Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Mencari Tanaman

Share

Mencari Tanaman

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-05 23:53:32

Disaat yang hampir sama, Eruh Limpa dan Nagin Arum mendadak menjadi panik, hal itu tidak lain karena mereka baru menyadari jika Rambai Kaca tidak berada disana.

Menyadari hal itu, mereka berniat berpencar untuk mencari keberadaan Rambai Kaca yang entah ada dimana.

Eruh Limpa menyarankan jika ia kearah Selatan, sedangkan Nagim Arum sendiri mencari kearah Timur.

"Jika kau menemukan sesuatu, cepat kembali ketempat ini!" ujar Eruh Limpa memastikan.

"Baik kakak! tetapi, bagaimana jika kita tidak menemukannya, bagaimana dengan Ibu dan ayah, apa yang harus kita katakan nantinya?!" timpal Nagin Arum panik.

"Maka dari itu! kita harus segera menemukannya," sambung Eruh Limpa.

Nagin Arum hanya bisa mengangguk pelan, tanpa membantah sepatah katapun, pada akhirnya mereka mulai bergerak menjauh.

Eruh Limpa bergerak dengan kecepatan tinggi lalu menerobos masuk kedalam hutan yang rindang.

Tidak pernah ia duga, jika saat ini, mereka akan kehilangan Rambai Kaca, bahkan ia sempat menduga, jika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eman Supriatna
lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Tertusuk Mata

    Disisi lain setelah berhasil membunuh sosok hasrat yang telah mengganggunya, Rambai Kaca lantas berniat melanjutkan perjalanan, tanpa memikirkan keberadaan Eruh Limpa dan Nagin Arum. Sempat ia berfikir untuk kembali, tetapi saat ini, ia telah memutuskan untuk mencari tanaman langka itu, karena menurutnya, jika kembali sekalipun akan terlalu banyak membuang waktu. Sehingga disaat itu pula ia mulai melangkah, sembari membuat tanda dibatang pohon yang telah ia lalui. "Jika mereka melihatnya, maka mereka pasti akan bisa menyusulku," gumam nya. Pemuda itu lantas melesat kedalam hutan menggunakan jurus kilat putih, tiba saatnya ia melihat satu sosok hasrat kembali dari kejauhan. Namun tampaknya kali ini, ia tidak berniat bertarung dengan sosok hasrat itu, jika belum begitu diperlukan. "Aku bisa mengurusnya kapanpun, tetapi tanaman obat adalah prioritas utama," gumam nya kembali. Pemuda itu sedikit menggelengkan kepala, lalu memutar tubuh kearah kiri dan memutuskan untuk menghindari s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • LANTING BRUGA   Dalam Masalah

    Setelah beberapa saat berlalu, Rambai Kaca yang sebelumnya kesakitan akibat tertusuk daun tanaman obat itu, kini sudah membaik. Namun Nagin Arum yang sebelumnya merasa sedikit kesal, akibat ulah adiknya itu, masih saja memalingkan muka, seakan tidak peduli dengan Keadaan Rambai Kaca. Sedangkan Eruh Limpa lebih memilih untuk melihat situasi disekitar sana, ketika telah memastikan keadaan mata adiknya itu tidak terlalu parah. "Bagaimana keadaan mu?" tanya Eruh Limpa. "Sebenarnya, ini bukanlah suatu masalah besar kakak!" jawabnya. "Sudah istirahat dulu!" sahut Nagim Arum, "Lagi pula, mereka tidak lagi mengejar kita," sambungnya. Meski Nagin Arum terlihat tidak peduli dengan Keadaan Rambai Kaca, akan tetapi yang sebenarnya terjadi, didalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat menyayangi Rambai Kaca. Berbeda dengan Eruh Limpa yang benar-benar menunjukkan sikapnya sebagai seorang kakak. Dalam keadaan itu, Eruh Limpa masih memantau situasi disana, hingga tiba saatnya ia mulai be

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • LANTING BRUGA   Banyak Masalah

    Dalam satu gerakan ke dua nya melepas kan jurus hampir secara bersamaan. Bahkan serangan itu mendarat tepat sasaran tidak kurang dari dua detik, yang membuat sosok tinggi besar itu harus ke hilangan ke dua kaki nya. Mendapat serangan dengan tenaga dalam tinggi tersebut, tentu sosok hasrat itu tidak dapat bertahan, hingga ia harus roboh dalam ke adaan tidak berdaya. "Adik hati-hati!" ujar Eruh Limpa. Wush. Satu serangan tidak di duga, hampir saja mengenai Nagin Arum yang saat ini, berhasil menghindari nya tepat waktu, sebelum serangan itu mengenai bagian tubuh nya. Beruntung di saat itu, Eruh Limpa dengan sigap memperingat kan adik nya itu, sehingga membuat Nagin Arum berhasil selamat dari serangan begitu kuat dari sosok hasrat tersebut. Andai saja Eruh Limpa sedikit terlambat, bisa jadi Nagin Arum mendapat luka berat akibat serangan itu, bahkan yang lebih parah nya lagi, wanita itu bisa jadi tewas."Terima kasih kakak," sahut Nagin Arum. "Kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • LANTING BRUGA   Reban Giring

    Selang beberapa hari setelah kembalinya Rambai Kaca dengan kedua kakak nya dalam pencarian tanaman obat, Pramudita telah memberi tahu tabib Nurmanik tentang keberhasilan mereka dalam pencarian obat tersebut. Sehingga dengan segera tabib Nurmanik menyuruh Pramudita, untuk segera membawa Rambai Kaca ke tempat nya berada. Selain itu pula, ia masih harus menyiapkan beberapa ramuan lagi, sebagai tambahan atau sekaligus pelengkap di dalam pembuatan ramuan tanaman obat itu, untuk meningkat kan tenaga dalam nya. "Aku tidak menyangka kau bisa mendapat kan tanaman langka ini, dengan jumlah yang sangat banyak!" ujar tabib Nurmanik. "Itu semua berkat ke dua saudara ku! jika tidak ada mereka, mungkin akan sulit bagi ku untuk mengumpul kan semua nya," timpal Rambai Kaca. "Nurmanik, ada yang ingin aku sampai kan ke pada mu, tetapi nanti saja, sekarang aku akan pergi dulu, selebih nya ku percaya kan Rambai Kaca ke pada mu!" sahut Pramudita. "Aku mengerti Maha Sepuh!" timpal tabib Nurmanik. Saa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • LANTING BRUGA   Pantas Mati

    Di saat ini, Reban Giring menunjuk kan tatapan tajam dari ke dua bola matanya, hingga mengeluar kan urat-urat merah, seakan ingin melahap seseorang secara hidup-hidup. Tatapan mata tersebut berlangsung hingga bebepa detik, sebelum akhir nya Reban Giring berkata, "Pramudita, aku sudah mengetahui-" ujarnya, "Semua nya!" Mendengar kalimat tersebut Pramudita lantas menaikkan sedikit alisnya seolah ingin mencari jawaban dari kalimat tersebut, hingga perlahan ia membuka mulut, "Reban Giring, aku tidak mengerti maksud dari ucapan mu!" Pria tersebut lantas kembali berucap sembari menggerutu beberapa kali, "Jangan berpura-pura bodoh, Pramudita!" ujarnya, "Jika kita terus seperti ini, maka bukan tidak mungkin, kita akan semakin tertinggal.""Saudara ku, Reban Giring, hentikan ambisi bodoh mu itu!" timpal Pramudita, "Kita sudah hidup telah lama, bahkan sampai saat ini, kita masih hidup dengan damai.""Bedebah-"Melihat sikap Reban Giring tersebut, Pramudita lantas melangkah satu kali, lalu ia

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11
  • LANTING BRUGA   Menjadi Salah Satu Terkuat

    Saat ini yang bisa di lakukan oleh Nagin Arum hanya bisa bertahan, sembari mencari untuk melawan serangan dari pria yang tidak di kenali nya itu, akan tetapi untuk menemukan cara dalam waktu singkat tentu tidak lah mudah. Wanita itu sempat berfikir kembali dengan cepat, lalu mengambil beberapa langkah ke belakang, sembari memegangi dada nya yang masih terasa sakit. Melihat kondisi yang di alami oleh Nagin Arum, tentu saja membuat Pria itu tertawa dengan lantang lalu berkata, "Sebaik nya kau menyerah, lalu biarkan aku-" ujar pria itu, "menyicipi sedikit bagian itu," sambung nya. Tatapan tajam pria itu, tertuju tepat ke arah bagian yang sedang Nagin Arum pegang sebelum nya, hingga membuat wanita itu bergerak cepat dengan menyilangkan ke dua tangan nya ke arah dada. Pria itu sesekali menjulurkan lidah nya, seakan sedang menanti hidang yang sangat enak di depan mata, lalu berkata, "Ada apa?" tanya pria itu, "Jika kau menuruti kemauan ku, maka aku tidak akan menyakiti mu kembali..." sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • LANTING BRUGA   Bertopeng

    Waktu berlalu terlalu cepat, hingga tiba saatnya pertemuan para sepuh berakhir, dengan terbentuk beberapa tujuan setelah pertemuan itu. Tujuan pertama ialah mengatasi setiap masalah ringan yang di akibat kan oleh serangan sosok hasrat, yang belakangan ini semakin menjadi-jadi. Tujuan yang ke dua, mengatur kembali posisi serta bagian-bagian yang harus di urus oleh setiap sepuh yang mendapat tugas, serta tanggung jawab masing-masing. "Kami mengerti Maha Sepuh lalu-" ujar salah satu Sepuh, "Bagaimana dengan Reban Giring, apakah dia masih berhak mendapatkan posisinya?" tanya pria itu. Maha Sepuh Pramudita sempat menoleh ke arah kiri dan kanan, lalu menjawab, "Untuk saat ini, aku belum menemukan cara yang tepat, untuk menyelesaikan masalah dengan-" ujarnya, "Reban Giring, memiliki potensi untuk memimpin Padepokan ini, tetapi, ambisinya yang terlalu mengerikan, membuatku tidak rela, jika Padepokan ini nantinya akan menjadi tidak terkendali," Pria itu lalu menggelengkan kepala beberapa k

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • LANTING BRUGA   Obat

    Sesaat setelah kepergian orang tidak di kenal itu, Pramudita langsung berniat memasuki kuil tempat di mana Rambai Kaca sedang berada. Rasa hawatir Pria itu membuat dirinya berjalan tergesa, lalu secara spontan ia mendorong pintu besar tersebut dengan cukup kuat, hingga membuatnya bersuara sesaat pintu itu bertemu dinding. Langkah kakinya yang tegap seakan tidak menunjukkan jika pria itu sedang merasa hawatit, akan tetapi saat ini, pria itu begitu memikirkan keadaan putranya Rambai Kaca. Pramudita bergumam, sembari melangkahkan kakinya, "Semoga kau baik-baik saja, Rambai!" Selang beberapa saat, ia tiba di bibir telaga, tempat Rambai Kaca sedang menjalani proses peningkatan tenaga dalam. Namun saat ini, Pramudita hanya bisa memastikan, jika keadaan anaknya sedang baik-baik saja, hal itu dapat ia ketahui ketika melihat ke dalam telaga tersebut. Tampak Rambai Kaca sedang mengambang, dengan ke dua kaki serta tangannya terikat akar sulur, ya, tentu saja Pramudita mengetahui semuanya,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status