Lanting Beruga tidak gentar meskipun Raja Penyihir Kegelapan ini telah menunjukan taringnya saat ini. Dia bahkan masih bisa menguasai ketenangannya dihadapan seorang raja Asura.Lanting Beruga tentu tahu bahwa musuhnya sangat kuat, merupakan asura kasta tertinggi dengan bentuk tubuh yang nyaris sempurna.Namun, meskipun dia tidak bisa mengandalkan Roh Api, Lanting Beruga telah memiliki kerangka dewa yang sempurna, ditambah pedang pembantai iblis, dan teknik pedang yang mencapai tahap kesempurnaan.Tiga poin itu sudah lebih dari cukup bagi Lanting Beruga untuk menghadapi Raja Sihir Kegelapan ini."Aku akan memenggal kepalamu!" ucap Lanting Beruga, seraya mengarahkan mata pedang ke depan.Melihat kesombongan Lanting Beruga, tentu saja membuat Raja Asura itu sangat marah.Dia segera menggunakan kekuatan sihir untuk melawan Lanting Beruga.Pertarungan antara mereka berdua pada akhirnya terjadi. Hal ini menarik perhatian para Asura yang merasakan tekanan kekuatan Raja mereka.Lebih lagi ke
"Kau tidak menyadari sihirku?" Raja Sihir Kegelapan merasa puas telah berhasil menangkap tubuh Lanting Beruga. Dia menggunakan sihir yang halus dan kecil, sehingga Lanting Beruga tidak sadar jika beberapa waktu barusan tubuhnya telah terkena serangan Raja tersebut.Sihir itu yang digunakan oleh Raja itu, berbentuk seperti butiran debu, bergerak sangat pelan dan teratur. Ketika menempel di tubuh Lanting Beruga, sihir itu belum menunjukan reaksi apapun, tapi ketika Raja itu mulai menggunakan sihir yang kuat untuk menumbangkan manusia itu, barulah sihir kecil itu mulai menunjukan dampaknya.Kini Lanting Beruga melihat jika setitik kecil sihir itu telah berubah menjadi banyak tangan yang mencengkram kuat ke dua kakinya. Tangan-tangan itu terus bermunculan di sekitar tubuh Lanting Beruga, hingga pada akhirnya menyelimuti sekujur tubuh pria tersebut.Lanting Beruga dibuat tidak berkutik oleh raja itu, dan sekarang yang tersisa dari tubuh Lanting Beruga hanyalah bola mata kanannya saja.Dala
"Disaat kau merasa bahwa dirimu sudah merasa menang atas lawanmu, pada saat itu kau sebenarnya telah berada di awal kekalahan...."Lanting Beruga telah mengunci Raja Asura itu, dengan mata asura miliknya. Bahkan meskipun Raja tersebut bisa menguasai dirinya dari ketakutan, tapi hal itu tidak akan lebih cepat dibandingkan dengan serangan yang akan dilakukan Lanting Beruga saat ini."Kau adalah mahluk pertama yang akan menguji teknik ini," ucap Lanting Beruga.Beberapa saat kemudian, muncul cahaya putih terang pada bilah pedang pembantai iblis. Tekanan dahysat dari senjata itu menggetarkan udara yang ada di sekitar dirinya.Mendadak pula bumi berguncang pelan, dan pada saat itu semua benda yang ada di sekitar Lanting Beruga mulai terpotong menjadi beberapa bagian."Angkara Jagad!"Energi pedang berwarna putih terang mulai bergejolak, dan tidak sampai setengah detik, energi itu bergerak ke arah Raja Penyihir Kegelapan.Serangan itu terlihat sangat lambat, tapi hal ini karena ukuran energ
Raja Asura Kecil mulai memimpin ribuan Asura, bergerak ke arah Raja Raksasa di Kerajaan Timur. Bendera merah darah berkibar terang saat ini, menandakan semangat pertempuran.Banyak pasukan yang dia bawah berasal dari kalangan Asura Kasta tertinggi, dan hanya menunggu satu perintah saja untuk menghancurkan Ras Raksasa dari bangsa Asura tersebut.Raja Kecil mulai terbang kemudian melempar satu gulungan kertas ke arah Istana Raja Raksasa.Bentuk Istana itu memang sangat besar, meskipun bisa dikatakan tidak begitu indah seperti Istana Asura yang lain.Seluruh bagian Istana terbentuk dari sebuah gunung yang dipenuhi banyak lubang seperti sebuah sarang. Ada dua tulang tangan yang diletakan di atas puncak istana tersebut, dan mungkin sebagai simbol kekuatan Ras Raksasa.Menurut Raja Kecil itu, jumlah Raksasa tidak terlalu banyak, tapi semuanya lahir dengan Kasta Tertinggi.Tidak lebih dari 200 Raksasa yang hidup di Istana tersebut, tapi semuanya sangat hebat dan kuat.Mereka ini memiliki tub
Mengetahui Lanting Beruga berada di pihak Raja Asura Kecil, sekarang Raja Raksasa mulai gentar.Sekarang pula dia sudah bisa memprediksi siapa gerangan yang membunuh Raja Penyihir Kegelapan. Jelas itu adalah Lanting Beruga, karena tidak mungkin Raja Asura Kecil mampu melakukan hal tersebut.Sejak perang berkobar, Raja Asura Kecil dan Raja Penyihir adalah lawan yang sepadan. Dari 10 kali pertarungan yang diadakan selama 10 tahun sekali, Raja Asura Kecil menang 5 atau 4 kali, juga kadang sebaliknya."Manusia kenapa kau ingin bertarung melawanku?""Aku tidak punya niat untuk bertarung dengan dirimu, aku hanya menginginkan pusaka gadah yang kau miliki, jika kau berkenan memberikannya, maka pertempuran ini tidak akan terjadi.""Pusaka gadah adalah senjata kebanggan ras kami, jika kau mengambilnya itu sama saja kau menghilangkan harga diri bangsa kami, bagaimana aku bisa menyerahkan senjata tersebut.""Kalau begitu, aku sudah tahu jawabannya," ucap Lanting Beruga.Dengan perlahan, Lanting B
Sementara itu, di alam manusia, telah terjadi kekacauan yang diperbuat oleh Raja Kegelapan, dimana mahluk ini masih berusaha menyempurnakan 5 roh alam yang telah dia serap. Sejauh ini, dia belum mencapai tahap sempurna dari potensi yang sesungguhnya dari kekuatan tersebut.Atau mungkin ada hal lain yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan itu, tapi Dewa Kehancuran belum menemukannya.Dia bahkan tidak pernah berhasil menguasai lima roh sekaligus, dan cendrung menahan salah satu roh.Benar, dia bukan yang terpilih untuk menyempurnakan kekuatan itu. Dewa Kehancuran mungkin berpikir akan menjadi sangat kuat jika telah menguasai lima roh sekaligus, tapi nyatanya dia tidak bisa bahkan tidak berani menggunakan ke lima kekuatan itu.Ketakutannya untuk menguasai semua roh membuat Dewa Kehancuran menjadi gila.Dia melakukan latihan tertutup di dalam Istananya, dengan waktu yang cukup lama.Namun demikian, Dewa Kehancuran telah memerintahkan semua budak yang berasal dari Bangsawan Dunia untuk m
Si tempat lain, sebuah jalan setapak yang di apit oleh dua cadas tinggi. Ares berada di atas cadas itu bersama dengan beberapa pendekar yang lain.Dia memperhatikan jalan setapak di bawahnya dari beberapa hari yang lalu, menunggu jika saja ada Budak Kegelapan yang akan melewatinya. Menurut Ares budak-budak kegelapan ini pasti melewatinya.Dilihat dari pakaian yang mereka gunakan, sepertinya sudah didesain oleh Sang Jenius. Pakaian itu berbahan lumpur yang kemudian di padatkan hingga dibentuk sedemikian rupa, menjadi sebuah zirah.Fungsi dari pakaian tersebut adalah untuk menyamarkan bau darah yang mereka miliki, sehingga Budak Kegelapan akan kesulitan menemukan keberadaan mereka.Dilihat dari sini, Sang Jenius sepertinya berbuat begitu besar untuk menebus kesalahannya."Tuan Ares," ucap salah satu pendekar yang berada di atas cadas lain, "Kami melihat beberapa Budak Kegelapan membawa beberapa warga."Ares langsung mengalihkan perhatiannya ke arah yang dituju oleh temannya, dan benar s
Di tempat lain lagi, sebuah bangunan yang dikhususkan untuk membuat banyak pil air kehidupan, terlihat banyak sekali orang sedang menyibukkan diri dengan tugas mereka masing-masing.Beberapa orang terlihat membawa peti-peti kecil keluar dari bangunan utama, kemudian masuk lagi ke bangunan lain yang tampaknya merupakan sebuah gudang. Di tempat itu, peti-peti di susun sedemikian rupa.Di bangunan utama itu, ada beberapa bejana besar sedang menggelegak di atas tunggu perapian yang panas.Beberapa orang pendekar ditugaskan untuk menjaga tungku-tungku perapian tersebut, mengontrol api yang menyala agar tidak terlalu besar atau pula terlalu kecil.Setiap bejana sedang memasak 7 pil air kehidupan, dengan tingkat keberhasilan 5 sampai 6 butir pil air kehidupan.Peluh membasahi sekujur tubuh para pendekar tersebut, yang kebanyakan berasal dari Sekte Lentera Es.Tentu saja pekerjaan yang sangat menguras stamina, terlihat sederhana tapi pada dasarnya begitu berat untuk dilakukan.Namun, ada yang
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m