Stefan hanya tercengang melihat selera makan istrinya ini, wanita imutnya dengan nafsu makan yang membesar. Gery memandangi Mia yang sangat mendukung nafsu makan Audrey yang berubah drastis itu. Nampak Mia sedang mengupasi udang-udang untuk Audrey makan, dan juga dia makan.
Setelah puas memakan seafood, mereka pun sedikit berjalan santai menikmati jajanan kaki lima dan juga melihat-lihat toko Souvenir. Gery memandangi Stefan yang sedang melihat makanan yang sedang Stefan pegang, langsung saja menyeletuk, "makanlah, haibiskan! demi istrimu yang sedang hamil," ledek Gery kepada Stefan.
"Hissh.... apa kau mau bonusmu hangus," ujar Stefan.
Gery, "..."
Stefan pun mulai memasukan jajanan kaki lima itu ke mulutnya, seumur-umur mana pernah dia makan-makanan yang di jual di pinggir jalan. namun demi menyenangkan hati Audrey dia pun melahapnya dengan satu alis naik keatas. Namun rasanya sepadan dengan melihat senyuman Audrey yang terlihat cerah. Stefan mengingat te
"Aku harap kami tidak menyakitimu terlalu mendalam," lirih Audrey kepada Harold."Hei! aku adalah seorang psiakter, jadi setidaknya aku memiliki dasar-dasar untuk memulihkan patah hatiku," jawab Harold sambil tertawa."Jika begitu, maka aku bisa tenang," ujar Audrey."Bolehkah aku memelukmu?" tanya Harold.Audrey tersenyum lalu memeluk Harold, "berbahagialah," ujarnya."Ok," jawab Harold.Dari kejauhan Stefan melihat adegan manis tersebut, segera saja bangkit berdiri karena merasa tak senang dengan apa yang baru saja dilihatnya di depan mata. Namun Gery menarik tangan Stefan."Tenanglah, bagaimana pun juga kau berhutang kepadanya.""Kau berhutang maaf kepadanya, karena telah menghancurkan pernikahannya kala itu," ujar Gery lagi.Mendengar perkataan Gery, maka Stefan pun kembali duduk ke kursinya. Stefan juga merasa dia memang masih berhutang maaf kepada Harold karena telah menculik mempelai wanitanya di waktu itu.
Xavier sudah mengumpulkan keberanian dalam kurun waktu beberapa hari ini, untuk meminta maaf kepada Audrey. Hari ini Xavier merasa adalah waktu yang tepat karena Stefan meminta Xavier agar menemani Audrey memeriksakan kandungannya. Mereka berdua pun pergi ke rumah sakit, sedikit canggung namun Xavier sebisa mungkin bersikap natural.Dokter kandungan menyatakan bahwa semua baik-baik saja, Xavier memandangi foto USG dengan terkagum. Pemeriksaan selesai mereka berjalan di koridor rumah sakit. Lalu Xavier memulai membuka pembicaraan."Audrey," panggil Xavier."Ya," jawab Audrey."A-aku ingin meminta maaf kepadamu," ujar Xavier"Meminta maaf? tanya Audrey bingung."Aku telah melakukan kesalah besar kepadamu, waktu itu," jelas Xavier."kesalahan, bisakah kau menejelaskannya dengan lebih jelas!" pinta Audrey."Autumn Of The Sea," ujar XavierAudrey, "...""Malam itu, aku menjadikanmu taruhan." jelas Xavier."Taruh
Masa kehamilan Audey sudah memasuki minggu ke-20, Audrey tiba-tiba pingsan di rumah. Mendengarnya Setefan dan Xavier langsung saja kembali ke rumah. Stefan bergegas masuk ke kamar mereka, dan melihat Audrey tengah terpulas dengan wajah memucat.Ketika Aydrey merasakan Hal aneh seperti nyeri perut bagian tengah dan atas, dan juga merasa pandangannya kabur secara mendadak, tangan dan kaki bengkak, sakit kepala parah yang tidak hilang, muntah-muntah, jarang buang air kecil, serta sesak napas. Maka Audrey menyimpan hal ini diam-diam, tidak ingin membuat Stefan cemas.Berdasarkan diagnosa dokter Audrey mengalami sindrom preeklamsia, dan sindrom ini berbahaya bagi kesehatan ibu dan juga janin. Audrey benar-benar mengalami kepayahan dalam mengandung bayi ini. Wajah Audrey terlihat pucat setiap hari. di setiap kali pemeriksaan Audrey tidak meminta ditemani dan selalu meyakinkan Stefan jika semuanya baik-baik saja.Audrey tidak pernah mengaduh di depan Stefan, karena itu
Hati Audrey merasa sedikti tenang mendapat penghiburan dari Xavier, sementara di ruang perpustakaan nampak Stefan sedang dilanda sendu. Bayi ini dia juga menginginkannya namun jika bayi itu malah membahayakan Audrey, maka Stefan juga tidak rela membiarkannya. Stefan benar-benar dalam kegalauan yang besar.Stefan menghubungi Gery dan memintanya menemani dia pergi ke klub VIP, disana Stefan sedikit meminum Alkohol untuk melepas penat galaunya, "ada apa?" tanya Gery yang merasa melihat Stefan yang dulu telah kembali."Jika Mia hamil? namun janin-nya membahayakan dirinya, siapa yang akan kau pilih? tanya Stefan.Gery mengernyitkan alisnya merasa bingung dengan pertanyaan Stefan, "Hei! kau ini kenapa?' tanya Gery semakin bingung."Janin itu membahayakan Audrey-ku, apa yang harus aku lakukan? tanya sendu Stefan."Apa maksudmu?" ulang tanya Gery lagi."Janin yang dikandung Audrey sewaktu-waktu bisa membunuh Audrey," jelas Stefan dengan sedikit mena
Audrey memanggil kepala pelayan dan meminta dibelikan beberapa alat melukis, Audrey ingin melakukan hobi lamanya kembali yakni melukis, Audrey mencoba memhami sikap Stefan yang sedikit berubah. Di Wyatt Grup, Stefan sama sekali tidak bisa berkonsentrasi bekerja. Yang dia pikirkan hanyalah kesehatan Audrey. Namun Strefan juga tak tega jika benar-benar harus menghilangkan nyawa bayi mereka."Apa kau sudah mengaturnya?" tanya Stefan kepada Arthur."Semua sudah disiapkan dengan baik," jawab Arthur.Stefan meminta Arthur ada mengubah salah satu pavilium menjadi sepert sebuah klinik bersalin, hal ini untuk memudahkan jika terjadi sesuatu yang membahayakan maka Audrey dapat segera ditangani, meski hanya sebuah klinik rumahan namun fasilitas, obat dan tenaga medis di pilih yang terbaik dari yang terbaik.Audrey melihat ada kesibukan yang tak seperti biasanya dan meminta kepala pelayan untuk mengantar melihatnya, "ini sedang membuat apa?" tanyanya."Ini ada
Hari demi hari wajah Audrey nampak semakin pucat dan pipinya pun terlihat tirus, berat badan Audrey semakin banyak menyusut karena makanan yang Audrey makan lebih banyak dimuntahkan ketimbang ditelannya. Ditambah sikap Stefan yang masih belum menerima keputusan Audrey yang tetap bersikeras mempertahankan bayi mereka.Pagi ini adalah pagi dimana, Stefan sarapan bersama dengan Xavier dan Audrey, Mia mendandani Audrey sesuai permintaan Audrey agar tidak terlalu terlihat pucat. Selama Mia tinggal di rumah Stefan, Audrey tidur sekamar dengan Mia, karena Mia satu-satunya yang paling bisa menenangkan Audrey.Audrey dan Stefan berpapasan, Stefan mendekati Audrey itu terasa seperti bertahun-tahun berpisah dengan Audrey. Stefan meraih tangan Audrey dan menggandengnya menuju ke ruang makan. Hati Audrey terasa sangat manis, meski ini hanyalah sebuah gandengan tangan saja dari Stefan.Stefan menarik kursi untuk Audrey duduk, dan secara pribadi menuangkan segela
Nyonya Aleida membawa Audrey tinggal di pedesaan, yang udaranya lebih sejuk. Perjalanan memakan waktu lebih lama karena kondisi Audrey. yang pada awalnya Nyonya Aleida berencana pindah ke kota lain, namun setelah melihat kondisi Audrey maka Nyonya Aleida memutuskan pergi ke pedesaan. Di sana mereka menyewa sebuah rumah kecil yang luasnya cukup untuk mereka tempati.Sementara Stefan menggila mencari-cari Audrey. Stefan meminta semua rekaman CCTV dari rumah sakit, dan Audrey benar-benar seperti hilang di telan bumi, semua rekaman telah dilihat semua nampak normal, tidak ada terlihat seseorang yang mirip dengan Audrey pergi keluar meninggalkan rumah sakit. Diketahui jika orang terakhir yang masuk ketika waktu itu adalah Nyonya Aleida, Stefan pun telah melihat rekaman Nyonya Aleida berjalan di koridor dengan peralatan kebersihannya, dan tidak terlihat ada yang mencurigakan. Stefan juga mengetahui di hari terakhir Nyonya Aleida bekerja, wanita itu sempat melakukan pesta perpisahan
Audrey menikmati hari-harinya meski harus mengasuh Hugo tanpa kehadiran Stefan, dibantu oleh Nyonya Aleida Hugo bertumbuh menjadi anak yang cerdas dan pengertian. Semakin hari Audrey melihat wajah Hugo semakin mirip dengan wajah Stefan namun berwajah ramah dan murah senyum, jauh berbeda dengan stefan ketika dulu awal Audrey bertemu dengannya. Terkadang Audrey sangat merindukan Stefan, namun ketika mengingat dia ingin melenyapkan Hugo maka rasa rindu itu pun menguap hilang bersama udara."Mama!" panggil Hugo.Audrey melihat putranya itu membawa sekeranjang jamur, "apa kau sendiri yang mencari ini?""Ya Ma, aku akan memasakan sesuatu yang enak untuk Mama dan Nenek," jelas Hugo."Hmm.... katakan pada Mama, apa seharusnya kita membuka restoran kita sendiri?" tanya Audrey kepada putra semata wayangnya itu."Hmm.... entahlah, terserah Mama saja," jawab Hugo.Meski baru berusia lima tahun namun kemampuan memasak Hugo patut diacungi jempol, setidakn
Merasa ada yang menciuminya Audrey pun terbangun, membuka kedua matanya. dan merasa terkejut ketika melihat wajah Stefan sangat dekat dengan wajahnya. Mereka sama-sama saling bisa merasakan embusan nafas mereka. Tubuh Stefan menegang, ini adalah pertama kalinya mereka sedekat ini setelah bertahun-tahun. Selama kepergian Audrey, Stefan mengalami disfungsi seksual, tidak bisa berdekatan dengan wanita. Tidak memiliki hasrat sama sekali.Jadi ketika dirinya sedekat ini dengan Audrey, Tubuh Stefan bereaksi tak karuan, semua rasa ingin bercumbu menyerang kembali, datang dengan bertubi-tubi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Stefan mengkaku melihat bola mata Audey yang terlhat seperti manik-manik yang indah, embusan nafas Audrey seketika saja mengacaukan emosi jiwa Stefan."Maafkan aku, maafkan aku ... karena sudah membangunkanmu," ujar Stefan dengan suara gugupnya.Mereka berdua dalam suasana canggung, Audrey sedikti bangun dari posisi tidurnya, : T-tidak apa,"
Saatnya kembali pulang ke Mansion, Xavier menjemput Audrey dan Hugo. Karena Stefan masih berpergian dinas luar untUk mengurus bisnisnya. Demi untuk bisa pulang cepat maka Stefan benar-benar memangkas waktu tidurnya agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa segera kembali ke Mansion.Di Mansion, Hugo melihat-lihat tampat tinggal barunya itu, selama ini tinggal berpindah-pindah dan tinggal di desa tentu saja Hugo tidak pernah melihat Mansion sebagus itu, "Ini semua adalah milikmu," ujar Xavier yang sedari tadi memperhatikan Hugo."Ayo! Kita lihat kamarmu," ajak Xavier.Hugo pun mengikuti langkah Xavier pergi ke kamar barunya. Sementara, Audrey bersama kepala pelayan mengantarkan Nyonya Aleida melihat kamarnya, "Untuk seterusnya ini adalah kamar Nyonya!" jelas kepala pelayan."Terima kasih," ujar Nyonya Aleida dengan sopan dan menatapi kagum kamar barunya ini.Mia menarik tangan Audrey, "Apa kau sudah siap?' tanya Mia."Siap apa?" ta
Audrey berpikir jika MIa menunda pernikahannya bersama Gery, karena permasalahan dirinya dengan Stefan. Mia ini adalah teman yang setia kawan. Melihat sahabat baiknya kesusahan, mana bisa dia bersenang-senang. "Sudah tak usah dibahas tentang aku, kita bahas tentangmu saja," ujar Mia."Apa selama ini kau hidup dengan baik?" tanya Mia."ya, tidak ada yang lebih baik dari ini, bersama Hugo tentu saja baik," jawab Audrey."Tentang Stefan ..." Mia tidak berani melanjutkan perkataannya."Kita ... kita tidak usah bahas itu dulu ya," ujar Audrey.Mia pun beberapa hari menginap disini, Mia semakin akrab dengan Hugo. Mengetahui ini adalah sahabat baik mamanya maka Hugo pun dengan mudah dekat dengan Mia. Ketika hampir menjelang tengah malam ponsel Audrey berdering, itu adalah panggilan telpon dari Gery, "ada apa?" tanya Audrey."Mia ..." Gery menjawab meragu."Semenjak kau pergi, Mia menjaga jarak dengan aku/," jelas Gery.Audrey merasa s
"Mengapa kau begitu tega kepada kami?' tanya Mia dengan suara tercekat menahan tangis."Maafkan aku, maafkan aku," tukas Audrey.Audrey menceritakan kejadian malam itu, alasan mengapa dia lebih memilih menghilang bersama bayinya, Mia langsung saja memeluk Audrey, "jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi," pinta Mia."Aku janji," ujar Audrey.Begitu mereka memasuki ruangan tempat para pria mereka menunggu, dengan tiba-tiba saja Mia berdiri di depan Stefan. Merasa bingung Stefan dan Gery pun bangun secara bersamaan. Dengan tiba-tiba saja Mia melayangkan tangannya dan "plak" tangan Mia mendarat di pipi Stefan."Itu karena telah membuat Audrey-ku pergi meninggalkanku selama bertahun- tahun!" tukas kesal Audrey.Stefan hanya mengusap-usap lembut pipinya, tidak melawan sama sekali karena memang merasa dirinya bersalah. Gery segera menarik Audrey, menenangkan MIa yang masih bersungut kesal., "sayang tenanglah, ada Hugo di sini," nasehat Gery.
Setelah meminum air buah timun buatan Nyonya Aleida maka barulah Stefan sedikti merasa lebih baik, Audrey berjalan kearah Stefan yang terlihat lemas itu. Sementara Hugo yang tadi telah mencuri dengar sedikit merasa tiba melihat Papa-nya yang sedang sakit itu. Hugo masuk ke kamarnya, lalu merebakan dirinya di ranjang besarnya, memandangi langit-langit seraya berpikir tentang sesuatuSementara Audrey berdiam duduk di sofa menjaga Stefan. Audrey terlelap sambil duduk, Stefan membuka kedua matanya. Merasa sudah lebih baik maka Stefan pun mencoba bangun. Stefan memperhatikan Audrey yang sedah terlelap dan merasa jika kecantikan Audrey tidak memudar sedikitpun. Stefan mencoba bangun, namun masih tersisa sedikti rasa sakit di perutnya sehingga Stefan sediit meringis. Mendengar suara Stefan yang sedang menahan sakit, langsung saja Audrey berdiri dan duduk di sisi Stefan."Apakah masih sakit, katakan bagian mana yang masih terasa sakit?" tanya Audrey dengan terlihat panik.
Audrey masuk ke rumah sambil bersungut tak percaya jika Stefan mau berkemping di depan rumah mereka, "lihat saja mereka akan bertahan sampai kapan," gumam Audrey.Nyonya Aleida dan Hugo juga ada mengintip dari balik tirai jendela rumah mereka, "itu, apakah mereka benaran akan tidur di luar?" ujar Nyonya Aleida."Biarkan saja jika mereka mau, tak usah pikir lagi dan tak usah dilihat lagi!" tukas Audrey seraya menggendong Hugo untuk masuk kedalam kamarnya.Dalam hati, Hugo juga ada sedikit rasa kasihan terhadap Papa-nya itu. Namun Hugo masih belum bisa menerima kehadiran Stefan setelah mengetahui cerita keadaan sebenarnya. Ketika tengah malam, Audrey terbangun perlahan karena tidak ingin membangunkan Hugo, Audrey berjalan ke ruang tam lalu menyibak tirai jendela mereka dan mengintip keadaan Stefan dan Xavier."Mereka benaran tidur diluar sana," ujar pelan Audrey.Audrey masih sangat mencintai pria yang sedang menungguinya di luar rumahnya itu, namun
"Sebentar," ujar Xavier menarik tangan Stefan."Tidak! aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," tukas Stefan."Hei! sabarlah, ku akan mengecek lokasi mereka dulu ada dimana sekarang," jelas Xavier."Apa maksudmu?" tanya Stefan bingung.Xavier mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu mulai membuka media sosial, mulai menggerakan jarinya di layar ponselnya lalu xavier tersenyum."Dapat," ujarnya kesenangan."Apa?" tanya Stefan bertambah bingung."Ayo!" ajak Xavier.Di media sosial tadi, Xavier mencari tahu Food Truck Hugo sedang berjualan di daerah mana. Xavier pun melajukan mobilnya dengan cepat. Sementara Stefan berdebar-debar. Mobil yang sedang dilajukan ini akan segera membawa dirinya bertemu dengan Audrey dan putranya.Setelah berkendara beberapa jam, maka mereka pun tiba. Terlihat banyak antrian di depan Food Truck, Stefan pun tak bisa menguasai diri dan ingin menyelak antrian. Namun malam memancing keributan, Audrey
Begitu tiba, Xavier segera saja masuk ke kamar Stefan, melihat Stefan sudah tertidur langsung saja Xavier menarik selimut Stefan."Hei ada apa ini?" tanya Stefan limbung.Xavier mengambil rambut Stefan beserta akarnya, "kelak kau akan berterima kasih kepadaku," ujar Xavier langsung saja bergegas pergi lagi keluar."Apakah dia sedang keracunan makanan," gumam Stefan seraya melihat jam diatas nakasnya yang menunjukan jika ini masih jam lima pagi.Stefan pergi ke rumah sakit menemui dokter kenalannya, "aku ingin kau melakukan tes DNA untuk ini," ujar Xavier."Kau memintaku datang pagi-pagi sekali hanya untuk ini?" tanya Alex."Sudah lakukan saja, nanti akan kupastikan kakak-ku mem
panggilan Hugo membuyarkan lamunan Audrey, "Ma!" panggil Hugo lagi.Audrey pun segera mengembalikan kesadarannya, dirinya masih begitu mencintai Stefan namun tidak bisa memaafkan sikap Stefan waktu itu yang lebih memilih menyelamatkan dirinya ketimbang buah cinta mereka, "Maaf! Mama hanya sedikti haus saja," jawab Audrey yang melihat tatapan kekhawatiran dimata putranya itu.Sementara itu di Wyatt Group, Stefan tengah dilanda kebosanan dan kerinduan mendalam, lalu mencoba mengecek lagi rekaman CCTV waktu itu. Satu persatu Stefan memperhatikan untuk melihat kejanggalan namun tidak menemukan apa-apa, sekali lagi Stefan memutar rekaman CCTV ketika Nyonya Aleida keluar dari kamar rawat Audrey.Stefan menghentikan rekaman lalu memutar balik kembali, Stefan memperhatikan pada saat itu ada sebuah tali gelang yang sedikit menjuntai. Itu adalah gelang pasangan yang pernah Stefan berikan untuk Audrey. Dengan impulsif Stefan segera keluar ruanganya m