"Sedang apa Anda disini?"Nilam menunggu pria itu berbalik badan. Setelah beberapa saat pria itu menoleh ke arah Nilam, ia memberikan senyum dan berjalan ke arahnya."Seperti yang Anda lihat, saya sedang melihat perkembangan yang bagus pada pabrik Anda. Lebih bagus dari semula. Semua atas ide cemerlang Anda sebagai direktur."Nilam tidak lekas menyanggah. 'Cih! Pria bedebah! Brengsek! Rasanya aku muak mendengarkan dia berkata! Benar dia mantan suamiku, tapi saat ini aku sangat membencinya! Ah, kapan rencana balas dendamku terlaksana ... Aku betul -betul butuh seseorang untuk mendukungku.'"Jika Anda kekurangan dana, saya akan tambahkan berapapun Anda mau."Ucapan Daffa Ardiansyah itu membuat satu ide terlintas dalam benaknya. Ia akan memanfaatkan untuk menguras uangnya. Ya, benar. Kesempatan emas untuk menghabiskan uang Daffa. Bertahap dan pasti.Tempo hari sudah berapa banyak uang yang di pakai Shireen bersama ibu-ibu sosialita itu, lumayan untuk permulaan."Sebenarnya aku malu untuk
Ia kembali menuju perusahaan Bhaskara group. Seperti biasanya semua pekerja menghormatinya."Selamat siang Ibu Nilam ..."Sapa semua pegawai yang di laluinya. Ia memberikan senyum tipis yang dipaksakan. Entahlah ia kehilangan mood untuk sekedar basa basi saat ini.Ia akan bekerja lebih cepat, dan akan segera mengakhiri semua ini. Kehidupannya di perusahaan ini tidak akan lama lagi.Tidak ada bangkai yang berlarut-larut tersimpan. Sepandai-pandainya tupai melompat, ia akan jatuh juga."Siang!"Senyum hambar ia tunjukkan pada mereka. Terserah mereka bicara apa dibelakangnya. Tidak ada secuil pun ia perduli sekarang.Ia hanya ingin prestasinya di perusahaan ini membantu kemajuan perusahaan William semata.Ia duduk di kursi kebesarannya. Meski sedikit malu, akan siapa dia di sana. Tidak sepantasnya ia melakukan perbuatan ini. Tapi, biarkanlah saja untuk sementara waktu.Ia mengulik berkas-berkas yang belum ia kerjakan, beberapa diantaranya harus ia periksa. Sembari menunggu pergerakan ma
'Apa? Dia memanggilku Mas? Haha rupanya wanita itu sudah terlalu jauh mengagumi diriku ini. Dalam satu sentuhan lagi, ia akan mengejar perhatian dariku!' Daffa penuh percaya diri, di balik kesedihannya, masih bisa tersenyum gembira atas pencapaiannya membuat Nilam simpatik padanya."Ah, saya lebih senang Anda memanggil saya dengan sebutan Mas saja."Tanpa basa basi, Daffa mengatakan hal tersebut. Membuat Nilam tercengang. Ternyata pria ini lebih dari sekedar buaya darat. Pikirnya.Beberapa kali mereka bertemu untuk sekedar makan siang. *****Pada suatu saat, kembali Nilam mengadakan kembali pertemuan dengan Daffa, namun kali ini pada acara meeting di perusahaan Bhaskara. Tanpa William di sana.Daffa memainkan mata melihat Nilam yang setiap saat ia melihatnya semakin cantik mempesona. Tiara ikut dalam acara meeting yang menurutnya tidak terlalu penting, Nilam tanpa bantuan Daffa pun bisa menyelesaikan nya.Dari pandangan nya, ia melihat suatu ketidak benaran terhadap Nilam. Sala
Mobil Nilam melesat cepat, pria suruhan Shireen membuntuti dibelakangnya.Melihat kearah spion, berulang kali. Nilam merasa aneh terhadap mobil berwarna hitam yang sedari tadi mengikutinya.Saat mencoba berbelok, mobil itupun mengikutinya lagi. Menghindari sesuatu yang akan terjadi, ia menambah laju kendaraanya. Ia lekas menelpon beberapa anak buah nya. Memberi tahu apa yang saat ini ia alami. Gegas, mereka menjalankan tugasnya. Nilam masuk sebuah gang sepi, dan mobil itu menghimpit nya. Mobil Nilam terpaksa berhenti.Ia tidak gusar, karena ia yakin anak buah mereka lebih banyak dari seseorang yang akan bertindak buruk terhadapnya.Ia mencoba memancingnya. Berdiam seolah ketakutan. Seseorang keluar dari mobil hitam tersebut, dengan mengenakan penutup kepala. Ia membawa senjata tajam yang di sembunyikan dibelakang tubuhnya."Keluar!" teriaknya.Klek!Tanpa basa-basi Nilam membuka pintu mobilnya.Brak!!Tubuh pria itu terjatuh ketanah, pisaunya terpental jauh.Sebuah pukulan bebera
Malam itu William tidak dapat memejamkan mata. Beberapa laporan issue tentang Nilam bersama pebisnis rekan kerja, mengganggu pikirannya.Ada beberapa yang mengatakan jika kedekatan mereka terlihat tidak hanya sekali dua kali saja, berkali-kali laporan itu mengusik pikirannya.Ia tidak akan berdiam diri, meski kondisinya seperti ini.Tubuhnya yang semula menatap langit-langit kamar, bergeser memandangi wajah Nilam yang telah memejamkan mata.Beberapa saat, terlihat ia menggeliat dan membuka mata, ia melihat William memperhatikannya.Nilam menyipitkan mata, dan membukanya lebar. Melihat ke arah didinding. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari."Mas? Kamu belum tidur?" tanya wanita yang terpaksa bangun dari pembaringan."Aku tidak bisa tidur, Sayang," jawab nya, masih melihat Nilam dengan raut wajah sedih."Ada apa? Kenapa sepertinya ada hal yang mengusik pikiran kamu, Mas? Kamu cerita saja padaku!" titahnya dengan sabar.'Nilam, kenapa aku sudah tidak dapat mengenali kamu lagi. En
Bug!"Ah, kamu berbohong, kamu sudah bangun ya dari tadi, Sayang?"Willy mencubit pipi Nilam yang tertangkap mata Willy sedang menahan senyum."Gitu dong, jangan marah lagi. Aku tidak kuat melihat kamu marah seperti tadi malam," keluh Nilam."Mama ... Mama ...!"Terdengar teriakan Angel dari luar pintu. Nilam bangun dan segera melompat turun.Ia mengambil langkah panjang, dan cepat sampai di pintu kamar. Kriet ..."Pagi malaikat kecil Mama ..." sapa Nilam, wajah ceria ia tunjukkan pada buah hati Willy."Sini cium!" Nilam menengadahkan tangan membuka pelukan untuk Angel, namun gadis kecil itu menolak dengan centil."Tidak mau! Mama belum mandi, masih bau!" sungutnya, ia menekan kuat lubang hidungnya, meski ia tidak sungguh-sungguh bicara."Haa, Angel bilang, Mama bau? Angel si princes-nya Mama juga belum mandi lho ..."Nilam akan mengejar Angel yang berusaha untuk kabur, berlari menuju ke atas ranjang bersama Willy yang tertawa melihat mereka."Papa ... Tolong ...! Hahaha ..."Tawa
Nilam menyeka air mata itu segera. Meyakinkan pada dirinya sendiri, 'Please ku mohon, Jangan buang air matamu yang berharga hanya demi pria brengsek itu!'"Silahkan minum dulu Ibu Nilam, sepertinya berita ini sangat mengagetkan Ibu!"Dengan menyodorkan minuman yang baru saja diantarkan oleh pramusaji. Segera Nilam perlahan meneguknya."Apakah keadaan ibu sudah membaik?""Aku tidak apa-apa, kamu jangan khawatirkan aku," ucapnya meyakinkan pria suruhannya. Ia adalah criminal profiler juga merangkap sebagai detektif, ia tidak memiliki hubungan intelegensi dengan pihak kepolisian."Oke, semua bukti sudah kau dapatkan?""Sudah, Ibu Nilam. Pekerjaan ini sudah memakan waktu, sebenarnya pria itu menyuruh seorang tenaga mekanik handal, hingga pekerjaan itu terlihat bersih, tanpa jejak. Polisi pun sudah menutup kasus itu, sebagai kecelakaan atas kesalahan Ibu Luna sendiri," paparnya.Satu tangan mengepal kuat, ia menggertakkan giginya, dan memukul meja dengan keras.Untung saja cafe dalam kon
Berita tentang keterpurukan perusahaan Daffa Ardiansyah terdengar di semua penjuru negeri. Berita itu sudah tersebar dari berbagai media sosial. Meski pria itu sudah menyewa hacker untuk menghentikan dan menghapus pemberitaan itu, tetap saja, informasi tersebut tidak dapat di hentikan.Saat bersama Willy di ruang keluarga, Nilam tersenyum lebar, melihat informasi sebuah penayangan televisi tentang kabar pebisnis terkenal tentang keuangan yang hampir kolab.William melihat ke arah Nilam, ia melihat wajah wanita itu bahagia dengan informasi yang baru dilihatnya saat ini."Sayang, kenapa kamu terlihat sangat bahagia sekali dengan kabar itu?' tanya Willy dengan menyatukan kedua alisnya.Ia melihat mimik bibir Nilam yang berat untuk bicara. Seperti sedang tertangkap basah pada satu hal yang keliru."Ah, tidak. Tidak ada apapun. Aku hanya bahagia melihat Daffa sampai pada fase ini," tuturnya. Sebelum membuat William merasa aneh.Harusnya ia ikut berduka, karena mereka sama-sama pebisnis. K