Dengan kekuatan Xiao Tian saat ini, mengejar Han Jue bukan perkara yang sulit. Dalam hitungan menit, dia telah menyusulnya. WHOOSSHH!!! Kepalan tangan yang terbentuk dari energi spiritual melesat dari arah belakang, menghantam seperti palu perang. Xiao Tian mengayunkannya tanpa keraguan, seperti menebas udara dengan kekuatan mutlak. Serangan itu datang begitu cepat, menyapu jarak tanpa memberi ruang untuk kabur. Han Jue, yang menyadari bahaya di belakangnya, membalikkan tubuh dengan refleks tajam. Tubuhnya berputar, dan tangannya ikut terangkat dalam gerakan memukul, mencoba menetralkan serangan yang datang. BAANG!!! Suara hantaman membelah udara. Ketika kedua pukulan bertemu, gelombang kejut menyebar seperti riak di danau yang tenang. Han Jue terdorong ke belakang, tubuhnya bergeser beberapa langkah di udara. Dia mendengus, nada suaranya dingin dan penuh amarah. “Bajingan, jangan pikir karena aku pergi aku takut padamu!” Nada itu bukan sekadar gertakan. Han Jue meningkatkan ke
Tatapan Xiao Tian mengunci ujung jari Han Jue, lalu naik ke matanya yang ketakutan. Ucapannya meluncur tajam dan mengancam, tidak meninggalkan ruang untuk disangkal. “Berhenti menunjukku, jika tanganmu yang tersisa tidak ingin terpisah dari tempatnya.” Kata-kata itu bukan ancaman kosong. Han Jue merasakannya langsung di tubuhnya. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya jika Xiao Tian menginginkannya mati detik itu juga. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Han Jue benar-benar merasakan ketakutan yang menembus inti jiwanya. Bukan karena luka fisik yang ia derita, tapi karena dia tahu, semua ini tidak akan berhenti begitu saja. Dia tahu siapa yang berdiri di hadapannya, dan dia sadar tidak ada cara untuk melarikan diri. “Tolong, tolong jangan bunuh aku. Aku tahu aku salah. Aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi. Aku bersumpah.” Tapi sebelum permohonannya selesai, kaki Xiao Tian menghantam perutnya dengan kekuatan penuh. BAANG! Tubuh Han Jue tertekuk, suara tulangnya seperti ret
“Bairu, kamu bisa melampiaskan kemarahanmu padanya. Tapi ingat, kamu harus menjaga nyawanya. Dia masih berguna untuk kita.” Bairu mendongak, menatap wajah Xiao Tian yang tetap tenang. Tidak ada keraguan di mata pemuda itu. Perintahnya jelas, dan Bairu tidak menanyakan maksudnya. Dia tahu, jika Xiao Tian berkata demikian, maka Han Jue memang belum boleh mati. Bairu bangkit perlahan. Matanya menatap Han Jue yang terbaring lemah. Nafasnya cepat, tidak karena takut, tapi karena tekanan yang selama ini tertahan kini mulai naik ke permukaan. Tangannya mengepal. Tidak ada rasa kasihan, tidak ada ragu. Yang tersisa hanya satu hal—pembalasan. Han Jue menggeram ketika menyadari Bairu mendekat. Meskipun tubuhnya lemah, suaranya tetap penuh kemarahan dan kebencian. “Bajingan, jika kamu berani menyentuhku, aku pastikan kedua tanganmu akan menghilang untuk selamanya!” Amarah itu ia sematkan sekuat tenaga, berharap bisa mengintimidasi seperti biasanya. Tapi kalimat itu tidak membuat Bairu mundu
Pandangan Niu Gan dan Jilang perlahan mengarah ke tempat yang ditunjuk oleh jari telunjuk Xiao Tian. Mereka membeku. Di sana, tidak jauh dari tempat mereka terbaring, berdirilah Bairu. Tubuhnya bergerak cepat, tangannya menampar, menendang, menekan, mencengkeram. Di bawahnya, tubuh Han Jue tergeletak dalam posisi tak berdaya, menerima setiap hantaman itu tanpa bisa melawan. Tatapan Bairu dipenuhi nafsu balas dendam yang tak terbendung, dan yang membuat mereka benar-benar tercengang, Han Jue tidak hanya tidak membalas—dia tidak bisa. “Kakak Tian…” Jilang membuka suara dengan pelan. “Lalu kemana kelompok Han Jue yang lainnya?” Xiao Tian menoleh sedikit, lalu tersenyum tipis. Senyuman yang tenang, namun membawa tekanan yang dalam. “Yang dua berhasil melarikan diri. Sedangkan sisanya, aku sudah membunuh mereka semua.” Jawaban itu membuat keduanya tercekat. Tanpa sadar, mereka menghirup napas dalam-dalam. Dada mereka naik turun karena rasa tak percaya. Bahkan ketika mereka dianiaya,
“Bajingan kecil, kamu berani melukai Tuan Muda Han Jue, dan membunuh anggota Klan Han? Aku pastikan kamu mati di tempat ini!” Beberapa Tetua dari Klan Han melesat dari barisan penonton. Tubuh mereka memancarkan tekanan yang kuat, dan setiap langkah yang mereka ambil mengguncang tanah di bawah mereka. Mereka datang dengan kekuatan penuh, aura mereka menciptakan tekanan masif yang membuat sebagian peserta langsung mundur dengan wajah pucat. Tidak ada satu pun yang berani ikut campur. Semua tahu, jika para Tetua dari Klan Han sudah bergerak, maka tidak akan ada kompromi. Yang ada hanya penghukuman mutlak, langsung dan mematikan. Namun, di hadapan tekanan sebesar itu, Xiao Tian tidak mundur. Ia tidak menunjukkan ketegangan, tidak juga persiapan bertarung. Ia hanya mendengus pelan, dingin, namun cukup jelas untuk terdengar oleh mereka yang melangkah mendekatinya. “Aku tidak tahu apakah aku akan mati di tempat ini atau tidak,” katanya perlahan. Lalu ia mengangkat tubuh Han Jue lebih t
Tetua dari Villa Hati Seribu Bintang itu menatap Tetua Klan Han dengan tatapan dingin menusuk. “Bajingan kecil, memangnya siapa kamu berani berbicara seperti itu dengan kepala kami?!” Suara Tetua Villa itu tajam, nada bicaranya dipenuhi kemarahan yang ditahan terlalu lama. Ia tidak memedulikan status atau dukungan apa pun yang dimiliki lawannya. Bagi dia, penghormatan terhadap kepala mereka tidak bisa diganggu. “Jangan pikir karena kamu mendapat dukungan dari Paviliun Gerbang Kematian, kamu bisa bertindak tak terkendali di sini. Hanya karena kekuatan kalian didukung, kalian merasa pantas bicara sesuka hati. Asal kamu tahu, bahkan para Tetua Paviliun Gerbang Kematian sekalipun akan menyapa kepala kami dengan sopan!” Kata-katanya seperti cambuk yang menyayat harga diri, tapi tidak ada yang bisa menyangkalnya. Karena semua orang di tempat itu tahu, Villa Hati Seribu Bintang bukan kekuatan kecil, dan Kepala Villa-nya bukan tokoh yang bisa ditantang sembarangan. Ketegangan di alun-alu
Wakil Kepala Klan Han langsung memberi isyarat, dan seluruh anggota Klan Han segera mengikutinya. Mereka meninggalkan wilayah Villa Hati Seribu Bintang dalam diam, namun semua orang bisa merasakan tekanan tersisa yang menggantung di udara. Beberapa saat setelah kepergian mereka, para Tetua yang sejak tadi menahan diri akhirnya berani membuka suara. “Wakil Kepala,” salah satu dari mereka bertanya dengan suara pelan, “apakah kita akan membiarkan bocah itu pergi begitu saja?” Langkah lelaki tua itu tidak berhenti. Ia tetap berjalan, namun suaranya terdengar dingin dan berat. “Berani menyinggung Klan Han, berarti kematian.” Ia mendengus pelan, tapi kalimatnya menusuk tajam. “Mana mungkin aku melepaskannya? Sekarang kita kembali. Villa Hati Seribu Bintang bukan kekuatan yang bisa kita singgung. Tapi ketika anak itu keluar dari Villa Hati Seribu Bintang, nyawanya akan menjadi milik kita.” *** Kepala Villa Hati Seribu Bintang menatap seluruh peserta yang masih berdiri di alun-alun. T
“Kepala Villa?” Beberapa Tetua Villa Hati Seribu Bintang menatap ke arahnya dengan raut bingung dan tidak percaya, menunggu konfirmasi langsung dari orang yang paling dihormati di tempat itu. Kepala Villa menatap tumpukan manik-manik bintang yang kini membentuk bukit megah, lalu menoleh perlahan kepada para Tetua. “Tidak ada kesalahan,” jawabnya, suaranya perlahan namun tegas, seolah setiap katanya menembus dada. “Ini adalah manik-manik bintang tingkat tinggi, dan jumlahnya, ada lebih dari lima miliar.” Sekejap setelah ucapan itu terdengar, udara di sekitar alun-alun terasa seperti kehilangan tekanan. Semua orang membeku di tempat, bahkan para peserta yang sebelumnya merasa puas dengan hasil mereka sendiri kini seperti terhempas ke dasar kenyataan. Bisikan mulai muncul dari berbagai sisi, dan tidak sedikit yang menelan ludah, menyadari betapa jauhnya perbedaan antara mereka dan pemuda bernama Xiao Tian. Namun, di tengah semua keterkejutan itu, ada satu orang yang tampak seperti t
Para Tetua di ruangan itu tetap diam. Tidak ada satu pun yang berani berbicara. Mereka tahu, Patriark klan Xiao cabang telah memasuki mode siaga tinggi. Jika penyelidikan itu menunjukkan adanya kekuatan tersembunyi di luar dugaan mereka, maka situasi di Alam Langit Berbintang bisa berubah dalam sekejap. Setelah pria bertopeng itu pergi, Patriark Klan Xiao cabang tidak langsung tenang. Wajahnya masih dipenuhi tekanan batin yang belum surut. Ia mengangkat tangannya dan menunjuk beberapa Tetua lainnya di ruangan itu. “Kalian pergi dan bawa anak yang bernama Xiao Tian. Tapi ingat, kalian jangan melakukan kekerasan. Biarkan aku yang menginterogasinya secara langsung!” “Baik, Patriark!” jawab para Tetua serempak sebelum membungkuk dan segera meninggalkan ruangan. Begitu ruangan kembali sepi, Patriark Klan Xiao cabang menatap tajam ke arah Xiao Kun yang masih berlutut. Tatapannya dingin, tidak lagi menyimpan toleransi. “Kau juga pergi,” ucapnya pendek. Xiao Kun menunduk dalam, lalu ber
Xiao Tian bertemu kembali dengan Niu Gan, Jilang, dan Bairu. Pertemuan itu terjadi sesaat setelah mereka berbicara dengan Pemilik Villa Hati Seribu Bintang. Ketika percakapan mereka selesai, keempatnya bersiap untuk meninggalkan istana. “Kakak Tian, kemana kamu akan pergi?” tanya Niu Gan sambil berjalan di sisi Xiao Tian. Xiao Tian menggelengkan kepala pelan. “Aku belum tahu. Aku hanya mengikuti ke mana langkahku membawaku.” “Hmm, jika seperti itu...” Niu Gan tampak berpikir sejenak, lalu menatap Xiao Tian dengan harapan. “Bersediakah kakak Tian pergi bersama kami untuk menjenguk seseorang?” “Menjenguk siapa?” “Orang yang membesarkan kami,” jawab Jilang cepat. “Sekarang beliau sedang terluka. Kami keluar untuk mencarikan obat. Awalnya kami hanya mencoba peruntungan, berharap kakak Tian bisa mendapat hasil positif dalam kompetisi ini. Ternyata hasilnya di luar ekspektasi. Kami berhasil mendapatkan juara tiga.” Bairu melanjutkan dengan semangat yang tulus. “Dan ini semua berkat ka
Xiao Tian keluar dari ruangan kultivasinya. Langkahnya tenang, dan wajahnya tidak menunjukkan perubahan besar. Ia menahan aura peningkatannya. Meskipun ia kini berada di peringkat enam Alam Maha Agung, yang ia perlihatkan tetap peringkat tiga. Itu cukup untuk membuat Bai Ruochen tidak terlalu waspada. Begitu melihat Xiao Tian keluar dari ruangan, Bai Ruochen langsung melangkah cepat ke arahnya. Sorot matanya tajam, tidak ada basa-basi dalam ucapannya. “Sekarang, cepat serahkan Hati Nirwana!” Xiao Tian tidak terburu-buru menjawab. Ia melihat sekeliling sejenak sebelum membuka suara. “Aku masih di sini, kamu bersikap seolah-olah aku akan pergi saja. Dimana Ayahmu? Aku tidak melihatnya.” “Ayahku ada urusan. Dia harus memimpin perbaikan alun-alun akibat ulahmu. Sekarang jangan mengalihkan pembicaraan, cepat serahkan Hati Nirwana!” Xiao Tian mengeluarkan Hati Nirwana. Tapi saat Bai Ruochen hendak mengambilnya, ia menangkap tangan wanita itu. “Meneliti kematian!” Suara Bai Ruochen m
Setelah Xiao Tian menerima hadiahnya, Bai Ruochen melangkah maju dan mendekatinya. Tatapannya tajam, dan tanpa basa-basi, ia langsung menanyakan hal yang sejak awal telah menjadi tujuannya. “Sekarang katakan, apakah kamu berhasil mendapatkan Hati Nirwana?” Xiao Tian menoleh ringan ke arahnya. “Tentu saja aku berhasil, tapi aku akan memberikan Hati Nirwana setelah aku memulihkan diri. Putri Suci tidak perlu khawatir, aku berada di Istanamu, jadi aku tidak akan melarikan diri. Hanya, apakah aku bisa meminjam ruangan untuk pemulihan diri?” Ia berbicara langsung dan jelas, tidak menyembunyikan niatnya. Tidak ada basa-basi dalam ucapannya, dan itu cukup untuk membuat Bai Ruochen menyipitkan mata. “Mengapa kamu tidak menyerahkannya sekarang saja?” tanyanya datar. “Aku tidak ingin setelah memberikannya kamu langsung membunuhku. Jadi sebelum itu terjadi, aku juga harus memastikan keselamatanku.” Pemilik Villa Hati Seribu Bintang tidak ikut mencampuri urusan antara putrinya dan Xiao Tian
Setelah menyerahkan Xiao Wei, Xiao Tian tiba-tiba terhuyung-huyung. Tubuhnya terlihat melemah, dan tangan kanannya perlahan menekan dadanya. Wajahnya tampak menegang, sorot matanya menyiratkan rasa sakit yang dalam seolah ada luka yang tidak bisa ia tahan. “Teman muda, apa yang terjadi padamu?” Pemilik Villa Hati Seribu Bintang segera melangkah cepat dari sisi arena. Begitu melihat Xiao Tian mulai kehilangan keseimbangan, ia langsung menjangkau dan menopang tubuhnya agar tidak jatuh. “Senior, aku terkena serangan balasan karena mengaktifkan teknik rahasia,” ujar Xiao Tian pelan. Nada bicaranya terdengar lemah dan terbata, namun tetap stabil. “Hmmp.” Pemilik Villa mengerutkan alis, lalu dengan satu gerakan ringan ia memeriksa kondisi Xiao Tian melalui sentuhan di bahunya. Persepsinya menyapu tubuh pemuda itu dalam sekejap, dan yang ia temukan bukan tubuh yang terluka. Tubuh itu tidak mengalami kerusakan. Aliran kekuatan dasar tetap utuh, dan ritme hidup Xiao Tian sama sekali tidak
Namun di balik aura dan tekanan yang mengguncang langit dan bumi, Xiao Tian masih berdiri tenang. Di dalam hatinya, senyum pahit perlahan terbit. “Binatang tua, mengapa kamu membuat keributan seperti ini?” “Bocah, ini bukan lagi pertarungan antara kamu dan bocah Xiao Wei itu. Ini adalah pertarungan garis darah! Apakah kamu ingin garis darahmu diinjak-injak oleh garis darah rendah itu?!” Xiao Tian menarik napas panjang dalam hatinya. “Bukankah ini akan menimbulkan kegaduhan bagi orang-orang?” “Terlambat. Kamu sudah mendeklarasikan namamu Xiao Tian, dan menunjukkan sayap api petir. Itu saja sudah membuat kegaduhan. Jadi jika ingin membuat kegaduhan, jangan tanggung-tanggung.” “Hahaha, baiklah, lakukan apa yang ingin kamu lakukan sekarang! Tapi jangan terlalu besar, tubuhku belum bisa menampung kekuatanmu jika lebih dari tiga puluh persen.” “Kali ini pengecualian. Aku akan membuat tubuhmu mampu menanggung kekuatanku lebih dari empat puluh persen!” “Sial, jika kamu bisa melakukan
Kepala Villa tidak langsung menjawab. Matanya masih terpaku pada Xiao Tian yang terus melangkah ke langit, dan setiap langkahnya disertai dengan satu teratai api petir yang muncul di bawah telapak kakinya, membentuk tangga yang tidak berasal dari dunia ini. “Putriku, itu bukan langkah biasa. Lihat baik-baik. Setiap langkahnya membentuk teratai api petir yang menjadi pijakan. Itu… itu adalah keterampilan yang hanya dikuasai sempurna oleh satu orang dalam sejarah Klan Xiao—Yang Mulia Dewa Tertinggi, Xiao Jian.” Nada suaranya mengeras seiring kalimatnya berlanjut. “Di Klan Xiao inti, hanya ada empat atau lima orang yang mampu mempelajarinya. Tapi tidak satu pun dari mereka mampu menyempurnakan keterampilan itu. Menurut catatan resmi, ketika Yang Mulia Dewa Tertinggi Xiao Jian menggunakan keterampilan itu, ia pernah menghancurkan ribuan bintang dan membunuh miliaran kultivator yang tersebar di dalamnya. Dengan keterampilan itu, Xiao Jian diakui sebagai penguasa galaksi terkuat sepanjan
Klan cabang belaka, bertingkah sangat arogan,” ucap Xiao Tian, nadanya mengeras. “Sepertinya kamu hanya katak dalam sumur, tidak pernah melihat luasnya dunia ini. Sekarang, tunjukkan padaku keterampilan kebanggaanmu itu.” “Kamu akan melihatnya!” Xiao Wei membentuk segel tangan. Dalam sekejap, tubuhnya mulai bersinar terang. Bukan hanya cahaya biasa, melainkan kilauan yang menyelimuti seluruh pori-porinya. Dalam waktu singkat, langit di atas alun-alun menjadi gelap seperti ditelan malam. Petir multi warna mulai muncul dari segala penjuru, menyambar dan berkumpul di satu titik. Lautan api mengikuti, saling terjalin dan berputar di langit, membentuk pusaran kekuatan yang luar biasa besar. Tombak Xiao Wei yang semula berdiri tegak di depannya, mulai bergetar. Kemudian, tombak itu melesat sendiri ke atas langit, bergabung ke dalam pusaran petir dan api di atas sana. Seluruh kekuatan itu berkumpul di satu titik pusat, seperti menyusun sesuatu yang belum sepenuhnya terwujud, namun sudah c
Untungnya, formasi pelindung yang diciptakan Kepala Villa Hati Seribu Bintang masih bertahan dengan tenang. Meskipun energi ledakan itu cukup untuk meruntuhkan gunung kecil dalam sekejap, formasi tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda retak. Jika bukan karena perlindungan ini, banyak penonton dengan kultivasi rendah pasti sudah hancur oleh getaran energi yang tidak bisa diredam. Namun, perhatian sebagian besar orang tidak hanya tertuju pada kekuatan dua pemuda yang bertarung di tengah formasi. Yang paling menakjubkan justru terletak pada lantai alun-alun itu sendiri. Meskipun dihantam gelombang serangan dari dua kultivator yang sudah melampaui batas kekuatan biasa, lantai alun-alun tetap utuh. Tidak ada retakan, tidak ada debu yang terangkat. Semuanya tetap bersih dan tenang. Ini bukan karena kebetulan. Ini membuktikan satu hal—bahwa kekuatan Villa Hati Seribu Bintang jauh melampaui dugaan. Struktur dan material alun-alun ini bukanlah sesuatu yang bisa dihancurkan hanya dengan kekua