Melihat Daniel mampu mengimbangi ketiga lawannya, pemuda berkulit hitam merasa tak bisa hanya berdiri menonton. "Serang bersama-sama! Dia hanya peringkat pertama. Tak peduli seberapa kuat keterampilan bertarungnya, dia akan kelelahan seiring berjalannya waktu." Pemuda berkulit hitam itu mengeluarkan sepasang sarung tangan besi, senjata pilihannya yang berbeda dari pendekar lain yang biasanya menggunakan pedang. Tssut— Tiga pendekar lainnya segera bergabung dengan rekan-rekannya yang sudah menyerang lebih dulu. Daniel kini menghadapi serangan dari dua pedang yang datang dari arah depan, sementara dua pedang lainnya datang dari sisi kanan dan kiri. Dengan kecepatan luar biasa, Daniel memainkan pedangnya, gerakannya begitu anggun saat menangkis serangan pedang yang datang bertubi-tubi. Namun, jumlah lawan yang banyak akhirnya memberinya kesulitan. Dari belakang, pemuda berkulit hitam menyerang dengan kecepatan kilat. BANG! Pukulan keras mengenai punggung Daniel, membuatnya se
Setelah memastikan Daniel kembali dengan selamat, Xiao Tian segera berangkat lagi. Di tangannya, terdapat sejumlah besar koin emas yang ia peroleh dari pemuda berkulit hitam tadi. "Dengan uang sebanyak ini," pikirnya, "seharusnya tidak sulit bagiku untuk mendapatkan pedang yang berkualitas."Tujuannya kali ini adalah Asosiasi Naga Phoenix, yang berada di pusat Kekaisaran. Dikenal sebagai tempat yang menyediakan segala kebutuhan para pendekar, Xiao Tian yakin dia bisa menemukan pedang yang sesuai dengan kebutuhannya di sana. Dengan langkah mantap, dia mulai mencari jalan menuju asosiasi tersebut.Sementara itu, Ling Faizhe telah tiba di kediamannya. Begitu ia melewati pintu masuk, rasa mual yang luar biasa menyerangnya. Baru kali ini dia menyaksikan adegan pembunuhan yang begitu brutal dan tanpa belas kasihan. Di hadapan Xiao Tian dan Daniel, Ling Faizhe berusaha keras mempertahankan ketenangannya, mencoba tidak memperlihatkan bahwa dia adalah seseorang yang baru saja terjun ke dunia p
Para tetua langsung menyerahkan data murid-murid yang akan mengikuti kompetisi setelah She Xongjan menerima daftar lengkap semua peserta. Dengan suara lantang, She Xongjan mempersilakan para peserta untuk memasuki Arena Beladiri."Kalian berkumpullah terlebih dahulu," perintah She Xongjan, suaranya bergema kuat hingga terdengar oleh semua orang di tribun penonton.Xiao Tian dan Daniel langsung memasuki Arena Beladiri untuk berkumpul, dengan Daniel terus memperhatikan calon lawan-lawannya. Hanya Xiao Tian yang tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh keramaian di sekitarnya.Ketika semua peserta telah berada di arena, tetua dari Lembah Yunlang, Sekte Qiantu, dan Sekte Lotus Hitam mulai terlihat gelisah. “Di mana Hujian? Acara sudah dimulai, tapi dia belum juga muncul,” gumam mereka dengan nada cemas. Mereka tampak panik karena murid paling berbakat dari sekte mereka tidak kunjung hadir.Di sisi lain, Shunyuan terus mengawasi Xiao Tian dan Daniel dengan tatapan tajam. Dalam hati, dia men
She Xongjan mengumumkan pertarungan berikutnya. “Berikutnya, nomor 14,” katanya dengan suara menggelegar. Xiao Tian duduk dengan tenang, matanya terus mengamati pertandingan yang berlangsung di depannya. Namun, ekspresinya mencerminkan kebosanan. Pertarungan demi pertarungan berlalu tanpa ada yang menarik perhatiannya.Sampai akhirnya, suara She Xongjan kembali terdengar di udara. “Nomor 13, kalian segera memasuki Arena Beladiri!” Whoos—Whoos—Dua sosok langsung melesat ke tengah arena. She Xongjan melanjutkan, “Ling Faizhe dari Kerajaan Ling melawan Shaiming dari Lembah Tanpa Batas.” Tanpa menunggu lama, Shaiming menarik senjatanya—tombak perak yang bersinar tajam di bawah matahari. Buzz—Seketika, ranah Shaiming terlihat jelas. Dia, seperti Ling Faizhe, adalah pendekar raja bumi peringkat 3. Ling Faizhe hanya mendengus dingin saat merasakan aura lawannya. “Jika kamu merasa mampu, majulah! Tidak perlu memamerkan kekuatanmu di depanku,” katanya dengan nada mengejek.Shaiming terse
Peizhi mengangkat pedangnya dan berteriak, "TARIAN 100 PEDANG!"Energi pedang yang sangat kuat melonjak seperti pusaran air, memasuki tubuh Peizhi. Xiao Tian segera mengenali teknik ini; itu adalah teknik yang pernah diperlihatkan oleh Xing Han ketika melawannya di Sekte Pedang Tertinggi.Xiao Tian harus mengakui bahwa teknik Peizhi kali ini jauh lebih kuat dibandingkan teknik yang pernah diperlihatkan Xing Han. Namun, berkat pengalaman sebelumnya, Xiao Tian sudah mempelajari teknik ini dengan baik dan mengetahui mengetahui letak kekurangannya.Peizhi menatap Xiao Tian dengan tajam. "Tian, mengapa kamu belum mencabut pedangmu? Apakah kedua pedang yang ada di punggungmu hanya sebagai hiasan?"Xiao Tian tersenyum kecil. "Untuk menghadapimu, aku tidak membutuhkan pedang. Dengan tangan kosong saja sudah lebih dari cukup!"Peizhi merasa mendidih, urat di dahinya menonjol tanda kemarahan yang tak terbendung. "Sombong! Kalau begitu, jangan salahkan aku jika aku menjadi kejam!" teriaknya pada
Xiao Tian telah membuktikan kemampuannya di luar dugaan semua orang. Sekarang, tatapan kagum mengarah padanya, terutama dari para wanita di Sekte Awan Berkabut.Shouxue, Yi Min, dan Ershita'er—yang biasanya memiliki ekspresi sedingin es—menatap Xiao Tian dari kejauhan.Shouxue berbisik kepada Ershita'er, "Adik, kamu terus menatapnya. Jangan-jangan kamu tertarik padanya?""Kakak, jangan bercanda. Meskipun dia kuat, dia masih anak-anak yang baru berusia 10 tahun. Lagipula, aku tidak tertarik memikirkan pria di usiaku saat ini. Aku harus fokus untuk menjadi lebih kuat, agar bisa menjadikan Sekte kita semakin disegani, tidak hanya di Dinasti She, tetapi di seluruh Benua!" Ershita'er berkata sambil memalingkan wajahnya, dia tidak lagi menatap Xiao Tian dari kejauhan.Yi Min, yang berdiri di tengah-tengah mereka, hanya menggelengkan kepala melihat sikap Shouxue. Namun, ia menambahkan, "Kakak, Shouxue, aku merasa kemampuan anak bernama Tian itu tidak bisa dianggap remeh. Selama pertarungan t
Setelah Xing Han menyatakan menyerah dan She Xongjan mengumumkan pemenangnya, Daniel membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan meninggalkan Arena Beladiri.Namun, sebelum benar-benar pergi, Daniel berhenti sejenak dan berkata dengan dingin, “Xing Han, kamu harus bersyukur karena hanya kehilangan satu tangan. Jika aku tidak berbelas kasih, nyawamu bisa berakhir di sini. Jadi ingat, kamu harus berterima kasih karena masih hidup. Tapi aku peringatkan, jika kamu tidak puas dengan hasil ini, kamu bisa menantangku kapan saja. Aku akan menemanimu bertarung sampai nafas terakhirmu!"Tanpa menunggu tanggapan dari Xing Han, Daniel melompat dan kembali ke tempat duduknya di samping Xiao Tian. Pandangan semua orang di Tribun Penonton kini tertuju pada kedua murid dari Sekte Pedang Tertinggi. Tak ada yang menyangka bahwa sebuah Sekte kelas tiga mampu memenangkan pertarungan dengan begitu mengesankan. Yang paling memalukan dalam kompetisi kali ini adalah Lembah Tanpa Batas, karena mereka harus kehila
"Sial, senjata pusaka orang ini cukup tangguh," pikir Xiao Tian sambil terus bertarung dengan penuh konsentrasi. "Dia mendapatkan kekuatan tambahan dari senjatanya. Aku tidak bisa terus begini. Jika ini dibiarkan berlanjut, hanya masalah waktu sebelum aku kalah!"Menimbang situasinya, Xiao Tian menyadari bahwa dia tidak punya pilihan lain. Dengan tekad bulat, dia mencabut pedang karat misteriusnya. Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Berbeda dari sebelumnya, pedang karat itu tidak lagi memberikan sensasi dingin yang biasa ia rasakan. Sebaliknya, pedang itu kini memancarkan energi yang melimpah ke dalam tubuhnya, meningkatkan kemampuan bertarung Xiao Tian hingga level yang menantang logika.Saat pria bertopeng itu mengayunkan tombak trisulanya dengan kekuatan penuh, Xiao Tian melompat tinggi, menggunakan tombak tersebut sebagai pijakan untuk melompat lebih tinggi lagi. Dalam sekejap, dia melancarkan serangan pamungkasnya."TARIAN 100 PEDANG!" Tubuh Xiao Tian tiba-tiba terpecah menjadi se
Xiao Rui mengerutkan kening. Matanya menyipit, dan pandangannya menjadi jauh lebih tajam. “Garis darah Klan Xiao, tapi bukan dari Klan cabang. Lalu dari mana asalnya? Berani sekali menggunakan nama Klan Xiao.” “Tuan muda, benar. Tapi kebanyakan dari kami menyangka dia berasal dari Klan Inti. Sekarang aku akan menunjukkan potretnya. Apakah Tuan muda mengenalnya?” Tetua dari Klan Xiao cabang melangkah maju. Di tangannya tergenggam sebuah gulungan kuno berlapis pelindung energi. Dengan gerakan halus namun terlatih, ia membuka gulungan itu, menampilkan potret seseorang yang tak asing lagi bagi para pembaca, namun asing total bagi para tokoh yang berdiri di hadapan gambar tersebut. Sosok dalam gambar itu adalah Xiao Tian. Tatapan tajam, rahang tegas, dan aura tenang namun mengancam terpancar dari lukisan tersebut. Begitu gambar itu terlihat jelas, Xiao Rui, Xiao Zimo, dan Xiao Yue mengerutkan kening bersamaan. Bahkan Xiao Fa yang jarang menunjukkan perubahan ekspresi ikut memperlihatk
Melihat seluruh hadirin berlutut seolah dunia ini telah tunduk kepada mereka, dua pemuda dari Klan Xiao inti hanya tersenyum dingin. Tidak ada rasa bangga yang terpancar dari mata mereka, seolah penghormatan dari puluhan juta makhluk itu tidak lebih dari angin lalu. Namun, satu di antara mereka masih membuka suara dengan nada netral namun penuh tekanan. “Bangun.” Hanya satu kata. Satu kalimat pendek tanpa penekanan emosi, namun suara itu menggema tajam di setiap telinga yang mendengarnya. Tanpa satu pun berani menunda, seluruh yang berlutut segera berdiri. “Terima kasih, Tuan.” Pemuda itu hanya mengangguk ringan, seperti sudah terbiasa dengan pemujaan semacam ini. Tatapannya kemudian beralih ke pria paruh baya yang berdiri dengan tenang di belakang mereka. “Tetua Xiao Fa, apakah kamu bisa tahu hal apa yang ada di balik cahaya itu?” Pria itu melangkah setengah maju. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi gugup, meskipun kini sedang menjawab langsung pertanyaan dari generasi muda Kl
“Binatang tua, pertarungan tidak harus menggunakan kekuatan terus menerus. Tetapi membutuhkan kecerdasan juga. Kesempatan ini sangat berguna untuk melatih kecerdasanku, apakah aku bisa keluar hidup-hidup dalam kondisi saat semua orang memburuku atau tidak. Jika aku tertangkap dan mati, itu hanya bisa dikatakan otakku tak berfungsi.” Leihuo Dashi tertawa keras dalam pikirannya. “Hahaha, bagus. Jika kultivator takut mati, diam saja di rumah menjadi manusia biasa. Kalau ingin bertambah kuat, berarti harus berani menantang kematian!” Ketika semua orang menatap pilar cahaya yang masih memancar ke langit, keheningan seketika terpecah oleh getaran aneh yang berasal dari atas. Langit, yang semula hanya menjadi latar bagi cahaya, tiba-tiba bergemuruh hebat. Awan-awan terbelah, angin menjerit seperti menyambut kehadiran sesuatu yang tak biasa. Lalu, tanpa aba-aba, sebuah celah dimensi robek dengan paksa di angkasa. Retakan itu seolah membuka pintu menuju dunia lain. Dari balik retakan ters
“Niu Gan, Jilang, Bairu. Walaupun aku pergi, kita pasti akan bertemu lagi,” ucap Xiao Tian, suaranya tenang namun mengandung keyakinan yang dalam. Ketiga sosok di hadapannya menatap dalam diam sejenak. Mata mereka menyimpan kesedihan, tetapi tidak satu pun yang memohon Xiao Tian untuk tetap tinggal. Mereka tahu, jalan yang dipilih oleh Kakak Tian bukanlah jalan biasa. “Baiklah Kakak, hati-hati. Aku harap Kakak Tian mendapatkan keberuntungan di Alam Guijian. Walaupun anggota klan Xiao inti kemungkinan datang, Kakak tidak boleh kalah oleh mereka,” ujar Niu Gan akhirnya. Suaranya serak tertahan, namun penuh semangat. Xiao Tian menanggapi dengan senyum tipis yang hanya muncul di saat-saat seperti ini—bukan sekadar senyum, melainkan ketegasan yang telah melalui ribuan pertarungan. “Tentu saja.” Tanpa kata tambahan, dia melangkah mengikuti Jue Giang yang telah bergerak menuju sisi utara halaman tempat formasi kuno disembunyikan. Pepohonan rimbun menggantungkan dedaunan panjang ke tanah
"Anak muda, aku tidak menyangka kamu bisa mengetahui kondisiku tanpa memeriksaku secara langsung," ucapnya pelan namun penuh wibawa. Xiao Tian tidak menjawab, hanya tersenyum kecil. Sejak masuk rumah ini, ia telah mengaktifkan mata langitnya dan memeriksa keadaan lelaki itu secara mendalam, tanpa menyentuh satu pun bagian tubuhnya. "Senior belum menjawab pertanyaanku," ujar Xiao Tian, nadanya datar tapi penuh penekanan. Pria itu menghela napas panjang, kemudian memutar tubuhnya perlahan agar lebih tegak. Ia menatap langit-langit rumah yang mulai menghitam karena waktu senja. "Aku hanya ingin membuat Niu Gan dan yang lainnya merasakan dunia luar. Mereka terlalu lama tinggal di tempat ini, terlalu nyaman dan terlalu tertutup. Tapi aku memang benar-benar menyuruh mereka mencarikan obat. Bukan karena aku sakit parah, tapi karena aku tahu... tanpa perbaikan pada jiwaku, aku akan selamanya terjebak sebagai Setengah Dewa peringkat satu." Xiao Tian mendekat satu langkah. Tatapannya tidak
Xiao Tian, Niu Gan, Jilang dan Bairu tiba di kota Lizuang. Begitu mereka mendarat di dataran rendah, langkah Xiao Tian terhenti sejenak. Pandangannya menyapu jalan berbatu dan bangunan-bangunan tua yang berdiri dalam kesunyian yang menekan. Alisnya mengerut. Bahkan tanpa menajamkan persepsi, ia bisa merasakan betapa tipisnya energi spiritual di wilayah ini. Kering dan mati, seperti tanah yang sudah lama tidak tersentuh kehidupan. “Alam seperti ini masih ada di Langit Berbintang?” bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri. Udara yang ia hirup seakan tak memiliki daya, hanya beban kosong yang membungkam kekuatan batin. Dalam diam, kenangan tentang kampung halamannya perlahan menyeruak. “Alam ini hampir sama dengan Alam Tianwu, bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Alam Qinwu.” Suara gumamannya terdengar oleh Niu Gan. Anak muda itu menoleh dengan cepat. “Kakak Tian, kenapa?” tanyanya, suara pelan namun penuh perhatian. “Tempat ini sangat tipis dari energi spiritual. Apakah kalian tum
Mereka berjalan menyusuri jalan utama kota. Aktivitas sudah mulai ramai. Para kultivator dengan berbagai pakaian dan lambang sekte berlalu-lalang. Xiao Tian memilih restoran yang menempati tiga lantai dan terletak di perempatan jalan yang paling sibuk. Begitu mereka masuk, aroma makanan langsung menyambut. Ruangan penuh dengan suara tawa dan obrolan para pelanggan yang sebagian besar memiliki ranah tinggi. Xiao Tian bahkan melihat tiga orang Setengah Dewa sedang berbicara di lantai dua. Mereka duduk di lantai pertama, di meja dekat jendela. Pelayan datang dengan senyum sopan, tidak menunjukkan sedikit pun kecurigaan. “Apa yang bisa saya sajikan, tamu sekalian?” “Apa pun yang spesial di tempat ini,” jawab Xiao Tian tanpa menoleh. Pelayan mencatat, lalu berlalu. Beberapa menit berlalu. Xiao Tian terus memerhatikan sekitar. “Kakak Tian, mereka tidak memperhatikan kita sama sekali,” ujar Jilang sambil menyesap tehnya. “Itu artinya berhasil,” sahut Niu Gan. “Tapi aku tetap merasa de
“Dengan begini, aku tidak kesulitan membuat pil yang bisa membuat persepsi Setengah Dewa tak berfungsi.” Tanpa menunda, ia segera mengeluarkan tungku Naga Azure. Tungku itu berdiri kokoh di hadapannya, dan begitu dibakar, nyala apinya menyala dengan warna tenang namun menyimpan kekuatan yang mengintimidasi. Xiao Tian langsung mengontrol apinya dengan sangat presisi. Ia tidak ingin terjadi gangguan sekecil apa pun. Untungnya, seluruh ruangan sudah diperkuat dengan formasi isolasi, jadi tidak ada suhu maupun aroma obat yang bocor keluar. Tungku mulai memanas secara bertahap. Xiao Tian membuka tutupnya dan memasukkan berbagai jenis tanaman obat. Semua telah ia siapkan dengan perhitungan yang sangat ketat. Tidak ada tanaman yang digunakan secara sembarangan, karena setiap komposisi harus selaras dengan kekuatan jiwa dan struktur energi yang ingin ia bentuk dalam pil. Begitu semua tanaman masuk, energi jiwanya menyembur keluar. Ia mulai mengatur suhu tungku, membentuk sirkulasi panas ya
“Kamu tunggu sebentar,” ucap Xiao Tian kepada Kaisar Obat Suci. “Aku akan mencarikan jumlah yang lebih banyak.” Ia menarik kesadarannya keluar dari dunia itu dan segera menghubungi Niu Gan, Jilang, dan Bairu. Cincin dewa milik anggota klan Han sebelumnya telah ia bagikan kepada mereka. Xiao Tian tahu, kemungkinan besar masih ada sisa sumber daya di dalamnya. Beruntung, ketiganya merespons dengan cepat. Mereka memeriksa isi cincin masing-masing dan menemukan bahwa masih terdapat cukup banyak batu immortal, serta sembilan Vena batu ilahi. Sumber daya itu adalah hadiah dari Villa Hati Seribu Bintang setelah mereka memenangkan posisi ketiga dalam kompetisi pemburuan manik-manik bintang. “Maafkan aku,” ucap Xiao Tian. “Aku akan meminjam ini dulu dari kalian. Di lain waktu, aku pasti akan menggantinya.” Namun balasan dari mereka membuat Xiao Tian sedikit terdiam. “Kakak, kamu sudah banyak membantu kami. Tanpa kakak, mana mungkin kami bisa mendapatkan juara tiga secara bersamaan. Jadi