Rambai Kaca berteriak keras ketika dia memanggil gurunya. Kini Manik Angkeran sedang meminum tuak dari bumbung bambu, tapi ketika dia melihat jurus hujan cakar naga milik Rambai Kaca, tuak yang ada di dalam mulutnya seketika menyembur keluar."Rambai ...." mata Manik Angkeran terbelalak seolah akan keluar dari dalam kelopaknya. "Bagaimana mungkin?"Sungguh Manik Angkeran tidak percaya dengan muridnya saat ini yang lagi-lagi telah memodifikasi jurus yang susah payah dia kuasai.Bagi Manik Angkeran, untuk menguasai jurus tersebut, dibutuhkan waktu lebih dari 9 bulan lamanya.Manik Angkeran awalnya tidak percaya jika Rambai Kaca bisa menguasai jurus tersebut hanya dalam dua bulan saja, karena hal itulah dia memberi Rambai Kaca ramuan peningkat tenaga dalam, dengan tujuan untuk menambah kekuatan muridnya.Dengan begitu, Rambai Kaca bisa meningkatkan daya serang Jurus Taring Naga Menyambar Sukma dengan tenaga dalam yang jauh lebih besar.Namun siapa sangka, jika bocah itu berhasil menguasa
Jika Rambai Kaca bisa meningkatkan tahap ke dua pada jurus Aura Naga, maka dia bukan hanya bisa mengunci satu pendekar saja di level yang sama, melainkan dia bisa mengunci 10 pendekar pada level yang sama dengan jarak lebih dari 10 depa jauhnya.Kekuatan ini juga memungkinkan dia bisa mengunci hingga dua orang pendekar yang berada satu tingkat di atas Rambai Kaca.Dengan kata lain, jika dia telah mencapai pendekar level 2, maka bocah itu bisa menahan 2 tubuh pendekar level 3. Benar-benar sebuah jurus yang sangat kuat, dan pantas saja jika jurus itu sulit untuk dipelajari.Namun, untuk menguasai jurus tersebut tentu saja akan sangat sulit dilakukan, mengingat hanya ada setengah catatan saja yang ada di dalam perpustakaan.Tidak ada penjelasan untuk tingkatan selanjutnya mengenai jurus tersebut.Rambai Kaca harus berusaha sendiri untuk memahaminya, tanpa bantuan dari kitab atau pula dari sang guru yang memang memiliki dasar yang berbeda dengan dirinya."Namun, aku harus bisa menguasainy
Di halaman utama Padepokan Naga Utara, semua calon peserta yang akan diikut sertakan dalam sayembara telah berkumpul. Ada lebih dari 500 calon peserta yang akan pergi ke Istana Naga Utara, tapi hanya ada 220 peserta yang akan pergi.Yaksa, sesepuh yang menerima Rambai Kaca ketika kali pertama datang ke Padepokan ini, berdiri di tengah halaman utama Padepokan Naga Utara."Masing-masing sesepuh," ucap dirinya, "Hanya bisa mengirim dua murid terbaik yang mereka miliki, jadi akan diadakan seleksi hari ini."Maka dari itu, setiap sesepuh diminta untuk melakukan seleksi masing-masing atas murid yang akan mereka kirim.Selain Rambai Kaca, semua murid melakukan pertandingan yang sengit. Namun remaja itu, tentu saja tidak akan bersaing dengan murid lain, karena dia hanya sendirian, sebagai murid inti Manik Angkeran.Kali ini, beberapa sesepuh telah selesai melakukan seleksi, dan mengirim dua murid terbaik mereka. Namun tak jarang pula para murid dari masing-masing sesepuh bertarung dengan sang
Setelah seleksi para murid berhasil dilakukan, Rambai Kaca paling tidak mengenal beberapa orang hebat ikut serta dalam sayembara ini.Pertama bernama seorang pemuda bertubuh kekar, dia menggunakan pedang yang lebih besar dari kebanyakan murid seumuran dengan dirinya. Pakaiannya cukup ketat, sehingga membuat dia terlihat sedikit sulit bergerak.Pemuda itu bernama Jalangka, seorang murid inti dari Sesepuh nomor dua terbaik di tempat ini.Jalangka dijuluki sebagai murid sesepuh terkuat sekaligus terbaik dari Padepokan Naga Utara. Konon katanya, Jalangka pernah bertarung melawan pendekar level tiga dan berhasil mengalahkannya, walaupun Jalangka juga mendapatkan luka yang cukup parah.Setelah Jalangka, ada seorang pemuda lain yang pendiam dengan poni menutupi setengah dari wajahnya."Berhati-hati dengan dirinya," ucap Manik Angkeran."Guru siapa orang itu?""Dia adalah murid terbaik dari Wakil Pemimpin Padepokan ini, dia bernama Rengkah Karang" ucap Manik Angkeran lagi. "Aku tidak memili
Sebelumnya, hadiah dari Sayembara ini cukup menggiurkan. Akan ada 10 orang terpilih yang dinobatkan sebagai juara, dan setiap orang akan mendapatkan masing-masing 5 sumber daya pelatihan kualitas tinggi, setara dengan satu mustika siluman ular yang didapatkan oleh Rambai Kaca.Lebih dari itu, 3 orang terkuat akan mendapatkan hadiah lebih dari 5 sumber daya pelatihan. Mereka ini akan mendapatkan tambahan 5 sumber daya pelatihan lagi, dan orang juara satu akan langsung dijadikan sebagai prajurit kelas atas, yang mendekati jabatan senopati anom.Namun, salah satu peserta Sayembara memberanikan bertanya, "kenapa diadakan Sayembara ini?"Mendengar pertanyaan tersebut, pemimpin jalannya pertandingan terdiam beberapa saat. Tentu saja ada rencana yang akan dilakukan oleh pihak kerajaan, yang tidak diketahui oleh para peserta. Namun, hal ini akan diberi tahu kepada para pemenang, tepat setelah pertandingan selesai.Kemudian, peraturan dalam sayembara ini dijelaskan menjadi beberapa poin utama.
Jalangka menatap wajah Rambai Kaca sepintas, kemudian dia menatap salah satu prajurit yang terasa lebih kuat diantara mereka semua. Di dalam hatinya, sepertinya Jalangka berpikir jika lawan utamanya adalah prajurit tersebut, dan menganggap Rambai Kaca bukanlah halangan yang berarti bagi dirinya.Tentu saja, Jalangka adalah pendekar puncak nomor dua, dia bisa berhadapan dengan pendekar level tiga dan mengalahkannya. Tentu saja Rambai Kaca yang baru saja memijak level dua di dunia persilatan bukanlah lawan berarti bagi pemuda tersebut. Ah, ini tentu saja menurut pemuda tersebut.Namun, Rambai Kaca tidak peduli siapa musuhnya, dia akan melawan mereka semua, lebih lagi saat ini dia telah meningkatkan aura naga petir yang mampu mengunci pergerakan musuh-musuhnya."Jaka Pati melawan Sarta ..." terdengar suara juri memanggil peserta yang akan bertarung di atas arena.Sarta adalah seorang prajurit, langsung meninggalkan posisinya, dia terbang menggunakan ilmu meringankan tubuh dan hingga sepe
Rambai Kaca menyapukan pandangan ke sekeliling, melihat ada banyak penonton yang menganggap dirinya lemah. Beberapa dari penonton bahkan terang-terangan mengejek tubuh bocah tersebut yang jauh lebih pendek di bandingkan dengan lawannya.Selain itu, cara berpakaian yang digunakan oleh Rambai Kaca memang terlalu mencolok dan menarik perhatian orang banyak.Namun, bagi yang mengenal latar belakang bocah tersebut, mereka akan merasa penasaran dengan perkembangan yang dialami oleh Rambai Kaca.Jelas, mereka tahu bahwa dirinya merupakan putra angkat Pramudhita, yang merupakan pendekar sangat hebat."Apakah dia akan sama dengan saudara di Padepokan Pedang Bayangan? kita lihat saja aksinya!" ucap salah satu senopati.Sementara itu, lawan bocah itu masih terlihat sangat tenang. Dia bahkan belum mengeluarkan pedang dari sarungnya.Mungkin dia mengira, jika bertarung melawan Rambai Kaca tidak perlu menggunakan senjata, karena bocah itu terlihat sangat lemah."Rambai Kaca, begitukan orang lain me
Rambai Kaca bergerak seperti kilat, dan kini dia telah berada tepat di hadapan musuhnya.Terbelalak mata musuh seperti akan keluar dari dalam kelopak, mana kala dia melihat senyum kecil yang tersungging di bibir tipis Rambai Kaca.Bocah itu seolah sedang memberi pertanyaan kepada lawannya, 'dimana aku harus menyerang dirimu'Namun karena mengingat tidak boleh membunuh, Rambai Kaca akhirnya mendaratkan Jurus Taring Naga Menyambar Sukma tepat di tulang rusuk lawannya.Percikan petir bertegangan tinggi menyengat kulit, membuat jatuh tak sadarkan diri dengan mata mendelik ke atas, dan rambut yang berdiri, sedikit keriting dan mengeluarkan asap."Itu adalah jurus milik Sesepuh Manik Angkeran," ucap salah satu murid, "aku yakin itu, tapi kenapa caranya berbeda setelah digunakan oleh bocah tersebut? daya hancur dari serangan itu meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan ketika digunakan oleh Sesepuh Manik Angkeran.""Hahaha ...itulah Saudara Rambai Kaca yang kalian anggap lemah," timpal K
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m