus menekan perasaannya, ia malah akan lebih menyukai Althea dan merasa bersalah pada Mikhail. Bahkan sekarang, setelah Mikhail mengatakan hal itu saja sudah membuat rasa bersalah Helio semakin besar pada kakaknya. Huft, ternyata menjadi dewasa memang sulit. Helio jadi ingin kembali menjadi muda dan tidak perlu memikirkan hal rumit seperti ini.Mikhail yang membuat Helio malah terdiam dengan wajah kian tertunduk mulai merangkul bahu Helio, lalu menepuk-nepuk pelan bahunya. "Hei, kenapa kau begitu? Sudahlah, jangan merasa terbebani. Aku malah senang jika kau menemukan orang yang pas. Dan..."Tangan Mikhail meraih rambut adiknya untuk diacak-acaknya. "...aku lebih senang, jika orang itu teman kecilku. Setidaknya,
Althea terdiam mendengar jawaban Helio. "Itu berarti, akan sulit untuk menemui dan menginterogasinya lebih lanjut," gumam Althea.Helio mengangguk, "selama Pangeran William menghilang, tidak ada orang yang bisa menemukan keberadaannya. Bahkan Raja sampai membiarkan hal ini terjadi."Althea menghela napas, lalu kembali menyesap teh chamomile. "Yah, mau bagaimana lagi. Kita hanya bisa menunggu saat dia sudah selesai bersembunyi.""Ya, mau tak mau harus menunggu. Lagipula, lingkaran dan kemampuan sihirku masih terbatas jika mencari orang," timpal Helio.Mereka pun kembali melnjutkan obrolan ringan hingga tak sadar hari kian sore. Helio yang pertama kali menyadarinya, "hari sudah sore, tidak terasa waktu berlaku begitu cepat."Althea menganggukkan kepalanya. "Kau benar, langit sudah jingga," ucapnya sambil memandangi langit.Tangan Althea bergerak ke atas membentuk sudut, menampilkan langit beserta awan yang ada di dalam sudut tangannya. "Andai saja ada benda yang bisa mengabadikan langit
Helio berangkat menuju Istana Putra Mahkota dengan Sir Lucas. Walaupun hari sudah malam, tapi karena kejadian yang baru-baru ini terjadi, seluruh Istana Putra Mahkota ramai, lampu masih hidup, dan para kesatria berjaga di mana-mana. Helio juga melihat kereta kuda Ibunya yang berada beberapa meter di hadapannya. Kemungkinan Raja juga datang karena biasanya ia tidak membiarkan Ratu bepergian sendiri malam-malam.Setelah Helio turun dari kereta kuda, ia langsung berjalan cepat menuju Istana Putra Mhkota. Seluruh orang yang berada di sana langsung bersikap hormat. "Di mana Kakak?""Yang Mulia Putra Mahkota berada di dalam kamarnya, mari saya antar Pangeran." Kepala pelayan pun mengantarkan Helio memasuki kamar Putra Mahkota.Helio memasuki kamar Mikhail, dan melihat orang tuanya yang sudah berada di kamar tersebut. Mikhail yang melihat Helio datang lagi-lagi kembali menghela napas. "Kau juga datang?"Ratu memukul punggung Mikhail. "Tidak boleh begitu pada adikmu. Dia ke sini karena khawa
Tok Tok Tok..."Masuk," seru Mikhail.Beberapa saat kemudian, kepala pelayan Istana Putra Mahkota memasuki ruang kerja, lalu memberi hormat. "Yang Mulia, saya sudah menyelidiki yang Anda katakan semalam. Terkait kejadian semalam, Putri Edelyn maupun Selir Livia tidak keluar dari Istana mereka, bahkan beberapa hari mereka menetap di sana. Menurut pernyataan saksi para pelayan, tidak ada tamu yang datang ke istana itu, dan sudah beberapa hari terakhir Selir Livia tidak sadarkan diri."Mikhail berhenti menulis dokumennya, ia mengerutkan dahinya lalu mengangkat kepala menghadap kepala pelayan. "Selir Livia tidak sadarkan diri?""Ya, Yang Mulia. Saat ini pun Putri Edelyn sudah tidak berada di istananya dan menginap di Istana Selir.""Hmm..." Mikhail tampak mengetuk-ngetuk jari pada kursi. Ia merasa ada tang ganjal di Laporan kepala pelayan, tapi siapa pun yang tahu jika laporan itu sudah benar-benar sempurna. "Aku akan menemui Selir Livia. Sampaikan pada pelayan untuk segera menyiapkan
"Berhenti."Tangan Mikhail memegang tangan Marquess Hildert yang hendak memukul Edelyn. Edelyn yang awalnya memejamkan mata, kini membuka matanya dan terkejut ketika mendapati Mikhail berada di sisi kanannya. "Jadi ini, alasan kenapa tidak ada siapa pun yang boleh memasuki ruangan ini?" "...""Kau sudah keterlaluan, Marquess. Apa kau tidak tau ada hukum yang melarang memukul perempuan di Kerajaan ini? Terlebih lagi, perempuan yang akan kau pukul adalah Putri Pertama Kerajaan Hymnea." tanya Mikhail dengan tatapan datar dan intonasi yang tenang. Tidak ada yang tahu jika saat ini dirinya benar-benar marah. Jika pun ada, mungkin orang itu adalah teman kecilnya, siapa lagi jika bukan Althea, Putri tunggal dari Duke Foster.Marquess yang mendengar itu, langsung menurunkan tangannya. Mikhail melepaskan tangannya yang memegang tangan Marquess, dan kembali bersedekap, seakan meminta penjelasan pada lelaki itu atas kejadian yang baru saja dilihatnya."Mohon maaf atas ketidaknyamanan Yang Mulia
Dengan berat hati Helio menceritakan semua kejadian yang ia dan Putri Althea alami selama ini. Mulai dari Althea yang menceritakan mimpi awalnya yang melihat masa kecil Helio, hingga petunjuk mengenai penyihir agung yang bisa menjawab alasan kenapa mengalami kejadian seperti ini. Mikhail hanya diam mendengarkan. Jujur, bagi orang yang logis, kejadian ini sangat berada di luar nalarnya. Jika saja yang bercerita di depannya saat ini bukan Helio, dan kejadian beberapa saat lalu dengan pelayan yang mengaku sebagai reinkarnasi penyihir, ia akan enggan mempercayainya. Apalagi, kejadian kali ini menyangkut tentang Althea, salah satu orang yang spesial bagi Mikhail, mau tak mau lelaki itu mempercayai kejadian kali ini. Setelah Helio menjelaskan dengan panjang lebar, Mikhail masih terdiam, larut dalam pikirannya. Helio menatap Mikhail dengan pandangan resah. "Jadi, itu ceritanya, kenapa kami mencari penyihir agung. Ehm, Mikhail, apakah kau mendengarkanku?" Helio mengibaskan tangannya ke kanan
"Reinkarnasi penyihir agung?" Mikhail terdiam di ruangannya sambil memikirkan perkataan yang dikatakan oleh perempuan yang bernama Eleanor Rittenheim tersebut. Dari namanya, Mikhail tahu dia bukan orang biasa. Gadis itu memiliki marga, jelas bahwa dia adalah seorang bangsawan. Kenyataan bahwa ada seseorang yang mengaku bahwa dia merupakan reinkarnasi dari penyihir agung juga tidak masuk akal bagi Mikhail. Apalagi ia yang merupakan orang realistis sulit untuk memercayai adanya hal-hal tersebut. Mikhail tahu, bahwa Kerajaan Hymnea didirikan dengan bantuan penyihir, bahkan Ratu pertama dari Kerajaan ini juga memiliki kekuatan sihir yang luar biasa. Namun, untuk mempercayai bahwa adanya reinkarnasi penyihir agung di waktu ini membuat Mikhail harus memikirkan apakah ia harus mempercayainya atau tidak.Satu-satunya jalan untuk membuktikan perkataan perempuan itu adalah dengan menanyakan orang yang mencarinya, apakah reinkarnasi tersebut benar-benar ada atau tidak. Yah, setidaknya Mikhail h
Helio terdiam mendengar penuturan Althea. Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang melibatkan kerajaan Karsari. Padahal kerajaan itu sebelumnya jauh dari kata problematik. Benarkah kerajaan itu akan menyerang kerajaan ini? Padahal Mikhail telah membuat perjanjian pernikahan dengan kerajaan tersebut. Dan sekarang, kerajaan itu berhubungan dengan petunjuk yang tengah mereka cari. "Apakah William tengah berada di sana? Kalau ditarik kesimpulannya, tidak ada variabel yang lebih komplit dan pas selain dia ada di sana." Ucapan Helio membuat Althea mau tidak mau menyetujuinya. Yah, saat ini kemungkinan itu yang paling memungkinkan dan paling mendekati. "Apakah kita akan ke sana?"Heio kontan menggeleng. "Tidak bisa. Kondisi saat ini tidak memungkinkan kita untuk pergi ke sana."Althea mengerutkan dahinya. "Memangnya kenapa?"Helio terdiam. Ia pikir, percuma saja jika menyembunyikannya pada Althea. Toh, sebentar lagi masalah ini akan terkuak ke bangsawan lain, termasuk Duke Foster yang
Bruk!Pelayan yang tadi Helio baca ingatannya kini telah berdiri di hadapan Mikhail, tepat beberapa jam setelah Mikhail menyuruh ajudan kepercayaannya untuk menangkap pelayan ini. Hampir saja, telat semenit saja mungkin pelayan ini sudah terlebih dahulu kabur dengan menggunakan kuda ke luar ibu kota Hymnea. Pelayan wanita itu menundukkan kepalanya. Kedua tangannya terkepal dengan keras dihiasi dengan tali yang mengikatnya. Mikhail meletakkan kaca mata di atas meja, lalu berjalan beberapa langkah mendekati pelayan itu. Setelah sampai di hadapannya, lelaki itu jongkok untuk menyejajarkan posisinya dengan pelayan wanita itu.Ditatapnya pelayan itu sebentar, "apa kau tahu apa kesalahanmu sehingga kau dibawa ke sini dan berbicara denganku?"Pelayan itu hanya diam. Seolah tuli, ia berani untuk tidak menggubris ucapan Putra Mahkota Kerajaan Hymnea. Para prajurit beserta ajudan yang geram dengan tingkah pelayan itu mendorong pelan kepalanya sambil berucap, "Hey! kau sedang berbicara dengan
Helio tidak bisa untuk tidak terkejut setelah mengetahui isi pikiran dari pelayan yang dibawanya. Hal ini benar-benar di luar dugaannya. Awalnya, Helio hanya ingin mengetahui sedikit informasi tentang utusan pedagang tadi dan tidak akan ikut campur lebih lanjut. Namun, karena sudah terlanjur begini, mau tidak mau ia harus memedulikan masalah ini."Jadi, apa kau mengenalnya?"Pelayan tadi masih terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Yang Mulia. Tadi saya hanya sekadar menyapa mereka. Saya tidak mengenal mereka."Helio terus menatap pelayan tersebut. 'Ayolah, kumohon percaya dan biarkan aku pergi dari sini secepatnya. Setelah ini, aku harus pergi sebelum identitasku diketahui.' Lagi-lagi Helio melihat isi pikiran pelayan itu.Helio menarik senyum sinis, 'Jadi dia mau menyelamatkan diri sendiri?' Kendati begitu, lelaki itu menganggukkan kepalanya. "Baiklah jika begitu, silakan pergi."Pelayan itu menunduk hormat, lalu pergi dengan langkah buru-buru. Helio menghela napas, lalu lela
Helio membuka pintu belakang bagian istana sesampainya ia di sana. Seluruh pekerja yang berada di dalamnya melihat ke arah Helio dengan terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa seorang Pangeran mengunjungi salah satu tempat lusuh di istana. Apalagi akhir-akhir ini Helio sangat terkenal di kalangan bangsawan maupun rakyat biasa karena diperbolehkan kembali ke istana, di mana secara tidak langsung Raja mengakui bahwa kekuatan sihir yang dimilikinya tidak berbahaya. Hanya tinggal menunggu waktu saja bagi mereka untuk menunggu perubahan keputusan Raja mengenai aturan sihir yang sempat sangat dilarang.Pintu belakang istana ini di dalamnya berhubungan langsung dengan tempat penyimpanan barang-barang dapur dan dapur kotor istana. Untuk tempat penyimpanan bahan makanan terletak berseberangan dengan pintu belakang istana. Makanya para utusan pedagang ataupun asosiasi pedagang khusus bahan makanan biasanya mengantar makanan ke arah pintu khusus tempat penyimpanan makanan. "Aku ingin bertanya."
Mikhail berjalan dengan cepat memasuki istananya setelah mengantarkan Edelyn hingga gadis itu meninggalkan istana miliknya. Mikhail tidak tahu, mana yang benar dan mana yang salah. Apakah ia harus mempercayai perkataan yang baru saja dijelaskan oleh Edelyn, ataukah tetap melaksanakan rencana yang telah ditetapkan, yakni tetap melakukan pertunangan dengan Putri pertama dari Kerajaan Karsari.Ketukan dari pintu kamar membuat Mikhail mengalihkan fokusnya pada benda kayu itu. Setelah mengucapkan kata masuk, kepala pelayan muncul dibalik pintu dan berjalan mendekatinya. "Salam kepada Yang Mulia Putra Mahkota, apa ada hal yang Anda butuhkan, Yang Mulia?"Mikhail terdiam di tempatnya. Lelaki itu duduk di meja kerja sembari mengetuk-ngetuk jari di mejanya, pertanda ia sedang mempertimbangkan kembali keputusannya. "...Cari tahu hal mengenai Kerajaan Karsari. Dengan siapa mereka berhubungan akhir-akhir ini, siapa sekutunya, siapa musuhnya, apa yang mereka lakukan. Semua. Tanpa terkecuali."Me
Edelyn mengangkat salah satu alisnya. 'Putri pertama?' batinnya bingung. 'Kalau putri pertama, apakah putri yang itu?' lanjutnya. Ia kembali mengingat isi surat yang pernah dikirimkan salah satu temannya yang berada di Kerajaan Karsari.Edelyn tersadar karena jentikan jari dari Helio. Lelaki itu menatap heran Edelyn. "Apakah Anda sakit, Putri? Dari tadi Anda seperti hilang fokus."Edelyn langsung berdeham setelah mengerjapkan mata selama beberapa saat, "ah, aku tidak apa-apa. Hanya sedang memikirkn hal lain saja, Pangeran. Mohon maaf karena saya tidak menyimak pembicaraan Anda."Helio mengangkat bahu, "yah, tidak apa-apa. Hal yang aku bicarakan juga tidak penting. Intinya akan ada tamu terhormat dari Kerajaan Karsari seminggu lagi."Edelyn menganggukkan kepalanya. Yah, untuk saat ini ia harus diam dulu, siapa tahu ia salah orang, atau keliru dalam membaca informasi yang ada.Yah, Edelyn bahkan bersyukur akhir-akhir ini tidak ada gosip menyimpang mengenai dirinya maupun Ibunya.***So
Althea memandangi busa-busa yang ada di sekitarnya. Saat ini gadis itu sedang berendam sendirian, tanpa ditemani oleh satu pun pelayan. Gadis itu yang memintanya sendiri. Ia butuh waktu untuk berpikir, begitu alasannya saat ditanya.Dan sekarang di sinilah ia berada. Di dalam sebuah bak mandi yang terbuat dari marmer putih nan indah dipandang. Althea menyandarkan tubuhnya. Ia menghela napas. Mimpi semalam masih terbayang dengan sangat jelas. Lewat mimpi itu, Althea jadi sadar jika ia bisa memimpikan orang lain, bukan hanya Helio saja. Sudah begitu, orang yang dimimpikannya adalah orang yang tidak pernah ia duga sama sekali. Bagian kecil di dalam hati Althea merasa sedikit kecewa karena gadis itu tidak memimpikan Helio. 'Yaampun, kau masih saja berpikiran ke sana. Kenapa setiap kali aku memfokuskan untuk memikirkan mimpi semalam, selalu saja berakhir dengan mengingatnya. Sadarlah Althea! Kau tidak tahu di sana apakah dia juga memikirkanmu atau tidak!' batinnya berteriak keras, berusah