Sky kembali berhenti di depan sebuah minimarket, melihat ke sekitar jalanan yang tak terlalu ramai, ia menghela napas dan menyandarkan punggungnya pada kursi."Aku mau beli minum!" Ucap Sky yang tiba-tiba turun tanpa perduli lagi pada pendapat Rock, kepalanya terlalu penuh untuk berdebat sekarang, ia hanya butuh minum susu atau kopi dingin."Satu botol Sky!" Teriak Rock pada sahabatnya yang sudah menyeberang ke sisi jalan, entah ia dengar atau tidak teriakan Rock.Sky membuka pintu minimarket, lalu menuju pendingin di dekat kasir, ia ambil dua botol kopi dan satu liter susu dingin, bergegas ia menuju kasir.Sky meletakkan minuman di meja lalu menunggu kasir yang masih terlihat sibuk dengan satu pelanggan."Kayaknya orang itu mabuk deh!" Ucap seorang wanita membersihkan bajunya yang kotor, sejak baru masuk ia sudah mencuri perhatian Sky."mungkin, kalau nggak mana mungkin dia tabrak tong sampah dan kena kita!" Ucap satu wanita lain yang berdiri di hadapannya.Sky masih diam memperhatik
Sky mencari perempatan yang di maksut dua wanita di minimarket tadi, ia melihat mobil yang sama dengan mobil yang di pakai lelaki besar di rumah tempat Dina di sekap. Mobik itu memang berhenti di tepian jalan, dan sky mendekat untuk memastikan di mana mereka. Mobil itu kosong, kap mobilnya rusak menghantam sesuatu, Sky lalu mengecek ke kaca belakang, memastikan benar-benar tak ada orang di sana."Kosong, sepertinya mobil ini baru saja menghantam sesuatu.!" Ucap Sky pada Rock yang menyusul turun dari mobil."Kemana mereka pergi?" Rock bertanya, ia melihat sekitar mobil.Sky hanya diam, ikut melihat ke sekitar dan menemukan ada setapak kecil naik ke atas. "Rock, apa mungkin mereka di sana?" Ucapnya menunjuk jalan gelap di seberang jalan."Ayo lihat!" Ucap Rock lalu mereka menyeberang jalan."Tunggu sebantar!" Sky kembali ke mobilnya, ia mengambil senter dan memastikan sudah mengunci mobilnya dengan aman lalu dia menyusul Rock menyeberang jalan.Menaiki jalan berbatu, dengan sudut mirin
"kami tidak tau apapun tante!" Mala menyanggah tuduhan Mami Banyu."Mana ada orang salah ngaku salah!" Ucap wanita paruh baya itu dengan tajam."Apa benar kalian semua terlibat dalam kecelakaan Naya?" Banyu bertanya, ia memang sangat percaya pada Mami, wanita yang begitu baik di matanya dan baginya tak akan mungkin bisa membohongi dirinya."Kamu juga menuduh kami? Menuduh sahabatmu sendiri?" pandu bertanya pada Banyu."Aku tidak menuduh mas, aku sedang bertanya terlebih yang lain juga terlihat berbeda belakangan ini." Ucap Banyu mengingat bagaimana sahabat-sahabatnya datang dan pergi seperti sangat sibuk."Jangan begitu Banyu, mereka pasti punya alasan mengapa terlihat begitu sibuk!" Pandu memberi masukan."Alah sudah Banyu, kita pergi saja ke rumah sakit!" Mami Banyu mengajak anak sabungnya segera pergi."Apa keadaan Naya begitu parah mi?""Yang jelas dia tak sadarkan diri! Bagaiman kita harus menjelaskan pada Papa Naya Banyu, mereka bisa marah besar jika tau putri kesayangannya terl
Banyu menatap wajah Naya yang belum sadarkan diri, operasi yang mereka lakukan selesai beberapa jam lalu dan Naya belum juga membuka matanya. Terselip rasa bersalah di hati kecilnya, Naya yang dulu begitu ceria dan ia tinggalkan demi cintanya pada Dina.Banyu ingat betul bagaimana terkejutnya wajah itu saat ia putuskam untuk tak meneruskan kedekatan mereka kala itu."Aku akan berjuang untuk cintaku yang pernah hilang Naya, aku sudah kehilangan dia sekali, aku tak akan mau kehilangan lagi untuk yang kedua."Wajah Naya yang ceria berubah pias, ia diam sesaat sebelum senyumnya kembali mengembang."Jadi begitu, pasti gadis itu sangat beruntung mas!" Ucapnya dengan senyum kepalsuan, hatinya remuk kala itu, beberapa bulan kedekatannya dengan Banyu, sudah membuat cintanya benar-benar tertambat."Aku harap kamu tak marah, aku sudah berusaha membuka hati, tapi sejauh ini aku hanya menganggapmu sebagai adikku." Banyu mengusap rambut Naya dengan pelan, seperti kakak yang sedang bicara pada adikn
Ramdan menjemput Pandu ke Solo, sementara Rose tak pernah meninggalka Dina sendirian, jika memang ia harus pergi sebentar, itu hanya untuk ke kamar mandi, dengan Sky atau Rock yang bergantian menunggunya, Rose terlalu takut membayangkan sesuatu yang buruj terjadi pada sahabatnya lagi."Makanlah Rose!" Ucap Sky, ia datang ke kamar membawa sepiring nasi hangat dan ayam goreng, makanan yang ia minta orang membelikannya di luar.Rose menggelengkan kepala, bahkan minum saja ia tak berselera, apa lagi memakan sepiring nasi lengkap di tangan Sky."Makanlah duli, aku belum lapar!" Ucap Rose lagi, entah berapa kali Sky menawari, dan yang terakhir ini ia terpaksa membawa makanannya ke kamar.mendapat jawaban yang sama lagi dan lagi, membuat Sky berdecak kesal dan menarik kursi rias di sudut kamar mendekati ranjang tempat Rose duduk menunggu Dina."Aku tak mau mengurus dua wanita sakit Rose, makan!" Sky menarik Rose dari sisi Dina dan memaksanya menerima suapan dari sendok yang ia bawa."Makan
Ramdan dan Pandu menuju tempat Naya di rawat, dari informasi yang di dapat Mala, Naya berada di sebuah rumah sakit daerah Jogja, entah begitu kebetulan mereka berada di kota yang sama dengan Dina sekarang. Beberapa kali Pandu coba menghubungi Banyu, namun lelaki itu tak juga mengangkat telponnya, membuat perasaan dua lelaki itu tak karuan."Apa kita masih punya waktu mas?" Ramdan terdengar cemas, ia takut terlambat mencegah pernikahan itu terjadi."Entahlah, aku tak tau!" Ucap pandu tak kalah binggung, satu-satunya harapan mereka hanyalah waktu yang masih bisa di ulur lebih lama."Aku tak tau dimana otak sahabatmu itu! Bisanya dia putuskan menikah padahal baru saja ia kehilangan istrinya." Ucap Pandu kesal, meski kenyataannya Dina masih hidup, rasanya tetap saja Banyu tertalu gegabah."Aku juga tak mengerti mas, kenapa ia begitu mudah membuat keputusan besar. Aku yakin ini semua karena Maminya itu!" Pandu melihat ke arah Ramdan, ia setuju dengan pendapat itu, sejak semalam memang Mam
Dina terlihat diam di sudut kamar, berkali-kali ia menyebut nama Har yang tak lain adalah mantan suaminya sendiri. Rose dan Sky hanya bisa menatap dari pintu, melihat Dina seperti berada dalam dunia yang tak dapat mereka masuki sekarang.Beberapa kali Rose coba mendekat, ia justeru mendapat amukan dari sahabatnya itu. Ingin rasanya dia memeluk erat tubuh Dina, namun tak kuasa karena wanita itu terus menganggapnya ancaman."kamu tak lihat ada Haris saat membawa Queen?" Rose bertanya pada Sky, dia dan Rock yang menjemput Dina, harusnya mereka bisa menemukan di mana Haris."Aku nggak lihat Haris Rose, tapi memang Dina bersama lelaki gendut saat melarikan diri!" Ucap Sky mengingat dengan jelas apa yang mereka lalui saat menemukan Dina."Mungkinkah lelaki itu Haris?" Ucap Rose merasa curiga dengan penuturan Sky."Aku tak bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu, jika saja ada waktu, aku lebih fokus membawa Queen keluar dari sana dengan cepat."Rose melipat tangan di dada dan kembali meny
Katakan mas, apa maksud ucapanmu?" "Apa maksud ucapanmu seperti yang kamu dengar Banyu!" Ucap Pandu menatap satu per satu wajah orang-orang di dalam sana."Tunggu, jadi maksudnya Dina masih hidup, istri Banyu masih hidup?" Khan tak kalah terkejut, ia memandang semua orang seakan mencari jawaban."Jangan bercanda, bagaimana bisa Dina yang sudah kita kuburkan tiba-tiba saja hidup? Jangan membuat kegaduhan Pandu!" Mami Banyu berkata, ia menampik mentah semua penjelasan dokter muda itu."Apa yang membuatnya jadi tak mungkin untuk Mami?" Tanya Ramdan yang ikut geram dengan ucapan wanita tua itu."Mayat itu, bagaimana ada mayat jika Dina masih hidup?"Ramdan tersenyum," Bukankah harusnya kalian yang memberi jawaban itu? Apakah harus kami jelaskan segalanya di sini?" Ramdan menatap Mami dan Naya bergantian.Mami nampak terkejut dengan kalimat yang di ucapkan Ramdan, sementara Naya, matanya menyiratkan kebencian yang besar."Kamu masih ingin meneruskan pernikahan ini Banya?" Pandu kembali b
Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
"Kami ada di tempat semula, bergeser sedikit kearah barat."Suara Rock terdengar pada alat yang Dina pakai dalam baju selamnya.Bus... Bus...Suara peluru menembus air, mereka dapat melihat peluru-peluru itu membelah air membentuk gelembung-gelembung yang menjurus ke bawah.Dina memberi sinyal bahaya pada Rock, sementara Banyu membuat isyarat agar mereka berenang lebih dalam.Matikan lampuBanyu meminta dengan isyarat, Dina dan Anik mematikan lampu di tangan mereka.Ke bawah!Sky meunjuk arah bawah dan mereka bergandengan menjauhi peluru yang masih terus menerjang ke dalam air.Mereka menyelam menjauhi tembakan yang masih terdengar, semakin ke dalam menuju ke arah yang di rasa benar. Banyu menyalakan lampu merah di dalam air, mereka saling melihat untuk membaca isyarat selanjutnya.Kalian di mana?Rock kembali menghubungi dan mencari dimana sahabat-sahabat nya sekarang. Anik menyalakan sinyal yang ada di pinggangnya, lalu mencari di mana letak kapal mereka berhenti.Ke arah barat kali
"Bagaimana kita bisa ke bawah? Lihat semua tempat penuh dengan pengawasan." Sky memperhatikan setiap tempat yang mereka lewati, namun tak satupun tempat sepi."Jika begitu kita harus turun." Banyu berbisik, mereka berhenti sebentar di atas sebuah lorong."Bagaimana bisa kita turun? Lantas dimana kita akan turun?" Sku masih tak mengerti apa yang Nanti rencanakan."Jika kita tak bisa mengelabuhi mereka, maka jadilah bagian dari mereka!" Ucap Banyu lalu berusaha membuka tutup lubang angin di bawahnya."Kamu benar!" Ucap Sky saat sadar bahwa ide Banyu mungkin bisa di gunakan membawa mereka ke ruang bawah.Mereka melompat turun, lalu bersembunyi di antara tepian lorong, Banyu sedikit lega sekarang, sebab semua cctv berada di bawah kendali teamnya.Sky berada di belakang Bantu, menyelinap di antara lorong dan tak lama empat lelaki keluar dari sebuah ruangan."Ada yang datang!" Ucap Sky bersembunyi dinujung lorong bersama Banyu. Empat orang itu berbatus rapi, dan dua di antaranya masuk ke ru
Dina menyelam lautan dingin, dia tau bisa saja nyawanya tak selamat malam ini, tugasnya bersama anik adalah masuk dari bawah kabin kapal. Banyu sudah memberikan koordinasi kapal tempatnya di tawan, Sky dan dirinya sudah bisa mengendalikan ruang kontrol kapal sejak kemarin.Anik dan Dina hanya bisa berkomunikasi dengan sandi cahaya, sandi yang sudah mereka pelajari selama perjalanan kemari. Tiba di dekat pintu bawah, Dina dan Anik berusaha meraih tangga besi di atasnya. Kapal itu berhenti di satu tempat jadi cukup aman berada tepat di ujung belakang kapal untuk bisa meraih tangga ke atas.Hup!Anik naik lebih dulu, dia melepas tabung oksigen di pijakan terakhir dan menalinya dengan erat, lalu menarik tubuh Dina naik lebih dulu. Dina Menik melewati Anik dan ikut melepaskan tabung oksigen nya lalu Anik menerimanya dengan sigap, ia menali lagi tabung itu tepat di sisi bawah tabung miliknya.Tanpa banyak bicara, mereka lalu naik mengikuti tangga yang membawa mereka ke pintu belakang kapal
Banyu tau dirinya dan Sky dalam keadaan terancam, kapanpun mereka bisa saja mati sia-sia, sebab semua penjaga di sini tak pernah lepas dari senjata api. Philip diam-diam terus mengawasi, meski Banyu pura-pura tak tau, namun mata-mata yang di bayarnya bisa banyu ketahui.Hari ini terpaksa juga Banyu meminum sesuatu yanh sudah di campur obat pencahar, ia tau Philip yang sudah membuatnya begini, bahkan siapa yang membawakan obat itu Banyu juga tau, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, dia relakan perutnya terkuras hari ini."Harusnya jangan kamu telan minuman itu!" Sky berbisik kesal, mereka sedang berada di klinik saat ini."Lalu menurutmu Philip tak akan curiga?" Banyu bertanya dengan alis terangkat."Entah, tapi menyebalkan sekali saat kita tau seseorang ingin mengerjaimu tapi kamu justeru pura-pur bodoh untuk membiarkannya." Ucap Sky kesal sendiri.Banyu tersenyum sendiri, meski benar apa yang Sky katakan, kali ini dia harus mengalah dulu."Ini obat diarenya, jangan lupa untuk banyak
Pov author.Mereka tiba di bandara Banyuwangi, lalu Rock membawa mereka semua ke sebuah tempat yang tak pernah mereka kunjungi. Rock meminta bantuan seseorang untuk bisa membawanya datang kempat ini. Perjalanan mereka cukup menguras tenaga, menyeberangi lautan dengan kapal kecil dan membawa team Dream Net ke pulau misterius."Kita sudah ada di ujung timur jawa.""Lantas apa maksudnya kak?" Anik bertanya, gadis itu begitu tak sabar memulai misinya membawa pulang sang kekasih."Kalian tau Kanaya jelas tak sendiri, kita bahkan tak yakin apakah Khan memang tak tau apa yang di lakukan adiknya atau ini hanya bagian dari rencana mereka.""Lantas apa maksudnya kak Rock?" Anik masih belum memahami."Maksudnya adalah kita kecoh mereka!" Ucapk Dina menjelaskan lebih gamblang apa yang akan mereka lalukan."Jika untuk mengecoh, kenapa hanya di ujung timur kita bisa pergi ke luar jawa, mereka akan berpikir tujuan kita bukan di tempat kapal itu berada." Anik dengan kritisnya mencoba menerka apa yang
Emak terus mendekapku malam ini, tak ada sedikitpun kalimat terucap dari bibirnya setalah aku berpamitan sore tadi, bahkan ketika makan malam bersama, emak tak banyak bicara, bibirnya terkatup dan hanya tersenyum saat dua cucunya mengajak bicara.Dingin udara malam semakin membuat aku menyadari bahwa kehilangan itu terasa sangat menyesakkan. Bapak bahkan menahan tangis saat aku pamit selepas magrib tadi."Mak..."Aku memanggilnya, namun wanita yang melahirkan aku itu hanya memejamkan mata dan diam."Mak, apa emak..." Belum juga aku selesai bicara, emak sudah mengatup bibirku dengan jarinya."Koe ra perlu ngomong opo-opo nduk, emak wes reti kabeh." (kami tak perlu bicara apapun nduk, emak sudah tau semua.)Aku hanya diam, lalu memeluk erat emak. Mungkin juga ini kali terakhir aku bisa mencium aroma tubuh wanita yang begitu aku cintai ini. Mungkin ini juga kali terakhir aku bisa mendekap dan merasakan napas hangatnya menyentuh kulit ku.Mataku terpejam, merasakan setiap detik kasih emak