Gadis kecil itu berlari menyongsong tubuh tinggi yang berada di depannya. Merentangkan tangannya mungilnya yang kemudian disambut oleh Arsen.Rencana Neisha untuk pergi berdua saja dengan Arsen sepertinya tidak akan berjalan dengan lancar. Kehadiran gadis mungil itu akan merebut seluruh atensi Arsen."Kenapa kamu di sini?" tanya Arsen setelah menggendong tubuh kecil Melodi."Ibu libur hari ini, jadi ibu mengajak Melodi ke sini," jawab Melodi dengan suara lucunya."Begitu?" Tangan besar Arsen menutupi kepala Melodi dari teriknya matahari.Kedekatan Melodi dan Arsen membuat Neisha merasa iri. Pasalnya pria itu selalu mengandeng tangan mungil itu dan sesekali menggendong Melodi.Bahkan terkadang Neisha hanya diam saat Melodi dan Arsen sedang bersenda gurau. Pasti Aurel tengah menertawakan Neisha saat ini.Beberapa wahana bermain telah mereka coba. Tidak menampik rasa bahagia, Aurel benar-benar membuat keputusan yang tepat mengajak anaknya datang ke taman bermain. Siapa yang menyangka jik
Aurel tidak menyangka melihat tatapan sendu dari Neisha. Mata yang tadinya mampu membuat ia terancam dengan tatapan tajamnya, kini berubah menjadi sayu. Tangan Aurel yang tadinya bersedekap di depan dada kini menutup mulutnya yang terbuka.Mungkinkah yang membuat Neisha terdiam adalah pernyataan yang baru saja ia katakan? Benarkah pernikahan yang dijalani oleh Neisha dan Arsen seburuk itu?Aurel tahu pasti berat bagi Neisha menjalani semua takdir hidupnya ini. Namun, meski begitu Aurel tidak akan merasa kasihan pada Neisha. Wanita itu justru merasa sangat bersyukur jika Arsen masih mengutamakan dirinya dan Melodi. Buktinya pria itu tidak menyentuh istrinya sama sekali.Mata yang tadinya sayu dan penuh tekanan dalam batinnya, kini menguap entah ke mana. Mata bulat Neisha dengan percaya diri kembali menatap Aurel dengan tatapan mencemooh."Kami ini sepasang suami istri yang tidur di ranjang yang sama. Mana mungkin mas Arsen akan tahan dengan semua yang ada di depannya," elak Neisha yang
Langit telah menunjukkan panorama yang sangat indah. Warna jingga yang menghiasinya menjadikan warna begitu istimewa. Matahari yang hendak tenggelam dalam peraduan. "Ayah, lain kali kita main lagi, ya?" pinta Melodi yang masih berada dalam gendongan Arsen.Neisha sama sekali tidak keberatan meski tidak menampik ia sangat cemburu dengan kedekatan mereka. Aurel yang berjalan di samping Neisha pun seolah tersenyum dengan penuh kemenangan."Jika ayah tidak sibuk, ya, Sayang." Melodi tersenyum senang.***Arsen dan Neisha memutuskan untuk pulang ke rumah. Hari ini cukup bagi mereka untuk menghabiskan waktu bersama, ya … meski ada Melodi dan Aurel di sana.Neisha sedari tadi hanya diam, bibirnya kelu tak ingin bersuara. Ia tidak marah hanya saja sesuatu dalam hatinya ada yang aneh. Menatap kaca mobil dan mengabaikan Arsen yang sedari tadi mencuri pandang ke arahnya."Nes," panggil Arsen yang berhasil menarik atensi dari istrinya."Hm." Sebuah gumaman menjadi jawaban Neisha."Kenapa?""Apan
"Ma," panggil Melodi yang baru saja bangun dari tidurnya."Lho, Sayang. Kenapa bangun?" tanya Aurel yang kini mendudukkan Melodi ke atas pangkuannya.Gadis kecil itu mengusap matanya, rasa kantuk sebenarnya masih dirasakan oleh Melodi. "Melodi haus, Ma," jawab Melodi."Mama ambilin minum Melodi di sini dulu, ya," perintah Aurel pada anak semata wayangnya.Aurel pun meninggalkan Melodi di dalam kamar dan ia pun beranjak ke dapur mengambilkan minuman untuk Melodi. Sesampainya di rang tengah, wanita itu melihat sofa yang terdapat bayang-bayang Arsen dengan Melodi yang tengah bercanda ria bersama. Tertawa dan saling bergembira menjadi pemandangan yang menenangkan hati bagi Aurel.Namun, sayang akhir-akhir ini ia merasa Arsen tidak ada waktu untuk Melodi dan juga dirinya. Kebersamaan mereka seolah-olah sirna begitu saja.Aurel menggelengkan kepalanya saat beberapa kali bayangan Arsen melintas di pikirannya. Melodi sedang menunggunya dengan segelas air putih.Memasuki kamar dan melihat Mel
"Hai," sapa Neisha berusaha tersenyum pada gadis manis yang menatapnya dengan lembut."Melodi mau bertemu dengan ayah," ucap Melodi dengan senyum indahnya.Tidak ada yang Neisha dapat lakukan selain menyuruh mereka untuk masuk ke dalam rumah. Meski Neisha sebenarnya tidak rela jika Aurel datang berkunjung."Duduk dulu, ya? Tante buatkan minuman," ujar Neisha kemudian meninggalkan ibu dan anak itu di ruang tamu.Tidak berselang lama, Neisha datang dengan dua cangkir minum di tangannya. Meletakkan minuman di atas meja seraya berkata, "Minumlah.""Terima kasih," jawab Melodi dengan suara lucunya."Ayah mana, Tante?" tanya Melodi menatap Neisha yang kemudian menatap sang ibu yang sedari tadi terdiam.Ingin rasanya Neisha marah, tetapi ia tidak sanggup. Melihat mata polos Melodi yang begitu teduh ia merasa ingin memeluk gadis kecil itu. Jika dulu ia merasa iri karena kedekatan Arsen dengan Melodi kini tidak lagi. Gadis kecil itu hanya ingin membutuhkan sosok seorang ayah.Ayah? Seandainya
Setelah sekian lama? Jadi Arsen benar-benar menepati janjinya? Namun keraguan muncul di kepala Neisha.Mendapati sang istri yang menggelengkan kepalanya, Arsen pun bertanya, “Kenapa? Kamu pusing?” Arsen kemudian mendekati Neisha dengan raut wajah yang khawatir.Sungguh, Neisha sangat senang mendapatkan perlakuan manis dari Arsen. Bukan hanya sikap perhatiannya saja, tetapi karena Arsen menunjukkan di depan Aurel.Benar saja, Aurel mengerucutkan bibirnya tidak suka melihat adegan di depannya. Perhatian itu bukan untuknya lagi. Di mana kata yang Arsen janjikan dulu padanya?Arsen telah berjanji untuk meninggalkan istrinya dan hidup bersama dengan dirinya dan Melodi?“Ayah, janii, kan, lain kali Ayah mampir lagi,” pinta Melodi yang sepertinya sudah menahan rindu.“Pasti,” jawab Arsen.Melodi yang sangat senang dengan kepulangan Arsen pun bermain dengan pria yang ia sebut sebagai ayah itu. Sesekali mengajak Aurel untuk ikut gabung bersama. Ya, apa yang diketahui anak kecil seperti Melodi?
Jalanan yang sepi di malam hari ini membuat lalu lintas terasa senggang. Wajar jika sebagian dari mereka enggan untuk keluar rumah. Langit yang gelap dan juga mendung membuat orang-orang berdiam diri di rumah.Melodi yang tertidur di pangkuan Aurel membuat suara dengkuran halus. Gadis kecil itu terlihat sangat lucu. Aurel yang duduk di belakang bersama Melodi pun mencuri pandang ke arah Arsen.Pria dengan segala ketampanan yang ia miliki. Cinta yang tidak akan pernah pudar untuk dimiliki. Mendapatkan perhatian dari Arsen membuat Aurel benar-benar merasa bahagia.Menggigit bibir bawahnya, Aurel sedikit ragu untuk mengatakan kata yang telah ia rapalkan dalam hati sedari tadi. Ia takut jika pria di depannya ini akan marah. Namun, ia harus memberanikan diri."Mas," panggilnya.Arsen tidak menjawab, tetapi ia melihat Aurel dari kaca mobil. Mata lelaki itu seolah mengatakan ada apa.Aurel mengatupkan bibirnya, ia masih ragu. "Ada apa?" Pada akhirnya Arsen pun bersuara."Em … tentang janjimu
“Aku tahu,” kata Arsen menatap lekat mata Aurel yang kini dipenuhi dengan bulir air mata itu.Aurel berharap tangisan dari sepasang mata indahnya dapat membuat Arsen luluh dan kembali dalam hidupnya.“Aku tidak lupa akan janjiku, Aurel. Hanya saja, kini aku sadar Neisha adalah fokus utamaku sekarang. Bukan karena aku baru menyadari cintaku pada istriku, tetapi rasa ini sebenarnya sudah lama ada. Hanya saja aku tidak ingin menunjukkannya.” Ucapan Arsen yang panjang itu benar-benar telah melukai hati Aurel.“Tapi janjimu pada mas Adipati ...?”“Aku tahu,” potong Arsen sebelum Aurel menyelesaikan kalimatnya.“Sebab itulah aku berusaha menyembunyikan rasaku pada Neisha agar saat kami berpisah tidak ada yang terluka. Tapi nyatanya istriku juga menyimpan rasa yang sama meski kami dijodohkan,” aku Arsen dengan mantap dan mata yang menatap tajam ke arah Aurel.Sakit, itulah yang dirasakan Aurel saat ini. Saat ia yakin dan percaya pada takdir hidupnya yang akan bahagia karena dapat bersama den
“Aku tahu,” kata Arsen menatap lekat mata Aurel yang kini dipenuhi dengan bulir air mata itu.Aurel berharap tangisan dari sepasang mata indahnya dapat membuat Arsen luluh dan kembali dalam hidupnya.“Aku tidak lupa akan janjiku, Aurel. Hanya saja, kini aku sadar Neisha adalah fokus utamaku sekarang. Bukan karena aku baru menyadari cintaku pada istriku, tetapi rasa ini sebenarnya sudah lama ada. Hanya saja aku tidak ingin menunjukkannya.” Ucapan Arsen yang panjang itu benar-benar telah melukai hati Aurel.“Tapi janjimu pada mas Adipati ...?”“Aku tahu,” potong Arsen sebelum Aurel menyelesaikan kalimatnya.“Sebab itulah aku berusaha menyembunyikan rasaku pada Neisha agar saat kami berpisah tidak ada yang terluka. Tapi nyatanya istriku juga menyimpan rasa yang sama meski kami dijodohkan,” aku Arsen dengan mantap dan mata yang menatap tajam ke arah Aurel.Sakit, itulah yang dirasakan Aurel saat ini. Saat ia yakin dan percaya pada takdir hidupnya yang akan bahagia karena dapat bersama den
Jalanan yang sepi di malam hari ini membuat lalu lintas terasa senggang. Wajar jika sebagian dari mereka enggan untuk keluar rumah. Langit yang gelap dan juga mendung membuat orang-orang berdiam diri di rumah.Melodi yang tertidur di pangkuan Aurel membuat suara dengkuran halus. Gadis kecil itu terlihat sangat lucu. Aurel yang duduk di belakang bersama Melodi pun mencuri pandang ke arah Arsen.Pria dengan segala ketampanan yang ia miliki. Cinta yang tidak akan pernah pudar untuk dimiliki. Mendapatkan perhatian dari Arsen membuat Aurel benar-benar merasa bahagia.Menggigit bibir bawahnya, Aurel sedikit ragu untuk mengatakan kata yang telah ia rapalkan dalam hati sedari tadi. Ia takut jika pria di depannya ini akan marah. Namun, ia harus memberanikan diri."Mas," panggilnya.Arsen tidak menjawab, tetapi ia melihat Aurel dari kaca mobil. Mata lelaki itu seolah mengatakan ada apa.Aurel mengatupkan bibirnya, ia masih ragu. "Ada apa?" Pada akhirnya Arsen pun bersuara."Em … tentang janjimu
Setelah sekian lama? Jadi Arsen benar-benar menepati janjinya? Namun keraguan muncul di kepala Neisha.Mendapati sang istri yang menggelengkan kepalanya, Arsen pun bertanya, “Kenapa? Kamu pusing?” Arsen kemudian mendekati Neisha dengan raut wajah yang khawatir.Sungguh, Neisha sangat senang mendapatkan perlakuan manis dari Arsen. Bukan hanya sikap perhatiannya saja, tetapi karena Arsen menunjukkan di depan Aurel.Benar saja, Aurel mengerucutkan bibirnya tidak suka melihat adegan di depannya. Perhatian itu bukan untuknya lagi. Di mana kata yang Arsen janjikan dulu padanya?Arsen telah berjanji untuk meninggalkan istrinya dan hidup bersama dengan dirinya dan Melodi?“Ayah, janii, kan, lain kali Ayah mampir lagi,” pinta Melodi yang sepertinya sudah menahan rindu.“Pasti,” jawab Arsen.Melodi yang sangat senang dengan kepulangan Arsen pun bermain dengan pria yang ia sebut sebagai ayah itu. Sesekali mengajak Aurel untuk ikut gabung bersama. Ya, apa yang diketahui anak kecil seperti Melodi?
"Hai," sapa Neisha berusaha tersenyum pada gadis manis yang menatapnya dengan lembut."Melodi mau bertemu dengan ayah," ucap Melodi dengan senyum indahnya.Tidak ada yang Neisha dapat lakukan selain menyuruh mereka untuk masuk ke dalam rumah. Meski Neisha sebenarnya tidak rela jika Aurel datang berkunjung."Duduk dulu, ya? Tante buatkan minuman," ujar Neisha kemudian meninggalkan ibu dan anak itu di ruang tamu.Tidak berselang lama, Neisha datang dengan dua cangkir minum di tangannya. Meletakkan minuman di atas meja seraya berkata, "Minumlah.""Terima kasih," jawab Melodi dengan suara lucunya."Ayah mana, Tante?" tanya Melodi menatap Neisha yang kemudian menatap sang ibu yang sedari tadi terdiam.Ingin rasanya Neisha marah, tetapi ia tidak sanggup. Melihat mata polos Melodi yang begitu teduh ia merasa ingin memeluk gadis kecil itu. Jika dulu ia merasa iri karena kedekatan Arsen dengan Melodi kini tidak lagi. Gadis kecil itu hanya ingin membutuhkan sosok seorang ayah.Ayah? Seandainya
"Ma," panggil Melodi yang baru saja bangun dari tidurnya."Lho, Sayang. Kenapa bangun?" tanya Aurel yang kini mendudukkan Melodi ke atas pangkuannya.Gadis kecil itu mengusap matanya, rasa kantuk sebenarnya masih dirasakan oleh Melodi. "Melodi haus, Ma," jawab Melodi."Mama ambilin minum Melodi di sini dulu, ya," perintah Aurel pada anak semata wayangnya.Aurel pun meninggalkan Melodi di dalam kamar dan ia pun beranjak ke dapur mengambilkan minuman untuk Melodi. Sesampainya di rang tengah, wanita itu melihat sofa yang terdapat bayang-bayang Arsen dengan Melodi yang tengah bercanda ria bersama. Tertawa dan saling bergembira menjadi pemandangan yang menenangkan hati bagi Aurel.Namun, sayang akhir-akhir ini ia merasa Arsen tidak ada waktu untuk Melodi dan juga dirinya. Kebersamaan mereka seolah-olah sirna begitu saja.Aurel menggelengkan kepalanya saat beberapa kali bayangan Arsen melintas di pikirannya. Melodi sedang menunggunya dengan segelas air putih.Memasuki kamar dan melihat Mel
Langit telah menunjukkan panorama yang sangat indah. Warna jingga yang menghiasinya menjadikan warna begitu istimewa. Matahari yang hendak tenggelam dalam peraduan. "Ayah, lain kali kita main lagi, ya?" pinta Melodi yang masih berada dalam gendongan Arsen.Neisha sama sekali tidak keberatan meski tidak menampik ia sangat cemburu dengan kedekatan mereka. Aurel yang berjalan di samping Neisha pun seolah tersenyum dengan penuh kemenangan."Jika ayah tidak sibuk, ya, Sayang." Melodi tersenyum senang.***Arsen dan Neisha memutuskan untuk pulang ke rumah. Hari ini cukup bagi mereka untuk menghabiskan waktu bersama, ya … meski ada Melodi dan Aurel di sana.Neisha sedari tadi hanya diam, bibirnya kelu tak ingin bersuara. Ia tidak marah hanya saja sesuatu dalam hatinya ada yang aneh. Menatap kaca mobil dan mengabaikan Arsen yang sedari tadi mencuri pandang ke arahnya."Nes," panggil Arsen yang berhasil menarik atensi dari istrinya."Hm." Sebuah gumaman menjadi jawaban Neisha."Kenapa?""Apan
Aurel tidak menyangka melihat tatapan sendu dari Neisha. Mata yang tadinya mampu membuat ia terancam dengan tatapan tajamnya, kini berubah menjadi sayu. Tangan Aurel yang tadinya bersedekap di depan dada kini menutup mulutnya yang terbuka.Mungkinkah yang membuat Neisha terdiam adalah pernyataan yang baru saja ia katakan? Benarkah pernikahan yang dijalani oleh Neisha dan Arsen seburuk itu?Aurel tahu pasti berat bagi Neisha menjalani semua takdir hidupnya ini. Namun, meski begitu Aurel tidak akan merasa kasihan pada Neisha. Wanita itu justru merasa sangat bersyukur jika Arsen masih mengutamakan dirinya dan Melodi. Buktinya pria itu tidak menyentuh istrinya sama sekali.Mata yang tadinya sayu dan penuh tekanan dalam batinnya, kini menguap entah ke mana. Mata bulat Neisha dengan percaya diri kembali menatap Aurel dengan tatapan mencemooh."Kami ini sepasang suami istri yang tidur di ranjang yang sama. Mana mungkin mas Arsen akan tahan dengan semua yang ada di depannya," elak Neisha yang
Gadis kecil itu berlari menyongsong tubuh tinggi yang berada di depannya. Merentangkan tangannya mungilnya yang kemudian disambut oleh Arsen.Rencana Neisha untuk pergi berdua saja dengan Arsen sepertinya tidak akan berjalan dengan lancar. Kehadiran gadis mungil itu akan merebut seluruh atensi Arsen."Kenapa kamu di sini?" tanya Arsen setelah menggendong tubuh kecil Melodi."Ibu libur hari ini, jadi ibu mengajak Melodi ke sini," jawab Melodi dengan suara lucunya."Begitu?" Tangan besar Arsen menutupi kepala Melodi dari teriknya matahari.Kedekatan Melodi dan Arsen membuat Neisha merasa iri. Pasalnya pria itu selalu mengandeng tangan mungil itu dan sesekali menggendong Melodi.Bahkan terkadang Neisha hanya diam saat Melodi dan Arsen sedang bersenda gurau. Pasti Aurel tengah menertawakan Neisha saat ini.Beberapa wahana bermain telah mereka coba. Tidak menampik rasa bahagia, Aurel benar-benar membuat keputusan yang tepat mengajak anaknya datang ke taman bermain. Siapa yang menyangka jik
Sinar mentari telah menerobos masuk melalui celah jendela sepasang suami istri yang tengah meringkuk di atas ranjang. Selimut yang menutupi keduanya menjadikan mereka enggan untuk bangun.Ya, meski mereka tidur di ranjang yang sama, tetapi Neisha masihlah seorang gadis yang belum dijadikan wanita sepenuhnya oleh sang suami. Ironi memang.Arsen adalah lelaki normal, pria itu menahan mati-matian hasratnya pada sang istri karena tidak ingin semakin menyakiti Neisha. Sebab Arsen yang tidak ingin menyakiti Neisha lebih dari luka yang ia berikan pada wanita cantik itu.Neisha menggeliat karena merasakan sinar mentari yang menyinari sepasang netranya. Mengerjapkan matanya berkali-kali karena cahaya yang begitu terang mengapa di pagi hari.Wanita itu menguap seraya merentangkan kedua tangannya. Badannya terasa lelah karena kemarin ia banyak berjalan setelah bertemu dengan Aurel. Bertemu dengan wanita itu benar-benar membuat Neisha membutuhkan kembali tenaganya yang terkuras habis untuk untuk