Saat menjelang subuh, Rambai Kaca mendadak terbangun karena panggilan alam untuk pergi ke kamar kecil.Setelah beberapa saat kemudian, ketika dia baru saja menutup pintu kamar kecil, sayup-sayup Rambai Kaca mendengar suara orang sedang berbicara satu sama lain. Tampaknya ada lebih dari tiga orang sedang membahasa sesuatu yang sangat penting.Karena penasaran, Rambai Kaca memutuskan untuk keluar dari dalam kamarnya, dan mengikuti sumber suara tersebut.Sekarang tibalah Rambai Kaca di belakang penginapan, dia bersembunyi di balik rumpun bunga yang tumbuh subur di antara pohon yang tinggi.Kini dia melihat tiga orang sedang berdiskusi, tapi yang aneh adalah, mereka bertiga mengenakan pakaian serba hitam, sangat tidak mirip dengan prajurit atau pula dengan pejabat kerajaan.Walaupun jarak mereka cukup jauh,tapi telinga Rambai Kaca masih bisa menangkap beberapa poin penting yang diucapkan oleh tiga orang aneh tersebut."Semuanya sudah dipersiapkan dengan matanya?" tanya salah satu dari mer
"Ini adalah sayembara terkahir," ucap salah satu senopati. Untuk pertama kali, senopati berbicara dari kuris kebesarannya.Sayembara ini akan dilakukan menjadi tiga tahapan. Tahap pertama, setiap peserta akan diarahkan ke sebuah hutan istana yang berada tidak jauh dari halaman ini.Masing-masing peserta diminta untuk mencapai sebuah bukit kecil di tengah hutan tersebut, dan durasi waktu yang ditetapkan sangatlah singkat dan terbatas.Yang berhasil mencapai bukit kecil akan melanjutkan babak ke dua dalam sayembara, sementara yang tidak tepat waktu akan tersingkirkan.Pada dasarnya, peserta diwajibkan memiliki teknik meringankan tubuh yang mumpuni agar bisa tiba di puncak bukit tepat waktu. "Kami akan membagi kalian menjadi lima kelompok," ucap senopati tersebut. "Kami tidak peduli kalian akan saling menolong atau saling menjatuhkan, aturannya hanya satu, yang berhasil tiba di puncak bukit akan melanjutkan sayembara pada babak berikutnya."Sang Juri kemudian mulai mengundi nama-nama,
Hanya tersisa beberapa peserta saja di kelompok pertama tersebut, selebihnya para peserta menyerah bahkan tidak jarang para peserta itu malah jatuh pingsan tak sadarkan diri karena tidak mampu menghadapi begitu banyak ranjau yang ditemuinya di dalam hutan tersebut.Memang jika dilihat kelompok pertama ini tidak begitu kuat kebanyakan para peserta yang berada di dalam kelompok pertama ini adalah mereka yang memiliki mental dan semangat juang yang lemah.Bahkan yang menurut para Senopati memiliki bakat dan potensi yang bagus rupanya ketika mereka mendapatkan halangan dan rintangan mereka tidak mampu melewatinya.Dalam beberapa jam kemudian yang berhasil mencapai puncak bukit tersebut hanya tersisa dua orang saja.Jelas jelas ini sudah diprediksi oleh kebanyakan panitia penyelenggara yang menciptakan halangan dan rintangan di dalam hutan tersebut."Rupanya hanya dua orang saja yang mampu mencapai puncak bukit itu, itu lebih bagus dari yang kupikirkan sebelumnya.""Apa menurutmu rintangan
Beberapa menit telah berlalu, tapi Rambai Kaca dan Cindra Wati masih berjalan tanpa halangan yang berarti.Memang kadang kala, ada ranjau yang tidak sengaja diinjak oleh Cindra Wati, tapi Rambai Kaca mampu menyelamatkan gadis tepat waktu.Paling tidak sudah ada tiga ranjau yang hampir saja mengenai tubuh Cindra Wati, dan semuanya berhasil dihalau oleh Rambai Kaca.Kehebatan Rambai kaca dalam mengantisipasi semua ranjau membuat banyak orang yang menonton sayembara itu menjadi terpukau dan kagum terhadap dirinya.Bagaimana tidak banyak orang yang malah mengorbankan teman-temannya untuk mencapai puncak bukit tetapi Rambai Kaca malah menyelamatkan temannya dari berbagai macam masalah.Ini menunjukkan bahwasanya Rambai Kaca begitu peduli terhadap rekannya, dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi.Setelah menempuh perjalanan yang sedikit lebih lama, tapi banyak ranjau yang tidak sengaja diinjak oleh Cindra Wati, sekarang dua orang itu telah tiba di kaki bukit di mana puncaknya adalah ga
Sungai yang dimaksud merupakan sungai yang berbahaya di sini. Bukan tanpa sebab, selain dari arusnya yang tenang tapi menghanyutkan, konon katanya sungai itu memiliki seekor siluman yang berbahaya.Telah diminta beberapa prajurit untuk membunuh siluman tersebut, tapi tidak berhasil. Siluman itu cukup cerdas, hanya keluar ketika lapar, dan bersembunyi ketika merasa terancam.Jadi senopati itu ingin memanfaatkan situasi ini untuk memancing siluman itu keluar dari dalam sarangnya. Ya, tentu saja para peserta yang akan menjadi umpannya.Karena hal itulah, mereka meminta banyak penjagaan pada titik-titik berbahaya. Mereka juga akan mendatangkan banyak pendekar medis, sekaligus para tabib terbaik di Kerajaan Naga Utara.Walaupun sungai itu terkesan berbahaya, tapi nyatanya sungai itu masih berada di wilayah Istana Kerajaan. Hanya berjarak beberapa ratus depa dari hutan kecil ini."Tangan apa yang akan kita lakukan untuk para peserta?" tanya salah satu senopati."Hemm ..." mereka berpikir se
"rupanya kaum murid yang memegang erat janjimu, aku cukup terkejut engkau tidak lari setelah mendapatkan bendera tersebut."Rengkah Karang ketika berada di hadapan Rambai Kaca.Pertarungan antara keduanya pada akhirnya berlangsung begitu sengit di atas air sungai. Kali ini rengkah karang tidak lagi menggunakan energi fisiknya untuk menghadapi Rambai kaca, dia tidak ingin kalah karena meremehkan lawan.Sebenarnya Rengkah Karang menyadari bahwasanya kekuatan Rambai Kaca cukup mengkhawatirkan, dia bahkan berpikir jika pemuda itu memiliki kemampuan setara dengan Jaka Pati.Mengingat orang beli kaca mampu mencapai tengah sungai dan mengambil bendera membuktikan bahwasanya dia memiliki teknik yang sangat sulit untuk dipelajari oleh kebanyakan orang.Jual beli serangan terjadi beberapa kali antara kedua murid dari Padepokan Naga Utara itu.Pertarungan keduanya rupanya menarik perhatian banyak penonton dan juga 7 sesepuh yang menyaksikan mereka dari pinggiran sungai.Sesekali Rengkah Karang me
Sementara di kedalaman sungai tersebut, ada sebuah gua yang begitu dalam lagi gelap gulita. Gua itu berada di dasar sungai, di mana sungai itu begitu dingin dan juga dipenuhi oleh lumpur.Sekarang di dalam gua itu terlihat sepasang mata hijau yang besar, mata dari seekor siluman yang buas dan haus akan darah.Tentu saja itu adalah siluman buaya yang dikabarkan oleh para Senopati.Dalam kurun waktu 2 tahun saja sudah lebih dari 10 prajurit mati di sungai itu karena dibunuh oleh siluman buaya tersebut.Saat mendengar suara-suara ribut di atas permukaan air siluman buaya itu merasa terusik hingga membangunkan tidurnya yang panjang.Perlahan-lahan muncung besar siluman itu keluar dari dalam gua dan matanya kini mulai memperhatikan setiap gerakan kecil yang ada di atas permukaan sungai.Ada banyak makanan, pikir siluman tersebut.Siluman itu mulai bergerak keluar dari dalam goa,mengendap-endap, mengintai mangsanya dengan penuh kesabaran.Pergerakannya hampir sulit untuk dideteksi oleh para
Banyak para peserta yang terbelalak menyaksikan pemandangan tersebut, dan mungkin beberapa dari mereka baru pertama kali melihat perwujudan asli dari ras mereka sendiri.Di Padepokan Naga Utara sekalipun, hanya ada 30 sesepuh yang bisa merubah wujudnya menjadi seekor naga. Jadi rasa Naga tidak serta merta bisa langsung menjadi seekor naga.Ada tahapan yang harus mereka lakukan, latihan yang begitu sulit, dan lebih dari itu mereka harus melakukan tapa Brata selama 50 tahun lamanya untuk bisa menjadi wujud seekor naga.Semua proses-proses itu harus dilalui oleh ras naga jika mereka ingin mencapai tahapan sempurna, terkecuali bagi bangsawan kerajaan. Para bangsawan kerajaan ini dianugerahi oleh kekuatan yang besar sejak pertama mereka dilahirkan ke dunia ini, dan itu pula membuat mereka bisa langsung berubah menjadi seekor naga walaupun usia mereka masih terbilang kecil.Rambai Kaca tidak terlalu terkejut melihat perwujudan tujuh Senopati itu, karena dia sendiri pernah melihat wujud naga
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m