Beranda / Romansa / LIGNEE / 2. Roma Memoria

Share

2. Roma Memoria

Penulis: Lovembers
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Udara Roma siang itu sangat hangat. Orang orang lebih suka menghabiskan waktu mereka dengan berbincang ringan di sebuah Cafe atau menikmati angin pantai dengan keluarganya.

Sebuah Alfa Romeo Giulia berwarna merah melesat melintasi jalanan Via Venti Settembre. Mobil mewah keluaran terbaru ini tampak cantik melenggok dikemudikan pria muda berperawakan tinggi dan berwajah tampan itu. Tampak sekali dia sangat handal membawa kendaraan dengan semburan 480 tenaga kuda itu menuju D'Angelo Gastronomia Caffe.

Rayhan tersenyum simpul ketika melihat mobil itu mendekat dan berhenti tepat di hadapannya. Senyum lebar Aldi tersungging saat dia membuka jendela mobil barunya. “Kau pergi ke Italia untuk mendapatkan ini, bukan? aku seharusnya sudah tahu,” celetuk Rayhan.

“Ayolah...Ayo jalan.” Aldi merajuk seperti anak kecil yang ingin ditemani bermain.

“Aku senang di sini, terima kasih,” tolak Rayhan yang sangat faham bagaimana kebiasaan sahabatnya itu mengendarai mobil-mobil sport nya.

Aldi tetap ngotot membujuk sahabatnya. “Ayo, Rayhan, kita cari cafe lain untuk ngobrol dan minum-minum juga membeli beberapa oleh-oleh sebelum kembali ke Indonesia. Disini terlalu ramai."

Aldi berkilah dengan alasan yang tak masuk akal, bukankah cafe yang rame artinya bagus, batin Rayhan hanya saja sebelum pengunjung lain mengusir mereka karena suara mesin mobil Aldi yang sangat kencang, Rayhan pun terpaksa menyetujuinya, “Tapi jangan dibawa ngebut ya,” pinta Rayhan sambil membuka pintu mobil baru Aldi.

Aldi hanya tersenyum kecil menanggapinya. “Jangan khawatir.” Cetus Aldi.

Rayhan langsung protes pada Aldi. “Kau bangun lebih awal dan  melakukan hal-hal yang kau inginkan. Kita di Italia.  Dengan persetujuan mu,  mari kita lakukan beberapa hal yang aku inginkan juga,” Aldi menjawab celotehan Rayhan dengan satu injakan di pedal mobil yang langsung membawa mereka pada kecepatan 80km/jam.

“Aldi!” Teriak Rayhan hampir tak terdengar diantara raungan mobil Aldi.

***

Di sudut lain kota Roma, di sebuah gedung pertemuan dokter pediatric internasional. Seorang dokter muda cantik berdiri menjadi pembicara program pengobatan gagal ginjal pada anak-anak yang dicanangkan beberapa tahun belakangan ini. Wanita itu bernama Sasha, keuletan Sasha atas berbagai permasalahan penyakit yang banyak diderita anak-anak, telah membawanya ke Italia, ini adalah hari terakhir Sasha bertugas.

Linda, sahabatnya menghampiri Sasha untuk memberikan ucapan selamat. Selain itu Linda juga mempunyai misi supaya Sasha mau bergabung di tempatnya bekerja. Ini adalah usaha Linda yang entah ke berapa kalinya. Linda tidak akan berhenti sampai sahabatnya mau pindah kerja.

“Bagaimana tadi?” Tanya Sasha pada Linda.

Linda memuji penampilan Sasha, “Sangat sempurna!”

“Betulkah?”

“Itu sangat bagus. Sha, lihat.  Aku harus memberitahumu ini.  Kepala dokter kami mengatakan kepadaku untuk tidak  kembali tanpamu,” Linda kembali membujuk Sasha agar mau bekerja di tempatnya.

“Aku menyukainya, tolong sampaikan salamku. Tapi itu tidak mungkin.” jawab Shasa.

“Betapa keras kepalanya kau,” dengus Linda sambil menyesap minuman di gelasnya.

Sasha langsung memberikan alasanya tidak mau bergabung dengan Linda. “Aku tidak bisa meninggalkan anak-anak aku ... aku masih menulis tesis aku, belum selesai.”

“Kau bisa menulis tesis mu bersama kami juga,” tampaknya Linda tidak menyerah begitu saja.

Shasa bersikeras dengan keputusan nya. “Aku bisa menulis tesis aku  tapi anak-anak membutuhkan aku, Lin.”

“BAIK! Kita akan bekerja sama,” Linda memasang wajah cemberut.

“Jangan marah!  apa yang kamu kerjakan hari ini?

Mengapa kau tidak ikut dengan aku?” Sasha berusaha mengalihkan arah pembicaraan mereka.

“Aku berhutang kepada tim.  Kita akan makan siang.  Apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Linda.

“Pertama, aku akan berganti pakaian.  Lalu aku pikir aku akan berbelanja dan….”

“Oke.  Sampai jumpa di bandara…” Linda langsung memotong ucapan sahabatnya yang keras kepala.

Sore itu Sasha memutuskan untuk menghabiskan waktu di pusat pertokoan di Via Bocca de Leone sekedar membelikan orang rumah oleh-oleh. Iseng-iseng dia masuk ke sebuah toko buku dan menemukan buku berjudul Toy’s for Boy’s yang berisi gambar gambar mobil mewah terkini beserta ulasannya yang sangat lengkap. Sasha tersenyum kecil dia yakin Emir suaminya akan menyukai buku itu. Emir yang selama ini hanya mengelola bengkel mobil kecil miliknya bersama dua sahabatnya Indra dan Gery, selalu bercita-cita mendesain sebuah mobil mewah yang terjangkau harganya. Segera Sasha ambil ponsel lalu menelepon pria tercintanya. “Halo, Emir.  Apa kabar?”

“Aku baik-baik saja, sayang.  Bagaimana denganmu?” dari seberang sana suara Emir terdengar bahagia karena Sasha menghubunginya.

“Aku juga baik-baik saja. Aku akan  segera menuju bandara….Sebentar Emir tahan…” Sasha terjebak di pintu putar toko buku. Aldi dan Rayhan bermaksud masuk ke dalam bersamaan dengan Sasha yang hendak keluar toko.

“Rayhan,  kau belum pernah melihat pintu seperti ini sebelumnya, kan?” Ejek Aldi.

Sasha tertawa mendengar pembicaraan mereka, “Emir, kau tidak akan percaya ini.  Tiga orang Indonesia terjebak di pintu putar di Italia!  Luar biasa.” Sasha bergegas keluar meneruskan belanjanya. Sedangkan Aldi berjalan ke sebuah rak dimana dia yakin menemukan buku yang bagus sebelumnya. Anehnya buku itu sekarang tidak ada. Aldi memutuskan bertanya pada pelayan toko.

“Excuse me..i’m looking for book Toys for Boy’s?”

“I remembered we only have one left, maybe it sold.”

“Thank you…”

 “Ayo pergi,  aku kelaparan,” kata Rayhan. Mata Aldi malah tertuju pada sebuah pena yang dipajang di etalase toko lalu memerintahkan pegawai toko membawanya ke kasir karena dia berniat membelinya. “Wah lihat harga segitu.  Bagaimana kau bisa membayar begitu banyak uang untuk sebuah pena?  kau gila!” Rayhan tak habis pikir dengan selera sahabat nya ini.

Aldi dengan enteng menjawab. “Rayhan, seperti yang kamu tahu  peradaban dimulai dengan menulis.”

Di Luar toko, Sasha segera memberi kabar suaminya tentang oleh oleh yang dia belikan. “Ingat buku tentang mobil yang kamu cari cari? aku telah menemukan di sini.” Ujar Sasha.

“Tidak mungkin,  kau tidak membelinya, bukan? Buku itu pasti mahal, jangan dibeli,” sahut Emir.

Sasha tidak menggubris perkataan Emir. “Sayang, aku sudah dapatkan oleh oleh untuk ibu,  tapi apa yang harus aku beli untuk Joyce? bantu aku.” Sasha meminta pendapat Emir tentang apa yang harus dia belikan untuk adik perempuan Emir.

“Bagaimana mungkin aku mengetahuinya.  Kamu lebih tahu.” Jawab Emir. “Aku kira beberapa pakaian.”

“Oke, aku akan menemukan sesuatu  aku akan meneleponmu sebelum berangkat.  Emir, aku sangat merindukanmu.”

“Aku juga sayang. Hati hati.  Aku cinta kamu.  Selamat tinggal.”

Bersambung...

Bab terkait

  • LIGNEE   3. Two Man One Desire

    Emir meletakkan ponsel selepas Sasha meneleponnya. Begitu rindunya Emir pada wanita yang selama ini selalu setia menemaninya. Meskipun Emir merasa sebagai laki-laki dia belum bisa membahagiakan Sasha, dia hanya memiliki Kaz Speed bengkel yang sebenarnya tidak terlalu menguntungkan, akan tetapi Sasha selalu menerima Emir apa adanya. Juga tulus mencintai ibu dan Joyce, adik perempuan Emir.“Emir, kamu datang lebih awal?” suara Indra membuyarkan lamunan Emir.“Pikiranku sibuk dengan sesuatu yang sedang aku kerjakan,” jawab Emir sambil kembali fokus pada layar monitor di hadapannya.“Tapi kau tidak di sini sepanjang malam, kan?” nada suara Indra sangat mengkhawatirkan Emir.“Aku….”

  • LIGNEE   4. Ketinggalan Pesawat

    Sebelum meninggalkan Kevin bekerja, Dea sempat mengobrol sedikit dengan bibi Ema. Wanita setengah baya yang mengasuh Kevin dari kecil ini berpamitan pada Dea karena dia harus pindah ke Bogor untuk mengurus cucunya. Sebenarnya Dea masih sangat membutuhkan bantuan bibi Ema. Dia sudah sangat percaya bahwa bibi Ema hafal karakter Kevin karena mengasuhnya dari kecil. “Kapan kamu pergi, Ema?” “Jika terserah aku aku tidak akan pernah pergi. Tapi anakku memanggilku. Aku tidak bisa mengatakan tidak. Dia akan segera melahirkan,” jawab Ema. “Kamu benar. Aku sudah terbiasa dengan si kecil ini.” Ema terlihat sangat berat meninggalkan mereka. “Apa yang bisa kita lakukan? Kami akan menemukan jalan untuk mengatur hal-hal dalam beberapa hari berikutnya.” Dea begitu berat melepaskan bibi Ema. Tapi dia juga tidak bisa b

  • LIGNEE   5. Kembali ke Indonesia

    "Aldi, bagaimana bisa kau bisa mengeluarkan uang sebesar itu untuk sebuah pena?” tanya Rayhan sambil melirik MonteGrappa di tangan Aldi yang baru saja dia pakai untuk menandatangani tagihan RS. “ Dimana Sasha?” lanjut Rayhan saat tersadar kalau pena Aldi telanjang karena body nya masih dipegang Sasha saat menolongnya untuk bernafas.“Aku akan mencarinya,” kata Aldi “Simpan ini, jaga-jaga kau terlalu banyak bicara.” Sambil tertawa, Aldi memberikan penanya pada Rayhan.Di Luar ruangan Aldi melihat Sasha seperti kebingungan karena gagal mendapatkan penerbangan buat hari itu. Berkali-kali Sasha menelepon maskapai penerbangan, mencari jadwal hari ini, tapi selalu gagal. Dia langsung menghampirinya untuk menawarkan bantuan. “Aku sungguh minta maaf, kau ketinggalan pesawat gar

  • LIGNEE   6. Back On Duty

    Sebelum pesawat lepas landas, ponsel Sasha kembali berbunyi. Alvin kembali menghubunginya berkenaan dengan Diva, pasien kecil Sasha yang menderita kelainan ginjal. Menurut Alvin, demam Diva sudah diatas normal hingga 41 derajat dan mengharuskan dia diselimuti selimut dingin. Sasha menyuruh Alvin mencari luka di tubuh Diva dan membuangnya.Setelah selesai memberi pengarahan pada Alvin. Sasha menghubungi Emir dan mengabarkan berita gembira bahwa dia akan pulang hari itu juga.“Aku harap itu tidak mendesak.” Rayhan berkomentar setelah Sasha menutup teleponnya.“Semoga kita tidak terlambat,” cetus Sasha dengan wajah yang sangat khawatir.***Disaat Aldi sedang dalam perjalanan menuju Indonesia. Agus, sebagai orang kepercayaan keluarga Erlangga, dia mencoba meyakinkan klien besar nya untuk bersedia bertemu dengan Tn Farouk sebagai ketidakhadiran Aldi. Untung saja hari itu Mr. William menerima kehadiran Tn Farouk dan negosiasi pun berjalan

  • LIGNEE   7. Pertemuan

    Makan malam yang sudah dipersiapkan Aisya untuk anaknya telah terhidang di atas meja. Sementara itu di ruangan lain, Fatima sibuk bertanya pada Joice darimana dia bisa mendapatkan uang untuk membeli tas barunya. Sasha yang tidak langsung ke rumah tapi malah pergi ke RS melihat kondisi Diva, kembali menelepon Emir, menyuruh dan ibunya nya agar makan malam duluan karena Sasha masih harus memastikan keadaan Diva baik-baik saja.“Aku mengerti, akung...Tapi hanya karena kau datang, mereka telah melakukan banyak persiapan...itu tidak sopan.”“Apa yang terjadi?” tanya Aisya pada menantunya.“Dia harus pergi ke rumah sakit,” singkat Emir menjawab. “Ayo mulai. Ayo, Bu….” Emir mengajak ibu, ibu mertua nya makan malam duluan.***Suasana persiapan makan malam keluarga di rumah keluarga Erlangga juga tampak tidak terlalu menyenangkan. Sementara semua asisten rumah tangga mempersiapkan makanan. Tampak mereka sedikit

  • LIGNEE   8. Dihantui Rasa Bersalah

    Sebelum kembali ke rumahnya tak lupa Nisa juga mampir ke tempat Aldi Erlangga. Dia mencoba meyakinkan Aldi untuk tidak mundur dengan usahanya menjalin lagi kedekatan bersama Feyza dan Ayahnya.“Pak Aldi, aku tidak bisa menyelesaikan ini tanpa bantuan Anda,” tutur Feyza.“Lihat, kamu bersikeras dan aku datang ke makan malam itu. Apakah ada yang berubah?,” Nada suara Aldi sedikit putus asa.“Tetapi Anda tidak boleh menyerah begitu saja. Dengar, kita rayakan ulang tahunmu. Ini adalah kesempatan besar untuk keluarga berkumpul. Anda dapat berbicara dengan Feyza di sana.” Nisa memberi usul agar Aldi mau merayakan ultahnya yang hanya beberapa bulan lagi.“Merayakan ulang tahun dan konfrontasi. Dua kata yang tak berarti dalam hidupku,” sanggah Aldi.“Mungkin Anda harus menghadapi diri sendiri terlebih dahulu.”“Maaf tapi aku tidak butuh terapi. Jika aku membutuhkannya, aku akan memberitahumu.”“Sebaiknya aku pergi….” Nisa beranjak dari sofa mewah di kediaman Aldi. “Teri

  • LIGNEE   9. Cemburu

    ruDea baru saja selesai mempersiapkan makanan untuk anaknya. Buah potong yang diberi susu adalah cemilan favorit Kevin disela-sela waktu makan dia.Kevin merasa keheranan karena beberapa minggu ini ibunya selalu berada di rumah. Dia langsung bertanya. “Apakah kau tidak akan bekerja lagi, Bu?”“Tidak, ibu tidak kerja lagi sayang,” jawab Dea.“Hore! Kita selalu akan bersama terus,” teriak Kevin kegirangan.” Dea tersenyum sambil membelai rambut anaknya. Kevin meneruskan makan cemilan buahnya dengan sangat lahap. Dea kemudian dia berdiri mengambil ponselnya. Diam sejenak karena ragu dengan apa yang akan dia kerjakan. Dia pandangi lagi kontak yang akan dia hubungi. “Baba” seketika air mata menetes di wajahnya yang pucat. Akankah ayahnya mau bicara dengannya? Bagaimana jika Baba masih marah padanya? Tanpa berfikir lagi Dea langsung menghubungi Baba.Terdengar suara seorang laki-laki tua, suara yang begitu Dea kenal. Karena laki-laki itu teramat dia cintai dan dia hormati.

  • LIGNEE   10. Pertengkaran

    Sasha masuk ke dalam rumah. Selang beberapa menit Emir juga menyusul masuk ke dalam rumah. Raut wajah Emir sudah tidak bagus. Sasha tetap menyambut Emir dengan suka cita.“Selamat datang sayang. Bagaimana malammu? kau mabuk ya? tahan, biarkan aku membuatkanmu kopi dan menyadarkanmu,” sahut Sasha“Siapa pria yang mengantarmu pulang?” pertanyaan dengan nada suara yang tinggi Emir langsung to the poin.“Aku sudah memberitahumu tentang dia. Dia adalah teman dari orang yang jatuh sakit di Italia. Jika kau sudah melihat kami tadi diluar kenapa kamu tidak menyapa?” Sasha balik bertanya sambil mengernyitkan dahinya.“Mengapa aku harus datang dan menyapa?” Emir mengelak “Apa yang dilakukan teman pria itu saat makan malam?”“Dia adalah temannya, dia mengundangnya juga. Haruskah aku bertanya mengapa dia mengundangnya?” Sasha merasa Emir terlalu memojokkan dia.“Iya!” cetus Emir.“Kamu serius?” mata Sasha yang bulat kini terbelalak seakan tidak mengenal pria yang kini berdi

Bab terbaru

  • LIGNEE   37. Kembali Ke Tempat Lama

    Fatima datang menghampiri Indra. “Aku akan menemui Indra.”“Tentu saja.”“Ada apa? Apakah kau merasa baik-baik saja?” tanya Fatima.“Aku baik-baik saja, Fatima ... berangsur lebih baik … aku selamat”Gery seolah protes dengan pernyataan Indra. "Kau tidak tahu berterima kasih! Kau seperti orang yang tidak tahu berterima kasih. Pikirkan tentang semua yang telah aku lakukan untuk membuatmu kembali berdiri."Jadi, aku mencintaimu," Emir muncul ke ruangan Indra."Ketua Emir, selamat datang," sambut Gery."Bagaimana kabarmu ibu?" tanya Emir."Baik..." jawab Fatima"Indra, kamu terlihat baik," sapa Emir."Aku baik-baik saja, aku menjadi lebih baik, apakah kamu sudah sibuk? kata Indra. "Apakah kau menghabiskan malam di tempat kerja?""Aku bekerja sedikit, itu saja. Aku berbicara dengan para dokter. Mereka akan mengeluarkanmu dalam beberapa hari. Tapi kamu tidak akan bisa kembali segera untuk bekerja.""Aku akan tinggal di rumah ketika aku keluar," jawab Indra. Dan itulah masalahnya. Tapi bag

  • LIGNEE   36. Arti Tanggung Jawab

    Amri terus saja menggoda Joice saat menghampirinya di sebuah cafe dekat kampus mereka. "Apa yang terjadi? Apa arti wajah itu?" tanya Amri sambil mencolek pipi Joice."Aku hanya menatap ke luar angkasa." Jawab Joice sekenanya. "Karena ketika aku melihat di sini, aku tidak mengerti apapun." Joice menunjuk ke arah bukunya. "Aku ada ujian bahasa Inggris dan aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak mengerti apapun, aku dilarang masuk lagi kelasnya jika aku tidak lulus ujian ini, aku tidak tahu bagaimana menghadapi keluarga aku. Di sini, aku tidak tahu harus berbuat apa." Keluh Joice."Jangan khawatir, aku akan membantu kamu," kata Amri."Benarkah?""Tentu saja! Ujian bahasa Inggris di sini tidak sulit, kamu hanya perlu belajar setengah hari untuk melewatinya," kata Amri, mencoba mey

  • LIGNEE   35. Ulah Lily

    Pagi-pagi Sasha menelepon Emir.“Ya, Sha? Apa kabarmu? Apa yang kamu kerjakan?”Saya bekerja sepanjang malam. Aku hanya“Aku sedang dalam perjalanan ke Genco. Anda sedang dalam perjalanan ke rumah sakit itu.”“Ya. Emir, siapa nama pria itu? Kenan, kan? Aku pikir aku telah menemukan cara untuk menyingkirkannya.”“Sayang, apa yang kamu lakukan? Aku bilang jangan ikut campur. Aku bilang aku akan mengurusnya. Jangan ikut campur dalam urusanku. Kau tidak meminjam uang dari ibumu, kan? Jika kau melakukannya, kita punya masalah.” kata Emir“Tidak, aku tidak membawa itu. Aku akan menjelaskan semuanya ketika kau tiba.

  • LIGNEE   34. Kevin Rindu Mama

    Di dalam rapatnya, Aldi tidak terlalu fokus. Dia sebenarnya terus mengingat Kevin. Sementara Kevin sedang asyik bermain dengan Rayhan dan Ibo.“Ini akan menjadi suatu kehormatan bagi kami, memproduksi kaca untuk mobilmu. Mari kita rayakan?”“Itu membuat kami sangat senang. Itu selalu menjadi mimpi untuk dapat memproduksi mobil di sini. Dia menjadikan kita bagian dari mimpi ini. Mari bersulang.”Rayhan menelepon Aldi. Karena Kevin tertidur di rumahnya.Aldi tidak merespon.“Rapat tidak harus berakhir.”“Sudah larut, Rayhan. aku harus pergi. Sesuai keinginan kamu. Aku akan membawamu pulang. Tidak, itu tidak diperlukan. Dia akan takut jika kau tidak di rumah. Ini baik-baik saja. Aku akan meninggalkan tasnya untukmu.”“Tentu saja. Itu sangat manis hari ini.”“Segera.”“Selamat malam.”“Bo, selamat datang!” Sambut Rayhan.“Aldi memang aneh. Dia melakukannya lagi. Dia bilang dia akan datang, tapi belum sampai. aku membuat pasta dengan Kevin, kita semua aka

  • LIGNEE   33. Pulang ke Mansion

    Hanum sedang memilah-milah sweater untuk kedua cucunya. Lihat, ini untuk Sinan... dan ini untuk Kevin. Itu akan cocok untuknya, bukan?”“Ini sweter yang bagus,” ujar Hasan.“Apakah mereka akan membiarkannya memakainya?”“ Mengapa tidak, itu sweater. Aku akan memasukkannya ke dalam tasmu. Jika mereka mau, dia akan memakainya, jika tidak. Apa yang akan terjadi sekarang?”Hasan memutuskan untuk menemui Sasha agar diperkenankan bertemu Kevin. Hasan menunggu Sasha di ruang kerjanya.“Halo dokter aku harap aku tidak mengganggu kau. Aku ingin datang padanya. Kami memiliki barang-barang Kevin aku ingin bertanya padamu apa kau bisa membantu kita.====Fatima baru saja datang ke RS. Dia langsung menghampiri Emir dan Sasha."Ibu!" teriak Emir langsung memeluk Fatima."Ah, anak malang. Apa yang terjadi, Emir?" tanya Fatima penuh kasih sayang."Aku tidak tahu bagaimana itu terjad

  • LIGNEE   32. Janji

    Kevin menghampiri kantor Aldi. Terlihat Aldi begitu sibuk sekali bekerja."Apakah kau selalu bekerja di sini?" tanya Kevin. "Kau tidak pernah keluar?""Ya.""Aku akan bosan di tempatmu," lanjut Kevin."Kenapa?" Aldi sambil terus menandatangani pekerjaan."Bahkan tidak ada tempat untuk bermain. Apakah kamu tidak pernah bosan?""Tidak mengapa harus bosan?""Benarkah?'"Ya."" Dan ketika kau masih kecil?""Mh?" Aldi fokus pada pekerjaanya."Apakah kau tidak bosan sebagai seorang anak?""Aku tidak tahu. Aku tidak ingat." Tangan Kevin menyenggol jus jeruk saat dia meraih pulpen." Oh tunggu." Dengan sabar Aldi membersihkan semua tumpahan di meja kerjanya.""Maaf," ucap Kevin.."Kau tidak perlu meminta maaf.""Kau marah? Tidak mengapa harus marah? Jika kau mau, aku bisa membawa kau jus jeruk lainnya, kau bosan, bukan?" Kevin mengangguk."Apakah kau ingin pergi keluar?""Tentu saja.""Biarkan aku menelepon Pelin." Aldi langsung telep

  • LIGNEE   31. Amarah Feyza

    Feyza yang sudah bersiap untuk pergi ke kantornya turun dari lantai 2, hendak bertemu dengan Tn. Farouk."Apakah ayahku di rumah?" Tanya Feyza pada Fatima."Ya." Jawab Fatima. Feyza langsung berjalan ke ruangan kerjanya."Kita perlu bicara!" Sahut Feyza pada Ayahnya."Aku lelah." Tolak Tn Farok. "Aku akan pergi untuk beristirahat. Kita akan bicara nanti.""Tenang. Ini tidak akan lama. Kita perlu bicara. Ini penting.""Cukup, Feyza!""Kai memaksa aku untuk melakukannya.Selalu ada alasan, kan, ayah? kau selalu dipaksa untuk melakukan sesuatu. Itu selalu kesalahan orang lain. Karena kita semua tahu bahwa kamu penuh cinta. Jadi apa salah Ibu?""Jangan mulai!" bentak Tn Farouk"Kenapa? Aldi tidak mengingatnya.

  • LIGNEE   30. Apa Dia Anakmu?

    Pagi sekali Aldi menelepon Martin, dia ingin memastikan bahwa Martin sudah mengerjakan tuo hari itu."Selamat pagi," salam Martin."Aku tidak berpikir kau mengerti betapa pentingnya hal ini kata Aldi."Apa maksudmu?" ujar Martin."Kau belum melaporkan apa pun."Aku sedang mengurusnya. Jangan khawatir.""Kau selalu mengatakan hal yang sama akhir-akhir ini. Aku tidak akan menyesal untuk memberimu proyek, bukan?""Tidak. Aku akan bertemu dengan beberapa desainer.!Aku akan memperbaiki semuanya, jangan khawatir. Semua baik saja." Martin menutup telepon lalu dengan segera dia menghubungi Emir."Halo, Emir. Saya mengirimi Anda alamat, datang ke sana segera, oke? Aku menunggumu."Emir menjawab dengan segera. "Tentu saja, saya segera tiba. Ya, saya tahu daerah itu. Oke terima kasih." Tanpa menunggu apa-apa, Emir berpamitan pada Gery dan Indra."Sampai ketemu lagi. Indra aku akan keluar.""Kemana kamu pergi?"

  • LIGNEE   29. Apa Kau Suka Mobil?

    Joice keluar dari kelasnya bersama Thea. "Pelajarannya sangat membosankan," keluh Thea."Ya. Itu benar-benar membosankan. Otakku rusak.!"Joice! Joice! Apakah kau punya waktu? Aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu." Amri mengejar Joice yang baru saja selesai kuliah. "Aku ada balapan besok. Aku ingin tahu apakah kau ingin datang? Jika aku berada di dua besar, aku akan masuk ke final universitas.”“Selamat, tapi aku tidak tahu apakah aku bisa,” sahut Joice.“Datanglah! kau akan membawa keberuntungan untukku. Aku tidak beruntung untuk diriku sendiri.”“Aku tidak tahu, kita akan lihat nanti, tapi tidak janji, oke?”“Tolong!” Amri merengek seperti anak kecil. “Penting bagiku andai kau datang. Aku akan menjadi lebih kuat.” Setengah memaksa Amri membujuk Joice.“Mari kita lihat, oke? Sampai ketemu lagi!” Joice

DMCA.com Protection Status