Share

Batas waktu

Author: Zenkodok
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Batas Waktu

Axton menarik resletingnya. Perban putih masih menempeli sekitar pelipisnya, tapi rambutnya sudah semerawut. Ia memungut kemejanya di lantai dan melihat Milly dari pantulan di cermin.

Gadis itu terkulai lemas sambil menangis kecil di atas ranjang. Kedua pergelangan tangannya memerah bekas simpulan gesper yang dilepas Axton.

Selimut tergeletak di sampingnya, terlihat berantakan. Pun dengan seprei.

Tidak ada satu pun busana yang melekat di tubuh Milly. Murni polos, terlihat begitu kotor dan lengket. Jejak-jejak basah dan panas akibat cumbuan liar Axton tercetak jelas di beberapa bagian tubuh gadis itu, sementara di sekitar pangkal pahanya dipenuhi cairan milik lelaki itu yang berceceran.

Aroma percintaan terasa pekat menguar di sekitar, membuktikan seberapa dahsyat pergumulan panas yang dilakukan mereka di kamar ini.

“Apa aku sudah pernah mengatakan padamu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kupu-kupu Kertas   Suami yang buruk

    Suami Yang BurukMilly berusaha melangkah normal, walau denyut nyeri yang bercampur sensasi nikmat terasa di daerah intimnya. Ia melirik ke belakang. Tidak ada Axton. Tangannya berusaha meraba pada dinding di lorong. Begitu ia menemukan sebuah pintu, segera ia membukanya.Masuk ke dalam. Pintu itu hendak ditutupnya, tapi Milly berjengit waktu kaki Axton menahannya. Tangan lelaki itu turut berpegang pada sisi pintu.“Kau melanggar kesepakatan.”“Persetan denganmu!” umpat Milly yang mulai menggila karena gelombang siksaan Axton lewat alat sialan itu. Ia berusaha keras mendorong pintu itu menutup dengan punggungnya, sementara tangannya bergerak cepat, hendak mengeluarkan vibrator dari area pribadinya.“Akhh!” Tapi belum sempat ia mencabutnya, getaran itu makin dahsyat. Membuat kepala Milly menengadah dengan nafas putus-putus.Di luar Axton

  • Kupu-kupu Kertas   Kebimbangan Axton

    Kebimbangan AxtonAxton memijat pangkal hidungnya. Ia menggeleng. Sepertinya ia sudah tidak waras. Gelas kosong yang berisi wine langsung ditandaskannya dan diletakkannya ke meja. Topeng silver masih melekat di area matanya.Pun sama dengan Milly yang duduk di hadapannya. Dan di balik topeng itu, ia terpekur menatap piring berisi steak daging, masih utuh dan belum tersentuh. Sebuah kalimat Axton yang terasa familiar di telinganya tadi, terus bergaung di benaknya. Ia tidak lagi merona, melainkan tengah berpikir keras.“Kehilanganmu adalah sesuatu hal yang tidak aku inginkan di dunia ini.”Di tengah keramaian ruangan itu Milly seperti mendengar suara-suara lain tanpa sadar. Muncul begitu saja tanpa dimintanya.“Tidak apa bagaimana sih? Kakimu jadi berdarah. Aku akan menghajar anak lelaki itu. Ia tidak seharusnya menyerempetmu.”“Kau mau apa? Ber

  • Kupu-kupu Kertas   Kebenaran yang terkuak

    Kebenaran yang TerkuakMata Milly tidak terpejam sedikitpun. Tapi kepalanya menggeleng pelan melihat mobil itu tidak lama lagi akan menabraknya. Lalu semua terjadi begitu cepat tanpa disadarinya.Entah bagaimana tubuhnya telah terjatuh ke trotoar. Ia merintih kecil karena denyut nyeri di punggungnya. Tapi setelah itu wajahnya tampak shock. Bola matanya lurus terarah pada langit malam.Meski begitu ia bisa merasakan tangan kekar kini terselip di belakang kepalanya seakan melindungi. Juga erangan disertai nafas yang berhembus di sekitar lehernya.Sementara mobil itu tidak bertanggung jawab itu sudah berlalu dari mereka.Dengan susah payah, Axton menoleh, melihat wajah Milly dari samping. Matanya terasa berkunang-kunang. Separuh wajahnya bersimbahkan darah. Luka pelipis itu kembali menganga. Semua karena kepalanya terbentur ulang. Cukup kuat di trotoar.“Aku sudah katak

  • Kupu-kupu Kertas   Sebuah peringatan

    Sebuah Peringatan KerasMilly merangkak dengan susah payah di lantai hitam sambil menangis dengan tubuh gemetar. Wajahnya terlihat kacau balau karena linangan air mata. Rambutnya berantakan.Ia baru saja bergelut dengan Rogert sebagai perlindungan diri. Menghantam kepala pria itu dengan lampu nakas dan berlanjut menendang kejantanannya keras.Dan karena itu Roger marah besar hingga menembaki kakinya. Kini darah mengalir cukup banyak dari betis Milly. Hingga meninggalkan jejak di lantai setiap kali gadis itu memaksa menyeret tubuhnya demi meloloskan diri.Di belakangnya Roger yang juga tersungkur di lantai perlahan bangkit. Erangan kesakitannya telah tidak terdengar lagi. Berganti dengan tawa puas.“Kau tidak bisa pergi begitu saja, manis.”Dan sekali lagi Roger membidik pada kaki Milly yang lain, menarik pelatuknya lalu…DOR!!

  • Kupu-kupu Kertas   Trevor Miller

    Trevor MillerFernandez menunggu di lorong rumah sakit, menanti Dokter keluar. Duduk dengan kedua tangan saling bertautan, sikunya bertumpu pada lutut. Kepalanya agak tertunduk.Ingatannya terhempas pada insiden dimana Elena terkena tembakan. Sosok di rooftop itu, walau ia tidak dapat melihat jelas wajahnya, tapi simbol laba-laba yang tercetak di belakang jaket hitam yang dikenakan sosok itu terasa tidak asing bagi Fernandez.Tidak salah lagi. Simbol itu memang merupakan identitas kelompok mafia Roger.Seketika rahang Fernandez mengetat. “Roger…”Namun begitu mendengar suara pintu terbuka, perhatian Fernandez teralihkan. Ia segera berdiri, matanya sekilas bergulir pada name tag di jas putih itu sebelum menatap Dokter tersebut.“Jadi, Dokter Stacy bagaimana keadaannya?”Dokter Stacy langsung memberitahu Fernandez, “I

  • Kupu-kupu Kertas   Dua garis merah

    Dua Garis MerahDua minggu kemudian, Wella menanti dengan bahagia di pintu kamar mandi. Kemudian saat pintu itu terbuka, senyum sumringah terpatri di bibir Wella, matanya berbinar-binar menatap Milly.“Jadi bagaimana?” desak Wella tidak sabar, sementara Milly berdiri kaku dengan wajah pucat. Memar-memar di wajahnya mulai memudar, nyaris tidak lagi terlihat. Selain itu, rambut coklat panjangnya yang tergerai indah, membuat Wella tidak menyadari bekas benturan di pelipisnya.Memaksakan senyum, Milly mengangsurkan test pack itu kepada Wella.Thomas berdeham. Ia juga berada di sana, di dekat Wella dan kini sudut matanya ikut melirik test pack yang ada di tangan Wella.“Kau… positif?” Wella membekap mulutnya usai menatap test pack itu, memberikan benda itu begitu saja pada Thomas. Setelahnya ia memekik girang, menjabat tangan Milly.“Kau akan menjadi seorang Ibu dan aku akan menjadi seorang Nenek.”

  • Kupu-kupu Kertas   Strategi Roger

    Strategi RogerRoger terkekeh setelah menyiram wajah Milly dengan air. Mata gadis itu kini terbuka. “Apa kau sedang memimpikanku, manis?” Pria tua itu lalu melempar botol plastik yang isi airnya telah kosong ke sembarang arah.Mata Milly mulai menjelajah isi ruangan. Ia tidak tahu dimana dirinya berada sekarang. Tempat ini terlihat seperti gudang. Minim ventilasi dan udara di sekitar terasa pengap. Bahkan penerangan hanya di dapat dari lubang-lubang kecil ventilasi itu. Tampak beberapa kardus yang entah isinya apa berjejer, cukup banyak di sekelilingnya.Lalu tiba-tiba ingatan Milly terhempas pada Wella yang mencoba melindunginya, lantas tatapannya nanar tertuju pada blouse biru muda lengan panjang dan rok circle putih sebatas lutut yang dikenakannya, di mana ada bekas cipratan darah Wella di sana.Seketika mata Milly memanas.Detik berikutnya, ia bergidik saat tangan menjijikkan Roger bergerak, menyisihkan beberapa helai rambut di sekita

  • Kupu-kupu Kertas   Akhir dari segalanya

    Akhir dari SegalanyaRoger terkekeh mesum saat menanggalkan satu per satu kancing Milly, sementara Milly terus berteriak walau suaranya teredam, meronta panik. “Mmm—hmpp…,” hingga dentingan borgol itu bergema lantang di ruangan itu. Air matanya terus berurai dan ia begitu ketakutan.Namun baru dua kancing, ponsel Roger tiba-tiba berbunyi hingga ia menghentikan aktifitasnya.“Oh, sepertinya aku baru mendapatkan satu pesan, manis. Dan mungkin, ini tentang pria pahlawanmu itu.” Roger tersenyum nakal dan meremas kecil payudara Milly membuat gadis itu meronta dan kembali berteriak yang berujung sia-sia.“Mmm—hmmmp…,” dan lagi-lagi borgol itu hanya beradu menciptakan gema berulang tanpa bisa terlepas, sementara Roger tertawa keras saat membaca pesan dari Robby di ponsel.Bos semua sudah beres. Aku sudah membunuhnya.&

Latest chapter

  • Kupu-kupu Kertas   Berhenti berharap

    Gila kamu, Indira!” protes Ava begitu Pak De tak terlihat lagi.Indira hanya menunduk dengan wajah merah padam, menahan malu dan jengah yang menerpa begitu birahinya mereda. Ava sadar, dirinyapun ikut bersalah dalam hal ini, terbawa suasana hingga terlarut dalam persetubuhan yang beresiko itu, tapi tetap saja…“Kalau ketahuan Pak De gimana?! kalau kamu hamil?”“Aku suruh pacarku tanggung jawab,” sahut Indira, lalu memalingkan muka.Angin berhembus masuk ke dalam studio, menghembuskan suatu perasaan yang aneh di dada Ava. Seharusnya ia merasa lega, namun perkataan Indira yang terakhir itu seperti seserpih perih yang menari pelan di permukaan hatinya.“Ava, maaf… nggak seharusnya aku ngelakuin ini sama kamu… dan… umm…” Indira terdiam, seperti hendak tak jadi melanjutkan kata-katanya.“Terus apa?”“Yang tad

  • Kupu-kupu Kertas   On The Night Like This

    Apa istimewanya seorang mas-mas brewokan bernama Mustava Ibrahim? batin Indira berusaha memungkiri. Dewa dan mantan-mantannya yang lain jauh lebih tampan daripada pemuda itu!7 hari sudah berlalu, tapi Indira terus mencoba memahami teka-teki di hatinya sendiri, pun demikian hati wanita memang sulit dimengerti. Tidak hanya bagi laki-laki, tapi juga si wanita itu sendiri. Kehadiran Ava dalam hidupnya benar-benar mengubah tone hidup-nya menjadi lebih berwarna. Berwarna seperti pelangi! Berwarna seperti lukisan! Marah, sedih, benci, bahagia, bercampur seperti palet-palet warna cat minyak yang dibaurkan ke dalam sanubarinya!Indira tertawa mengingat bagaimana ia pertama berjumpa Ava di air terjun, betapa tengik dan menyebalkannya anak itu! Huh! Tapi juga… remaja itu tersipu sendiri hingga pipinya perlahan bersemu.Dalam keheningan malam, Benak Indira kembali mengenang. Bagaimana saat Ava membelanya di Pub minggu lalu. Bagaimana saat Ava menampung isak tangisny

  • Kupu-kupu Kertas   Samsara

    Taksi yang ditumpangi Ava dan Indira melaju di sepanjang Jl. By Pass, jalan besar yang sekilas mengingatkan Ava pada Ringroad di Jogja. Cahaya lampu jalan yang berwarna jingga berpendar di wajah Indira yang duduk di sampingnya.“Ava,” Indira memecah kebisuan.“Ya?”Gadis itu memandangi pipi Ava yang membiru terkena bogem. “Aku beneran nggak nyangka semuanya jadi kaya gini.”Ava tak langsung menjawab.“Yang tadi pagi juga…” Indira menyebut peristiwa di air terjun tadi pagi, di mana ia telah mengata-ngatai Ava sebagai teroris.Bisu menyelinap lagi di antara jarak yang memisahkan tempat duduk mereka. Ava menarik nafas panjang. “Kenapa sih, kamu?” tanya Ava.“Nggak tahu,” jawab Indira pelan. Sungguh, dirinya sendiri pun tidak tahu kenapa ia bisa membenci pemuda itu.Ava mendengus, nafasnya mengembun pada kaca mobil yang dingin. “Pasti gara-gara nam

  • Kupu-kupu Kertas   Streets without signs

    Senja datang menjelang di Kuta yang semakin temaram. Matahari sudah menyembunyikan diri di balik horizon, menyisakan gradasi berwarna biru keunguan yang menyemburat dari balik kaki langit. Jalanan yang tadinya terik segera digantikan dengan riuh rendah dunia malam yang memenuhi setiap sudut jalan. Arus lalu lintas semakin padat merayap, dan trotoar mulai dipenuhi wisatawan asing yang baru pulang berselancar atau hendak keluar mengisi perut.Jalan Legian. Jika kalian kebetulan melancong ke Bali, sempatkanlah mengunjungi tempat ini. Lewat tengah malam, niscaya engkau akan mendapati klub-klub yang menyesaki kiri-dan kanan jalan seolah saling berlomba dan tak mau kalah dalam menarik perhatian setiap calon pengunjung, maka didentamkanlah musik sekeras-kerasnya dan dinyalakan lampu sorot sekilau-kilaunya. Jangan heran jika nanti engkau melihat bule-bule yang berjoget hingga trotoar di antara kemacetan yang berarak-arak.Seorang wanita dengan danda

  • Kupu-kupu Kertas   The pain caver

    Siang itu jalan menuju pantai tampak tidak sanggup lagi menampung volume kendaraan berplat luar kota yang semakin padat dari tahun ke tahun. Beberapa wisatawan asing melintas buru-buru di atas trotoar di kiri dan kanan jalan, menghindari panas matahari di balik baju-baju dan cinderamata yang dipajang bergantung-gantung pada art shop di pinggir jalan.Indira meliuk-liuk dengan skuter matic di antara kemacetan itu. Wajah blasterannya tampak berkerut-kerut melawan terik matahari. Siang itu benar-benar panas, angin yang berhembus juga angin yang benar-benar gersang, mengibarkan dress putih sepaha dan cardigans hitam yang dikenakannya untuk melawan terik.Indira melengguh kesal. Ia benar-benar kesal hari ini. Kesal kepada kemacetan ini, kesal kepada ayahnya, kesal pada Dewa, pacarnya yang tidak bisa dihubungi, kesal kepada semua! Terlebih lebih kepada mas-mas brewokan yang bernama Mustava Ibrahim itu.Sungguh, udara yang panas itu membuat kemarahan di dada Indira men

  • Kupu-kupu Kertas   Menyewa braya

    Hanyalah sesosok pohon beringin yang berdiri angkuh bak raksasa hijau di sekian sisa aroma kematian. Daunnya demikian merimbun, bertumpuk-tumpuk menghalangi jatuh cahaya ke puluhan orang yang berlalu di bawahnya. Ava berjalan dengan takut-takut, menghindari akar gantung yang menjuntai ke sampai tanah. Pohon Beringin itu nampak benar-benar wingit, apalagi dengan kain kotak-kotak hitam-putih yang dilingkarkan di sekelilingnya.Pagi itu hari Minggu, Galeri Pakde tentu tidak buka di hari Minggu. Maka Ava dan Kadek menyanggupi untuk menggantikan Pak De kerja bakti membersihkan areal Pura Dalem, yakni tempat peribadatan yang terletak di sekitar pekuburan untuk pemujaan alam kosmis demi menetralisir kekuatan positif dan negatif.Pekuburan itu nyaris tanpa nisan, karena prosesi pemakaman di tempat ini mengharuskan jenazah si Mati di lebur dalam api –pralina [SUP](1)[/SUP] -dilebur oleh Sang Siwa, sehingga menyisakan bade [SUP](2)[/SUP] -sarkofagus w

  • Kupu-kupu Kertas   Lost angel

    The Lost AngelUfuk timur sudah benderang ketika Ava terbangun enggan dari tidurnya. Udara masih dingin dan kabut tipis masih melayang-layang di atas sawah. Ava menuruni tangga kayu di depan kamarnya dengan malas sambil merenggangkan tubuh.Pemandangan menakjubkan kemarin sore masih saja terbayang-bayang di kepala Ava. Hari sudah berganti, namun pemuda itu tak bisa berhenti tersenyum membayangkan apa lagi petualangan yang menantinya di tempat ini.Sepasang mata Ava tertuju pada Pura kecil di pojok belakang rumah. Di sampingnya berdiri pohon kamboja, dahannya menjuntai ke udara serupa tangan seorang Pandhita Ratu, menebarkan taksu ke sekujur bangunan batu bata merah di bawahnya.Ava melihat seorang bidadari sedang memegang dupa, menghaturkan doa dan sesaji sambil memejam khusyuk.Indira; Ava tahu nama bidadari itu dari Kadek. “Wuih, aslinya cantik dah pokoknya, bro!” p

  • Kupu-kupu Kertas   The dreams

    Ubud, 2012…Hanyalah pemadangan sawah bertingkat-tingkat yang indah, dan deru skuter tua yang seolah tak mau lagi hidup yang menyusur di tengahnya. Matahari bersinar tinggi di langit biru tanpa awan, menyisakan silau di balik kacamata hitam Ava yang bundar besar.Skuter yang ditumpangi Ava berjalan perlahan melewati jalan kecil berkelok di tengah persawahan, mereka sedikit melambat saat melewati sekumpulan orang berpakaian hitam-hitam di jalan itu.“Bli, Bli Kadek, ada apa ini ramai-ramai?” Pemuda dengan brewok tebal itu menepuk pundak orang yang duduk di depannya.Kadek namanya, ia adalah kakak kelas Ava waktu kuliah di Institut Seni di Jogja. Kadek ini pula yang menawari Ava pekerjaan di tempat seorang seniman terkenal di kampungnya, setelah Ava lulus bulan lalu.“Oh, ini ada pengabenan[SUP](1)[/SUP][SUP],[/SUP]” Kadek menyahut tanpa menoleh.(1) Upa

  • Kupu-kupu Kertas   Selamanya bersama

    Selamanya BersamaEmpat Bulan Kemudian…Milly telah menghabiskan banyak waktu bersama Axton, dan sekarang ia sedang merealisasikan rencana yang telah mereka susun bersama.Tepatnya di sini.Pada outdoor salah satu hotel Axton di Los Angeles yang sukses diubah menjadi begitu indah. Halaman itu telah dihiasi berikat-ikat bunga.Dalam gaun putih pengantin yang elegan, Milly berjalan pelan didampingi Thomas menelusuri karpet putih yang tergelar di tengah, sementara di sekelilingnya terdapat beragam meja yang dilapisi kain putih beserta kursi berjejer rapi. Semua terisi penuh oleh para tamu yang hadir.Michelle juga memakai gaun berwarna putih. Rambutnya tergerai indah dan ditata bergelombang. Gadis kecil itu terlihat bahagia berdiri bersama Rachel yang diikuti oleh para tamu menyambut kedatangan Milly.Rachel tersenyum lebar, matanya berpendar haru

DMCA.com Protection Status