Home / Romansa / Kursi Panas di Kantor / Chapter 105 - You Are My Home

Share

Chapter 105 - You Are My Home

Author: JEMMA JEMIMA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Nanti aku ceritakan di tempatmu saja, sekalian kita matangkan informasi mengenai pengunduran dirimu untuk Diraja Sudibyo dan Kelana Sastrowilogo.” Akira akhirnya menyutujui untuk buka-bukaan terhadap Giselle.

“Tapi jujur aja, sekarang aku cuma mau rebahan di lantai sambil istirahat sejenak, sepertinya kita dari pagi tuh full battle mode, Sayang. Mulai dari kantor, sampai waktu kita diskusi sama orangtuaku,” tutur Akira seraya menghela napas panjangnya.

Giselle akhirnya luluh dan memutuskan untuk kembali berjalan di sisi Akira.

“Iya sih, aku juga ngerasa capek tiba-tiba, sepertinya energiku tersedot habis setelah diinterogasi sama Tante Miyaki dan Om Aryanto,” ujar Giselle seraya terkekeh geli.

Mereka kembali bergandengan tangan berdua, dan melintasi halaman parkir The Morning Mist, tempat mobil Pajero-nya terparkir dari tadi pagi. Semoga saja Leo nggak nyap-nyap ngomel karena mengambil tempat parkir untuk para pengguna kedai.

Saat mereka berdua tiba di depan mobil, mereka be
JEMMA JEMIMA

Gapapa ya, sekali-sekali Giselle yang gombal ke Akira, haha

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
JEMMA JEMIMA
iyaa mereka tuh sweet couple, apalagi si Layla, love banget sama influencer satu itu
goodnovel comment avatar
carsun18106
sependapat banget sama akira, klo hati udh yakin she's the one, go for it! lagian udh bukan masa2ny lg lama2 penjajakan ya kan
goodnovel comment avatar
carsun18106
istirahat dulu deh akura dan giselle, sebelum memulai hari baru, awal yg baru ^_^
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 106 - Kamu Cengeng tapi Galak

    GISELLE Kemarin setelah mereka rebahan dan ternyata tidur hingga satu jam, mereka bangun dengan perasaan lebih refreshed dan lebih tenang. Akira sempat mengeluh kalau punggungnya terasa sakit karena tidur di lantai, lalu bahu dan lengannya terasa sedikit kram karena menjadi bantal dadakan untuk kepala Giselle yang ikut rebahan di samping Akira. Tapi setelah mereka ‘tersadar’ dari power nap, Akira dan dirinya kembali bersama menyusun rencana dan menelepon tiga raksasa konglomerat muda generasi ketiga yang saat ini berhubungan dengan mereka. Danudihardjo Enterprise yang digawangi oleh Darius Danudihardjo dengan proyek mergernya. Diraja Sudibyo dengan proyek real estate yang saat ini dipegang oleh dirinya, dan yang terakhir adalah Kelana Sastrowilogo yang sedang dalam tahap penandatanganan kontrak untuk proyek energinya. Semuanya adalah konglomerat kelas paus yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Dan kini mereka akan membujuk mereka untuk pindah haluan dar

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 107 - Pilihan Terbuka Lebar

    “Sejujurnya ini berita yang buruk bagi kami, Giselle,” ucap Diraja Sudibyo sambil menggelengkan kepalanya penuh kekecewaan.“Saya mengerti dengan keputusanmu sepenuhnya. Tapi di sisi lain, saya juga orang yang bertanggung jawab pada proyek ini. Kami sudah teken kontrak dengan The Converge untuk proyek marketing real estate yang sedang berjalan.” Diraja menghembuskan napasnya dengan berat.Tak lama dia berdecak kesal, “Teddy pengacau!” rutuknya tiba-tiba yang sontak membuat Giselle sedikit terperanjat dari kursinya.“Saya tahu kalau ini berita yang cukup mengejutkan untuk Pak Diraja, tapi saya tidak bisa bertahan dalam situasi seperti itu di kantor.” Giselle sekali lagi mencoba memberikan pengertian kepada sang konglomerat muda.

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 108 - Pekerjaan Baru

    AKIRA Terakhir, mereka menunggu kedatangan Darius di Vong Kitchen. Hari ini dia datang sendiri tanpa Nero dan Raka yang ternyata sedang terbang untuk perjalanan bisnis ke Bali lalu bertolak ke Jepang untuk proyek real estate Joint Venture dengan Danudihardjo Enterprise. Giselle terlihat lebih rileks setelah kedua pertemuan sebelumnya yang memberikan sinyal positif untuk karir gadis itu untuk kedepannya. Dan yang Akira sukai dari para konglomerat muda yang mereka temui hari ini, semuanya sangat tepat waktu dan begitu menghargai waktu yang telah dijanjikan. Salah satu resep menjadi orang berhasil mungkin salah satunya terletak dengan bagaimana mereka menghargai waktunya dan juga waktu rekan bisnisnya. “Hei Akira, Giselle, apa kabar?” Darius tiba di meja mereka seorang diri sambil membawa satu buket bunga besar penuh yang terlihat begitu elegan dan mahal pastinya. Sepertinya bukan kelas Pasar Rawa Belong yang biasa dibeli untuk pemanis rumahnya atau sebagai buah tangan ketika berku

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 109 - Restu Tante Mira

    Dering ponsel di saku celananya begitu mengganggu sepanjang perjalanannya menuju rumah mamanya Giselle yang terletak di kawasan Dharmawangsa, Kebayoran Baru - Jakarta. “Kamu nggak mau angkat teleponnya?” Giselle yang tadinya sudah gugup seharian ini karena Akira mengiyakan ajakan mama Giselle untuk menemui mereka berdua, akhirnya terdistraksi juga dengan suara ponsel Aira yang bergetar sedari tadi. “Nanti saja, yang pasti ini bukan dari keluarga. Nada dering mereka aku setting berbeda,” jawab Akira seraya mengernyitkan dahinya. “Oke kalau begitu,” ucap Giselle pasrah. “Akira… nanti kita bakal bicara apa sama Mama?” Tak lama Giselle bersuara, menyiratkan kekhawatiran yang dari tadi bergumul di dalam hatinya.

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 110 - Life Goes On

    GISELLE Saat perjalanan pulang, ponsel Akira kembali berdering dan cukup membuat konsentrasi sang kekasih sedikit terbelah saat mengendarai mobil untuk mengantar Giselle kembali pulang dari rumah mamanya ke apartemennya. “Sayang, mending kita menepi dulu deh. Aku penasaran siapa itu yang dari tadi telepon kamu nggak putus-putus,” Giselle akhirnya gregetan dan meminta Akira untuk menepikan mobilnya terlebih dahulu dan mengecek siapa yang menghubunginya malam-malam ini. Tak lama, mereka menepi dan mengecek ponselnya. “Hmm… Pak Hasan menghubungiku berkali-kali,” ujar Akira seraya mengernyitkan dahinya. “Huh? Ngapain dia telepon kamu?” Giselle jadi ikut penasaran. Tak lama, ponsel Akira kembali berdering dan akhirnya pria itu mengangkatnya. “Pak Hasan,” ujar Akira dengan dingin, meskipun masih terdengar sedikit sopan. Giselle mencoba menganalisa apa pembicaraan mereka berdua. Kepalanya mendekat ke arah Akira, dan Akira yang menyadari sikap konyolnya tertawa tanpa suara sebe

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 111 - Rekonsiliasi Mengharukan

    Giselle tiba di sebuah gedung perkantoran besar di kawasan SCBD tempat di mana co-working space Mas Damar berada. Giselle berdiri di depan resepsionis sambil menunggu Mas Damar menjemput dirinya. Tak lama, Mas Damar datang dari dalam salah satu ruangan. Hari ini penampilan kakaknya terlihat casual dan santai, namun tetap terlihat rapi dan menawan. Khas gaya CEO muda perusahaan rintisan. “Giselle! Akhirnya kamu datang!” sapa Mas Damar dengan sumringah. “Kamu sudah sarapan belum? Mau sarapan dulu di bawah? Ada kafe di bawah dan croissant-nya juara,” tawarnya kepada Giselle penuh semangat. Ini merupakan sisi lain Mas Damar yang tidak Giselle kenal. Tapi sesungguhnya Giselle sangat menyukai sisi lain kakaknya yang hangat seperti ini. “Aku sudah sarapan tadi dari rumah. Tapi kalau Mas Damar ingin ke kafe itu ayo aku ikut aja,” Giselle menawarkan. “Oke, kita turun sebentar ya. Sekalian aku mau cek supply kopi di kafe tersebut. Ada keluhan atau nggak,” ujar sang kakak. Mereka tu

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 112 - Onboarding

    AKIRAAkira tiba di kantor Darius pagi ini dan diharapkan untuk langsung menemui Raka serta head of HR perusahaan ini. Dengan nominal bonus sign in yang telah ditransfer Darius tempo hari, tentu saja Akira harus datang lebih awal dan menunjukkan komitmennya untuk bergabung dengan perusahaan ini dengan sungguh-sungguh. “Hey Akira, akhirnya datang juga!” Raka ternyata telah menyambutnya dan memintanya untuk segera naik ke lantai 50, tempat Darius dan yang lainnya berkantor. Saat di foyer lantai 50, dia melihat ada beberapa gadis berperawakan tinggi seperti Giselle yang menyambut Akira dengan senyum mereka. Setelah menyampaikan kalau dia ingin bertemu dengan Raka dan Darius, sikap mereka berubah profesional dan menunjukkan di mana ruangan yang telah disediakan oleh Raka sebagai tempat Akira menunggu. “Siapa dia? Kok ganteng sih? Rekan kerja Pak Darius kah?” Sayup-sayup Akira masih bisa mendengar diskusi para resepsionis tersebut sebelum pintu ditutup. Tak lama Raka datang dengan seo

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 113 - Kejadian di Cork&Screw

    “Ayo kita bicara!” ujar Pak Hasan dengan cukup keras. Membuat beberapa pengunjung menoleh penasaran ke arah mereka. Beberapa waitress melirik was-was pula ke arah sumber keributan.“Tapi saya sedang ada urusan lain,” jawab Akira tak kalah dingin.Tak bisakah mantan bosnya itu melihat dia sedang bersama orang lain?Tapi sepertinya Pak Hasan sedang diliputi kemarahan dan dia tak peduli bahkan tidak melirik sedikitpun ke arah Raka, Giselle dan Damar.“Kamu bisa-bisanya menarik klien kakap kita dan meminta mereka untuk mundur bekerja sama dengan The Converge! Kotor sekali caramu itu!” Wajah Pak Hasan sudah memerah, dan urat di dahinya mulai keluar–seiring dengan meningkatnya emosi Pak Hasan.

Latest chapter

  • Kursi Panas di Kantor   EPILOG

    EPILOG Akira dan Giselle bertatapan setelah di kursi pelaminan mereka berdua, dan tak lama Giselle terkikik geli dan menepuk lengan Akira sebelum akhirnya terdistraksi oleh beberapa tamu yang mendekat untuk datang memberikan selamat kepada mereka. Akira tak henti-hentinya mengagumi Giselle yang terlihat begitu cantik, elegan dan menawan dalam balutan kebaya modern berwarna silver yang membalut tubuhnya. Wajahnya terlihat bersinar. Make up dan Hairdo yang begitu sempurna membuat decak kagum tamu yang melihat Giselle. Tak sedikit yang memuji secara langsung dan mengatakan kalau Giselle cocok menjadi selebriti atau model papan atas. Mereka pun mengangguk setuju ke arah Akira dan mengatakan kalau mereka pasangan serasi. Tampan dan cantik dalam hari istimewa mereka. “Kamu capek?” bisik Akira kepada Giselle yang masih memasang senyumnya selepas para tamu kembali turun. Giselle menggelengkan kepalanya. Tapi perempuan yang kini telah resmi menjadi istrinya melirik ke arah mama dan p

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 116 - Persiapan

    AKIRA Akira merasa sedang berada di atas angin. Semua yang dia inginkan kini berada dalam genggamannya. Tunangannya yang cantik, baik hati dan pintar luar biasa. Keluarga Akira yang begitu mendukung hubungan mereka. Sikap calon mertuanya yang semakin hari semakin melunak kepada dirinya. Meskipun tentu saja terkadang mereka masih suka kelepasan mengontrol sikap snobbish-nya di hadapan Giselle dan Akira. Tapi Akira sadar, mungkin memang mereka yang terbiasa dengan perlakuan golden spoon sehingga realitas mereka berbeda dengan Akira yang memang dibesarkan secara membumi dan sederhana. Tapi untungnya kini sudah tidak ada tendensi merendahkan lagi kepada Akira, dan mereka sudah mulai bisa membuka hati mereka kepada Akira. Kini jadwal malam minggu Akira dan Giselle menjadi lebih padat daripada biasanya. Kini, Tante Mira dan Om Anton terkadang berebut slot, bersikeras agar Giselle mendatangi rumah mereka masing-masing atau mereka mencari waktu untuk lunch bersama di restoran sambil men

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 115 - Strategi Mas Damar

    Balasan tajam yang Mas Damar lancarkan membuat napas Papa memburu keras seperti habis bertengkar hebat. Tante Elena yang duduk diam di samping papa hanya bisa mengusap punggung papa, sedangkan Giselle meremas jemari Mas Damar yang duduk di sampingnya, menatap Papa dengan tatapan tajamnya. Sepertinya memang berdiskusi dengan papa adalah satu hal yang begitu sulit. Rasa-rasanya restu dari Papa akan sulit mereka dapatkan dan mereka harus siap dengan batu terjal yang termanifestasi dalam bentuk kekeraskepalaan Papa untuk menolak hubungan Giselle dan Akira. Mas Damar setelah ditenangkan oleh Giselle akhirnya menghela napas panjangnya. “Pa, apa yang membuat Papa begitu keras kepala tidak menyukai hubungan Giselle dan Akira? Mereka pasangan yang sempurna dan aku melihat Akira begitu bertanggung jawab sebagai lelaki dan begitu menghormati serta mencintai Giselle,” ujar Mas Damar yang memuji Akira dengan tulus. Papa masih terdiam dengan wajah yang mengeras setelah perdebatannya dengan Mas

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 114 - Bertemu Papa Giselle

    GISELLEBenar sesuai janji Mas Damar, dia datang ke kediaman Giselle sebelum mereka bertolak menuju rumah ayah mereka di daerah Pondok Indah. Ini pertama kalinya Mas Damar datang mengunjungi unit studio apartemen milik Giselle. “Wah, tempatmu ternyata nyaman juga ya,” puji Mas Damar saat menginspeksi apartemen Giselle. “Terima kasih, Mas!” jawab Giselle. Saat ini mereka sedang menunggu Akira tiba dan mereka bertiga bisa pergi bersama menuju rumah ayahnya. “Giselle, tenang saja, aku pasti akan mendukung dan membela kamu. Jangan terlalu dipikirin nanti respon papa akan seperti apa,” ujar Damar dengan serius sejurus kemudian. Giselle sontak tersenyum miris. “Sebelum aku ketemu Akira, aku selalu saja merasa kalau ada yang salah sama diriku. Sepertinya mama dan papa nggak pernah puas sama aku. Apa saja yang aku lakukan dianggap salah di mata mereka,” Giselle mengingat kembali kepingan masa lalunya. Hidup sebelum dia mengenal Akira terasa begitu jauh dan pudar. Berbeda ketika Akira d

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 113 - Kejadian di Cork&Screw

    “Ayo kita bicara!” ujar Pak Hasan dengan cukup keras. Membuat beberapa pengunjung menoleh penasaran ke arah mereka. Beberapa waitress melirik was-was pula ke arah sumber keributan.“Tapi saya sedang ada urusan lain,” jawab Akira tak kalah dingin.Tak bisakah mantan bosnya itu melihat dia sedang bersama orang lain?Tapi sepertinya Pak Hasan sedang diliputi kemarahan dan dia tak peduli bahkan tidak melirik sedikitpun ke arah Raka, Giselle dan Damar.“Kamu bisa-bisanya menarik klien kakap kita dan meminta mereka untuk mundur bekerja sama dengan The Converge! Kotor sekali caramu itu!” Wajah Pak Hasan sudah memerah, dan urat di dahinya mulai keluar–seiring dengan meningkatnya emosi Pak Hasan.

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 112 - Onboarding

    AKIRAAkira tiba di kantor Darius pagi ini dan diharapkan untuk langsung menemui Raka serta head of HR perusahaan ini. Dengan nominal bonus sign in yang telah ditransfer Darius tempo hari, tentu saja Akira harus datang lebih awal dan menunjukkan komitmennya untuk bergabung dengan perusahaan ini dengan sungguh-sungguh. “Hey Akira, akhirnya datang juga!” Raka ternyata telah menyambutnya dan memintanya untuk segera naik ke lantai 50, tempat Darius dan yang lainnya berkantor. Saat di foyer lantai 50, dia melihat ada beberapa gadis berperawakan tinggi seperti Giselle yang menyambut Akira dengan senyum mereka. Setelah menyampaikan kalau dia ingin bertemu dengan Raka dan Darius, sikap mereka berubah profesional dan menunjukkan di mana ruangan yang telah disediakan oleh Raka sebagai tempat Akira menunggu. “Siapa dia? Kok ganteng sih? Rekan kerja Pak Darius kah?” Sayup-sayup Akira masih bisa mendengar diskusi para resepsionis tersebut sebelum pintu ditutup. Tak lama Raka datang dengan seo

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 111 - Rekonsiliasi Mengharukan

    Giselle tiba di sebuah gedung perkantoran besar di kawasan SCBD tempat di mana co-working space Mas Damar berada. Giselle berdiri di depan resepsionis sambil menunggu Mas Damar menjemput dirinya. Tak lama, Mas Damar datang dari dalam salah satu ruangan. Hari ini penampilan kakaknya terlihat casual dan santai, namun tetap terlihat rapi dan menawan. Khas gaya CEO muda perusahaan rintisan. “Giselle! Akhirnya kamu datang!” sapa Mas Damar dengan sumringah. “Kamu sudah sarapan belum? Mau sarapan dulu di bawah? Ada kafe di bawah dan croissant-nya juara,” tawarnya kepada Giselle penuh semangat. Ini merupakan sisi lain Mas Damar yang tidak Giselle kenal. Tapi sesungguhnya Giselle sangat menyukai sisi lain kakaknya yang hangat seperti ini. “Aku sudah sarapan tadi dari rumah. Tapi kalau Mas Damar ingin ke kafe itu ayo aku ikut aja,” Giselle menawarkan. “Oke, kita turun sebentar ya. Sekalian aku mau cek supply kopi di kafe tersebut. Ada keluhan atau nggak,” ujar sang kakak. Mereka tu

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 110 - Life Goes On

    GISELLE Saat perjalanan pulang, ponsel Akira kembali berdering dan cukup membuat konsentrasi sang kekasih sedikit terbelah saat mengendarai mobil untuk mengantar Giselle kembali pulang dari rumah mamanya ke apartemennya. “Sayang, mending kita menepi dulu deh. Aku penasaran siapa itu yang dari tadi telepon kamu nggak putus-putus,” Giselle akhirnya gregetan dan meminta Akira untuk menepikan mobilnya terlebih dahulu dan mengecek siapa yang menghubunginya malam-malam ini. Tak lama, mereka menepi dan mengecek ponselnya. “Hmm… Pak Hasan menghubungiku berkali-kali,” ujar Akira seraya mengernyitkan dahinya. “Huh? Ngapain dia telepon kamu?” Giselle jadi ikut penasaran. Tak lama, ponsel Akira kembali berdering dan akhirnya pria itu mengangkatnya. “Pak Hasan,” ujar Akira dengan dingin, meskipun masih terdengar sedikit sopan. Giselle mencoba menganalisa apa pembicaraan mereka berdua. Kepalanya mendekat ke arah Akira, dan Akira yang menyadari sikap konyolnya tertawa tanpa suara sebe

  • Kursi Panas di Kantor   Chapter 109 - Restu Tante Mira

    Dering ponsel di saku celananya begitu mengganggu sepanjang perjalanannya menuju rumah mamanya Giselle yang terletak di kawasan Dharmawangsa, Kebayoran Baru - Jakarta. “Kamu nggak mau angkat teleponnya?” Giselle yang tadinya sudah gugup seharian ini karena Akira mengiyakan ajakan mama Giselle untuk menemui mereka berdua, akhirnya terdistraksi juga dengan suara ponsel Aira yang bergetar sedari tadi. “Nanti saja, yang pasti ini bukan dari keluarga. Nada dering mereka aku setting berbeda,” jawab Akira seraya mengernyitkan dahinya. “Oke kalau begitu,” ucap Giselle pasrah. “Akira… nanti kita bakal bicara apa sama Mama?” Tak lama Giselle bersuara, menyiratkan kekhawatiran yang dari tadi bergumul di dalam hatinya.

DMCA.com Protection Status