UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Tak terasa waktu berlalu begitu saja, kejadian itu sudah berlalu sekitar seminggu dan semuanya berhasil ditutup rapi oleh keluarga Djuanda dan Buana. Mikaela kini sedang berada di ruangan Rektornya sambil memeriksa file-file yang berhubungan dengan kampus. Dia sudah berhari-hari tidak masuk dan tentu saja banyak pekerjaan menumpuk disini.
“Hahhh!! Selesai juga… sebagian dulu lah.” Mikaela merenggangkan otot-otot tangannya sambil menyusun pekerjaannya yang sudah selesai.Lalu dia menandai yang belum selesai. Dia jadi sering lembur karena pekerjaannya yang menumpuk. Diapun melihat jam tangannya dan agak terkejut ternyta sudah jam 7 malam.
“Oh my God! Ini rekor lembur terlamaku! Okay, aku pulang dan mastiin kalau Selena dah makam malam.” Mikaela langsung membereskan meja kerjanya dan mengambil tasnya untuk bergegas pulang. Dia keluar dan mengunci ruang dekan. Ternyata, saat
Aku akan merebut dan membahagiakannya sebisaku, kau tidak pantas mendapatkannya - William Simon 2k21
Mansion Keluarga Buana “Apa kabar semuanya? Kami pulang!” Ribka datang dengan perasaan senang memasuki mansionnya. Mereka sudah puas berlibur di Paris dengan sang suami. “Mama? Mari makan malam.” ajak Mikaela pada kedua mertuanya. Ribka dan Elmand saling melihat kini mansion ini penuh kehangatan karena merasa semuanya baik-baik saja. “Nenek! Kakek!” teriak Selena berlari kearah Ribka dan Elmand. Tentu saja, mereka langsung memeluk cucu mereka itu. “Kami sangat merindukanmu sayang. Oh iya, kami bawa oleh-oleh ya. Masing-masing sudah ada namanya.” Ribka menunjukkan banyak kotak yang adalah oleh-oleh untuk keluarganya. “Makasih ya, ma!” ucap Marcel berterima kasih mewakili semuanya. Setelahnya, mereka pun makan malam dengan tenang dan bercengkrama bersama. Setelah makan malam bersama, seperti biasa Marcel dan Mikaela menidurkan putri mereka. Sebenarnya, Mikaela agak heran
Perusahaan Buana Marcel kini baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan ingin langsung pulang. Lagian, tidak ada janjian dengan dokter kandungan Michelle hari ini. Sebenarnya, Marcel sangat ingin hidup tenang, tapi rasanya mungkin tidak bisa. Yang ada, dia hanya akan hidup dalam penyesalan yang tak berujung. Tiba-tiba handphonenya bordering menampilkan pesan dari Mikaela. ‘Aku pergi ke pantai Carita sama teman-temanku. Maaf ya sudah berbohong, tapi kamu kelihatan gak peduli sih. Jadi aku melakukan apapun yang aku mau. Oh iya, aku disini sampai tiga hari. Terserah kamu sih, mau kasih tahu Papa atau Mama. Yang penting, aku sudah melakukan sesuai yang kau minta.’ Entah kenapa, Marcel sangat kesal membaca pesan dari istrinya itu. Wanita itu seperti sengaja membuatnya kesal tapi seketika dia sadar kalau memang dialah akar dari sikap M
Waktu terus berlalu begitu saja, tapi hubungan yang baru dimulai itu seperti akan segera kandas. Baik Elmand dan Ribka menyadari bahwa hubungan pernikahan putra sulung mereka seperti tak punya harapan. Mikaela saat ini lebih suka lembur dan tidak mau makan bersama mereka. Sedangkan Marcel hanya diam saja dengan tindakan istrinya itu. Tapi disisi lain, Michelle adalah satu-satunya orang yang senang dengan situasi ini. Ini tentu saja semakin menguntungkan dia. Karena hanya tinggal sebentar lagi, dia akan benar-benar menjadi istri sepenuhnya Marcel Buana. Terlihat dia sedang berjalan dengan gembira di kantor ini. Michael sama sekali tak mencurigainya, ah memang dia cukup pintar menyembunyikan segalanya. Tak lama, handphonenya berdenring dan menampilkan nama Michael. “Ya, ada apa Mike? Aku baru saja sampai.” jawab Michelle. “Cepatlah naik ke rooftop, ada yang
Setelah pulang mengurus pekerjaan dengan Michael, saat ini Michelle sedang menemui Nadya di rumah sakit biasa. Dia sudah menghubungi Marcel kalau mereka tidak bisa bertemu di basement. Jadi dia menyuruh Marcel langsung ke rumah sakit “Bagaimana Marcel? Apa hubungan kalian ada kemajuan?” tanya Nadya pada Michelle. “Tentu saja! Selama sebulan lebih dia mengabaikan istrinya. Aku sih gak masalah dia bersikap baik dengan putrinya. Sekarang tinggal masalah Michael!” jawab Michelle. “Aku tahu sejak awal Marcel itu memang sangat mencintaimu. Dia tidak mungkin meninggalkanmu begitu saja, apalagi kamu sedang hamil walau bohongan sih.” ucap Nadya merasa rencananya berhasil menyatukan sahabatnya kembali dengan suaminya. “Thanks ya, karena kamu aku bisa punya harapan kembali dengan Mas Marcel. Tapi saat ini aku harus benar-benar berhati-hati sih.” ujar Michelle membuat Nadya mengerutkan keningnya. “Hati-hati kenapa?” Nadya ingin tahu. “Aku sedang d
Marcel melepas pelukan Michelle dan menatap dalam wanita itu. Wanita yang menjadi cinta pertamanya. Wanita yang dia perjuangkannya tanpa memedulikan omongan orang. Wanita yang mau menemaninya dalam keadaan apapun. Dia sadar kalau memang dia sangat mencintai Michelle. Tapi saat ini, perasaan itu sudah terkikis perlahan karena keadaan. Michael sang adik yang sangat dia sayangi ternyata mencintai wanita ini. Ada juga Selena yang adalah putri kandungnya juga ibunya, Mikaela. Mereka berdua mengalami ketidakadilan selama bertahun-tahun karena keegoisannya. ‘Semua ini memang harus berakhir.’ pikir Marcel lalu meraih wajah Michelle. Pria itu mempertemukan bibir mereka dan berciuman untuk yang terakhir kalinya. Tanpa sadar, ada dua orang yang tengah melihat mereka dengan tatapan terluka. ‘JDERRR!!!’ suara petir menjadi tanda awal masalah besar yang akan hadir. Beberapa saat yang lalu… “Mikaela, kamu sudah pulang? Mama baru saja mengurus Kartu Kelu
Paginya, Mikaela bersiap untuk pergi ke kampus sembari menyiapkan Selena. Dia tidak tahu kenapa Marcel sepagi ini dan juga tidak mau tahu. Entah kenapa, rasanya agak sepi saat tidak ada yang lain disini. “Astaga! Tidak ada persediaan makanan apapun disini! Aku pesan aja deh.” gumam Mikaela kesal saat melihat di dapur sama sekali tidak ada persediaan makanan. Ya jelas saja sih, apartemen itu kosong selam tiga tahun. Dan memang, apartemen besar ini atas nama Marcel yang merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke-20. Tak lama, Mikaela mendengar suara bel apartemen berbunyi. Tentu saja atensinya teralihan sehingga dia beranjak kesana. “Maaf, saya tadi membeli sarapan untuk kita. Nanti saya akan belanja dan mempekerjakan beberapa pelayan disini.” jelas Marcel sambil menenteng sebuah kantung makanan lalu masuk ke dalam. Wanita itu diam saja dan mengabaikan Marcel. Dia sama sekali tidak peduli mau ada mak
Universitas Esa Unggul Marcel saat ini sedang berada diparkiran kampus. Dia sengaja menunggu Mikaela disini karena masih ingin meminta kesempatan pada wanita itu. Marcel tidak akan pernah menyerah sebelum dia menyelesaikan semuanya. Itu adalah prinsip hidupnya. Tak lama, dia melihat Mikaela keluar dari kampus dan dengan cepat dia menghampiri wanita itu. “Mikaela!” panggilnya. Tentu saja, wanita itu terbelalak melihat kehadirannya saat ini. Tapi wanita itu malah buang muka dan terus berjalan menghindarinya. “Maafkan aku, Mikaela! Jangan seperti ini terus! Selena akan menjadi korban.” ujarnya lagi sambil mengejar wanita itu. Tapi Mikaela masih diam tidak mengacuhkannya. “Mikaela!” Marcel terpaksa menarik pergelangan tangan istrinya itu. Karena emosi, Mikaela langsung memutar dan memblok gerakan Marcel. Pria itu diam saja. Sebenarnya, dia bisa membalas karena serangan Mikaela bukan apa-ap
Apartemen, Podomoro City Mikaela POV Aku sangat kesal dengan sikap ayah yang menuduhku sepihak dan seakan-akan berpikir Marcel yang selama ini sabar menghadapiku. Aku yakin 100% kalau Marcel tidak akan pernah membuka kebusukannya didepan Papa. Dia berusaha sebaik mungkin membelaku tapi tanpa menyudutkan dirinya sendiri. “Huh, licik sekali!’ tentu saja aku kesal. Sekarang aku tinggal mencari nomer apartemen Willy yang ada di lantai 25. Aku agak terkejut akan satu hal. Ternyata, saat ini kami adalah tetangga, karena kami berada di gedung yang berbeda. Aku tidak tahu apa yang ingin kulakuan saat ini, tapi yang pasti aku ingin bertemu dengan Willy. Hanya dialah yang mengerti diriku. Sesampainya didepan apartemennya, aku langsung menekan belnya. Tak butuh waktu lama menunggunya keluar dari dalam. “Cassie? Kamu sudah
Beberapa bulan kemudian… Mikaela kini berdiri di sebuah tempat pemakaman umum sambil membawakan sebuket bunga lily. Dia kini berada tepat di makam William Simon. Dan hari ini, dia memang sengaja datang sendiri kesini. “Hari ini harusnya kamu berusia genap 28 tahun, Willy. Tapi kamu pergi terlalu cepat meninggalkan semuanya,” gumam Mikaela sambil meletakkan bunga itu di makam Willy. Wanita itu lalu menyentuh foto Willy yang ada di makam itu lalu tersenyum. Tanpa sadar, air matanya mengalir begitu saja. Mikaela masih ingat semuanya! Bahkan sampai akhir hidupnya, Mikaela ada disisinya tanpa melepas genggaman tangannya. Mikaela sangat sedih setelah tahu kebenarannya bahwa selama ini Willy mengidap penyakit kronis. “Kamu tidak berkata apapun agar aku tidak khawatir. Kamu selalu begitu! Tapi sekarang kamu sudah tenan
Mansion Keluarga Buana“Apa ini, Pa?” tanya Marcel ketika sang ayah memberikannya sebuah amplop berisikan tiket ke Venesia.“Untuk bulan madu. Kalian itu sudah menikah dan secara hukum kalian sudah menjalani hubungan sampai 3 tahun. Kenapa kisah kalian tidak diwarnai dengan bulan madu? Benar gak, sayang?” jawab Elmand sambil mengerling pada Ribka istrinya. Marcel hanya memijit pelipisnya karena terkejut dengan kelakuan kedua orang tuanya itu. Dia senang sih, tapi dia gak tahu gimana menyampaikannya pada Mikaela. “Kapan Papa memesan ini? Malah penerbangan besok lagi. Kita belum ada pembicaraan soal itu! Gimana dengan Selena?” tanya Marcel lagi.“Selena sama kami aja!” Michelle keluar bersama Selena dan langsung menjawab Marcel.“Tapi kan-“ Marcel masih belum menyelesaikan kalimatnya tetapi Selena langsung memotongnya,” Kata aunty Michie, papa dan mama pelgi untuk buat adik! Jadi Sele
“Makasih, Mbak! Saya bersyukur mbak mau maafin saya!” Michelle benar-benar berterima kasih pada Mikaela. Wanita itu membalas pelukan Michelle sambil menepuk-nepuk punggungya.“Memaafkan adalah obat rasa sakit yang terbaik. Willy selalu mengatakan itu padaku. Dia juga pasti sudah memaafkanmu! Kamu jangan merasa bersalah lagi ya, Michelle.” Mikaela menjawab.“Kak, aku juga minta maaf ya. Aku sangat menyesali segalanya.” Michael juga minta maaf pada Mikaela dan Marcel.“Tak masalah, yang penting kamu sadar dan mau minta maaf. Bagi kami, itu yang terpenting. Iya kan, sayang?” Mikaela menerima permintaan maaf adik iparnya itu. Marcel mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum kepada istrinya. Dia sangat senang karena istrinya adalah wanita yang berhati lembut dan mau memaafkan orang lain. Mikaela bukan tipikal orang yang berpikiran sempit tetapi wan
Apartemen Marcel, Podomoro City Seminggu berlalu tanpa terasa. Semuanya terasa lebih baik saat ini. Mikaela sudah bisa menjalani hidup normalnya meski terkadang, dia sering mimpi buruk. Ya, tentu saja Marcel akan selalu menenangkannya jika sudah begitu. Wanita itu selalu teringat bagaimana sampai akhirnya Willy terbunuh. Tapi untunglah, kejadian itu tidak membuat mental Mikaela jadi terganggu, malahan, dia semakin kuat. Dan kedepannya, dia bertekad untuk semakin kuat lagi.‘TING-TONG’ Bel apartemen berbunyi, mengalihkan atensi mereka bertiga yang sedang sarapan bersama. Marcel dengan cepat melangkah dan membukakan pintu apartemen. Dan ternyata, yang datang adalah polisi.“Selamat pagi, pak!” kata sang polisi.“Ya, pagi. Ada apa ya?” tanya Marcel perihal kedatangan mereka ke apartem
Mikaela POV Aku ingat kalau saat SMA dulu, aku tidak punya teman akrab. Tidak ada teman perempuan yang dekat denganku karena menganggap aku berbeda. Penampilanku yang seperti anak laki-laki dan juga sikapku, membuat mereka malas berteman denganku. Dulu rambutku itu pendek, dan sikapku sangat buruk. Aku sangat egois dan sombong seperti yang pernah Marcel katakan sebelum kami menikah. Saat di Amerika, aku ingin diterima. Aku melakukan segala cara untuk bisa diterima oleh mereka. Mulai dari ikutan hangout seharian, pesta pora sampai tengah malam, bahkan minuman keras. Aku ingin punya teman karena merasa sendirian disana. Tapi memang, aku berhati-hati soal laki-laki karena papa selalu mewanti-wanti dari Indonesia. Aku juga takut terjebak. Disisi lain, aku memang sangat penasaran bagaimana rasanya pacaran. Semua temanku, sudah pacaran. Mau teman SMA, kuliah, bahkan s
Di Pemakaman Mikaela masih saja terduduk disamping makam Willy dan tidak mau bergerak dari nisannya. Semua orang sudah pergi, tapi dia masih disitu bersama Marcel. Suaminya tak lelah terus menemaninya disini. Wanita itu jelas masih berduka karena kepergian sosok yang sangat penting dalam hidupnya.“Mikaela, kita pulang dulu, ya! Kamu belum makan dua hari ini. Sejak di rumah sakit sampai saat ini kamu hanya meminum air. Kamu bisa sakit.” Bujuk Marcel pada Mikaela. Wanita itu malah menggeleng dengan wajahnya yang masih pucat. Dia masih bersandar sambil memandangi wajah Willy yang tersenyum di foto.“Selena juga sangat merindukanmu, ini juga sudah mau hujan, kita pulang dan besok kemari lagi.” Marcel masih belum menyerah.“Kamu pulang saja dulu Marcel. Sampaikan permintaan maafku pada Selena. Aku masih mau disini. Aku tidak peduli jika hujan, aku masih ingin disi
Rumah Sakit Mikaela kini langsung berlari ke arah IGD dimana Willy dibawa oleh para dokter. Dia ingin masuk, tetapi tak diperbolehkan karena dokter tengah melakukan operasi. Mikaela terus-menerus melihat Willy dari pintu kaca sambil menangis. Perasaannya begitu hancur saat melihat Willy badi begini karena menyelamatkan dirinya. Marcel benar-benar terluka melihat istrinya terpuruk saat ini. Dia langsung meraih Mikaela dan memeluk wanita itu. Wanita itu masih terus menangis dalam pelukannya. Marcel tahu kalau Mikaela memang pasti akan sangat terluka jika melihat Willy jadi tak berdaya, apalagi kemungkinan wanita itu melihat semua kejadiannya di depan matanya.“Mikaela, kumohon tenanglah!” Marcel berusaha menenangkan Mikaela sambil mengelus-elus punggung wanita itu.“Hiks! A-aku yang menyebabkannya hiks
Mikaela terus menatap nanar pada Willy yang sudah tak berdaya dihadapannya. Dia tidak menyangka bahwa Willy harus terluka bahkan dihabisi di depan matanya. Perlahan, Mikaela menyentuh wajah pria itu yang penuh dengan darah. Tatapannya masih tak percaya dengan apa yang dia lihat. Pria itu memang sudah tidak sadar sama sekali.“Dia sudah mati! Sial sekali ya, dia berusaha melindungi istri orang dan malah mati.” Ejek Raymond sambil berjalan mendekati Mikaela. Sedangkan wanita itu menghapus air matanya tanpa peduli jika tangannya kini berlumuran darah Willy. Wajahnya pun jadi ikut terkena darah pria itu.“Sekarang hanya tinggal kita disini. Masih berharap Marcel datang?” tanya Raymond dengan kini sudah berjongkok tepat dihadapan Mikaela.‘Willy? Benarkah kau sudah pergi?’ batin Mikaela bertanya-tanya lalu mendongak untuk membalas tatapan Raymond. Saat melihat wajah Mikaela yang sudah pucat dan berlumuran darah, otomatis pria itu a
Di gudang penyekapan…‘Buaghhh!!’“Arrgghh!” teriak preman itu ketika Willy menghajarnya.“Dimana bu Michelle, ya?” gumam salah seorang preman ketika sadar tidak ada Michelle disini.“Jangan melamun!” ucap Willy langsung menendang keras perut preman itu. Mereka ternyata tidak sedikit. Ada sekitar delapan orang, yang bermunculan hingga saat ini.‘Ajaib sekali aku bisa menggerakkan tubuhku dengan ringan seperti ini? Apa ini mukjizat-Mu? Kalau pun aku mati setelah ini, aku ikhlas ya Tuhan! Karena aku bisa melindungi Cassie-ku.’ Batin Willy sambil konsenterasi menghajar para preman itu dengan heroik. Setelah beberapa belas menit menghajar mereka, Willy meregangkan otot-ototnya karena erasa agak bugar. Dengan cepat, dia langsung membuka pintu tempat dimana Mikaela disekap. Dia agak kesulitan karena tidak ada kuncinya.“Dimana kalian menaruh kuncinya?” tanya Willy pada para