Pertarungan antara Raja Raksasa dan Dewi Kematian tampaknya memang tidak bisa dihindari. Meskipun Dewi Kematian memang mengatakan yang sebenarnya, Raja Raksasa tetap tidak akan percaya dengan ucapannya. Lagipula, ras Asura ini memang menyukai pertarungan. Hanya mencari alasan saja untuk memulai baku hantam.Saat ini, telah terjadi ledakan yang begitu besar di tepian pantai laut hitam akibat ulah raja raksasa tersebut.Hutan dan semua benda yang ada di sekitar mereka berdua mendadak lenyap, dan rata dengan tanah.Debu berhamburan ke udara, begitu tajam sampai-sampai segenggam debu bisa membunuh satu asura kasta rendah yang berada di dekat mereka.Tidak ada yang berniat mendekati dua pemimpin yang sedang bertarung, tidak ada. Para petinggi Asura yang berada di bawah kekuasaan Dewi Kematian menjauh di atas gunung yang tidak jauh dari bibir pantai itu.Mereka tentu saja lebih memilih untuk melihat dari pada terlibat pertarungan antara dua pemimpin tersebut.Dalam beberapa waktu yang cuku
Dari kejauhan, Lanting Beruga merasakan adanya pertempuran di tempat yang sangat jauh. Getaran energi kegelapan dapat dia rasakan di tempat ini berkat bantuan mata asuranya.Sesekali pria itu mengintip dari celah mata asura, dan melihat jika Dewi Kematian sedang bertarung sengit melawan seorang asura bertubuh raksasa.Tampaknya bukan hanya pria itu saja yang merasakan hal tersebut, tapi beberapa petinggi asura juga merasakan hal yang sama.Namun mereka tidak dapat melihat dengan jelas apa yang telah terjadi, seperti yang dilakukan oleh Lanting Beruga. Hal ini karena mata mereka tidak begitu tajam seperti mata yang dimiliki oleh pria tersebut.Karena merasakan aura pertempuran itu, beberapa petinggi Asura keluar dari istana dan mulai bergerak menuju Laut Hitam.Tentu saja ini sangat bagus, ini menguntungkan Lanting Beruga. Dengan ketidak beradaan para petinggi, maka dia bisa dengan leluasa masuk ke dalam wilayah Istana Asura.Beberapa waktu kemudian, Lanting telah berada di sekitar Ist
Lanting Beruga berlari seperti orang kesetanan, dia menerobos semua benda yang dilewatinya, tapi kambing sialan itu masih mengejarnya. Kambing lebih gila lagi dibandingkan dirinya.Langkah kambing itu mungkin terlihat pelan, tapi satu langkahnya bisa menjangkau belasan depa jauhnya. Ini sangat mengerikan, tanpa menggunakan mode cahaya api, Lanting Beruga sedikit kesulitan untuk menghindari mahluk tersebut.Lari ke kiri, berbelok ke kanan, kemudian masuk ke dalam lubang, dan keluar lagi ke lubang yang lain. Lanting Beruga mencoba untuk mengecoh kambing tersebut, tapi binatang itu masih terus berada di belakang Lanting Beruga, sepertinya tidak merasa lelah."Apa kambing ini tidak makan rumput?" teriak Lanting Beruga seraya berlari di antara bebatuan, "padahal aku baru saja melewati padang rumput.""Mahluk di tempat ini tidak seperti mahluk di tempat asalmu,'' ucap Asura Kuno, "Mereka tidak makan rumput, mereka memakan daging.""Mereka binatang buas!!!" teriak Lanting Beruga.Pemuda itu
Dalam hitungan detik saja, seluruh Asura yang berada di dalam Istana berhamburan keluar dari dalam. Semuanya sepakat untuk memburu Lanting Beruga hingga ke ujung dunia bawah sekalipun.Jelas mereka tidak akan membiarkan manusia itu hidup, mengingat dia telah mencuri harta paling berharga milik bangsa mereka, yaitu Kembang Kantil Hitam.Di antara empat kerajaan besar, hanya di negri ini saja kembang itu muncul setelah beberapa waktu yang lama. Biasanya, kembang ini akan muncul secara acak, dan kemunculannya akan menjadi simbol dari kebangkitan negri yang ditumbuhinya.Para asura akan menjaga kembang kantil hitam dengan sangat baik. Dewi Kematian yang gemar memelihara binatang buas, telah mengutus kambing besar itu untuk menjaganya siang dan malam.Konon, kembang itu akan tetap mekar selama 500 tahun, sebelum kemudian layu dan gugur dari pohonnya.Butuh waktu yang lama lagi bagi kembang itu untuk tumbuh lagi, dan mengenai tempat dimana dia akan tumbuh, tidak ada satupun asura yang bisa
Lanting Beruga tersenyum tenang, sepertinya apa yang dia duga memang benar adanya. Sebelumnya, Lanting Beruga telah berpikir bahwa tulang tengkorak raja asura kuno adalah tempat paling aman yang bisa dijadikan olehnya untuk bersembunyi.Hal ini didasarkan energi kegelapan yang masih begitu pekat terkandung dalam tengkorak tersebut. Itu artinya, jika dia masuk ke dalam tengkorak tersebut, maka keberadaan dirinya akan disamarkan oleh energi kegelapan tersebut.Namun bukan hanya itu saja, tengkorak asura kuno dianggap sebagai tempat yang sangat sakral bagi para asura. Ada satu peraturan mutlak bagi bangsa asura, dimana mereka dilarang utuk memasuki kerangka tengkorak raja asura kuno tersebut.Bahkan Dewi Kematian tidak bisa sembarangan memasukinya. Ini mungkin karena kebiasaan atau adat yang mereka anut, atau mungkin pula karena tekanan energi kegelapan yang begitu kuat pada tengkorak tersebut.Namun Lanting Beruga bukanlah asura, dia hanya manusia biasa yang bahkan tidak memiliki energi
"Apa kau ingin mengakhiri pertarungan ini?" Raja Raksasa itu terlihat kesal karena Dewi Kematian hendak meninggalkan dirinya di tepi pantai yang dipenuhi oleh banyak kehancuran. "Bagaimana nasib anak buahku yang telah kau bunuh?"Jelas di sini, Raja Raksasa masih menyalahkan Dewi Kematian atas hilangnya banyak asura. Dia masih menuduh wanita asura tersebut."Asal kau tahu, aku bisa bertarung dengan dirimu sampai mati, tapi asal kau tahu pula, aku tidak pernah menculik atau membunuh anak buahmu," ucap Dewi Kematian tersebut. "Sekarang ada seorang manusia di negriku, dia sedang membuat kekacauan dan aku harus membereskannya.""Jangan berkilah!""Terserah kau mau berpikir seperti apa, sekarang yang jelas, aku harus pergi ...." kemudian Dewi Kematian itu terdiam sejenak sebelum kemudian kembali berkata, "jangan-jangan manusia inilah yang bertanggung jawab mengenai kasus anak buahmu."Mendengar hal tersebut, Raja Raksasa terdiam pula. Dia tidak begitu mengerti apa yang dikatakan oleh Dewi
Dewi Kematian berniat mengusik Lanting Beruga yang melakukan ritual penyerapan Kembang Kantil Hitam.Wanita itu telah mengumpulkan energi kegelapan pada telapak tangannya, ingin menyerang Lanting Beruga dari jarak jauh.Beberapa petinggi asura mengingatkan Dewi Kematian tentang pantangan melakukan keributan di sekitar tengkorak raja asura, apa lagi sampai menumpahkan darah di dalam tengkorak tersebut."Aku tidak peduli," ucap Dewi Kematian, "Aku akan mengirim manusia ini ke alam baka."Asura itu mengabaikan semua peringatan dari bawahannya.Sekarang energi kegelapan semakin padat di telapak tangan wanita tersebut, hingga pada beberapa detik kemudian, dia melepaskan segaris lurus energi kegelapan yang mengarah cepat ke tubuh Lanting Beruga.Namun tiba-tiba.Booom.Ledakan terjadi, tapi bukan di tubuh Lanting Beruga, melainkan di tubuh Dewi Kematian itu sendiri. Wanita itu terpental beberapa puluh depa jauhnya, luka besar terlihat di tengah tubuh wanita tersebut, dan sekarang sepasang s
Keadaan Lanting Beruga dan asura kini begitu dekat, dan sampai saat ini Lanting Beruga masih menutup matanya untuk menyerap sumber daya kembang kantil hitam.Dalam kondisi seperti ini, mustahil bagi Lanting Beruga untuk bergerak, apa lagi jika harus menghindari serangan dari asura tersebut.Di sisi lain, asura itu menyangka jika Lanting Beruga sedang tertidur dengan posisi duduk. Dia berhati-hati melangkahkan kaki, takut jika kedatangannya membangunkan pria itu.Seraya tersenyum penuh kemenangan, asura itu mulai mengangkat tangannya yang dipenuhi oleh kuku tajam.Akan ditikam pria itu sampai mati dengan menggunakan kuku tersebut.'Meski energi kegelapan tidak bisa digunakan di sini, tapi kekuatan kuku tajamku akan tetap mampu membunuh dirimu,' batin asura itu bergumam seraya menarik tangan ke arah belakang, mengambil posisi untuk menyerang.Wush.Tangannya bergerak cepat ke arah Lanting Beruga, tapi tiba-tiba.Kuku tajam itu terhenti dengan jarak satu helai rambut dari kulit Lanting B
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m