Bayu semakin perhatian pada Mawar. Selain merasa bersalah karena telah kalau dalam kehamilannya, Bayu juga merasa dirinya tidak becus menjadi suami yang siaga.
Asti merasa geram melihat Mawar yang menunjukan semakin manja pada suaminya. Harusnya ia bisa langsung membongkar kebohongan Mawar, tetapi sengaja ingin melihat sampai mana kebohongan itu.
Harusnya Mawar tidak ada di keluarganya dan tidak menjadi duri dalam rumah tangganya jika ia tahu suaminya tidak memberikannya keturunan.
Tiga hari sudah Mawar di rumah sakit. Kini, ia bersiap pulang ke rumah. Bersama Rahayu, Mawar di titah dengan baik. Sementara, Bayu sigap jika Mawar membutuhkan sesuatu.
Sementara, di rumah Asti menunggu madunya dengan kesal. Malam ini ia harus membongkar kedok wanita kedua suaminya. Dengan berbekal sebuah kertas hasil pemeriksaan, ia berjanji akan membuat Mawar ke luar rumah itu dengan cepat.
"Teh, tuh yang ditunggu sudah datang," goda Ayumi.
"Tau, ah. Kesel Tete
Rahayu menghampiri Mawar di kamarnya. Ia bingung harus berbuat apa karena semuanya serba salah. Wanita tua itu tidak ingin membahayakan dirinya sendiri. Namun, ia juga tidak mungkin membiarkan Mawar untuk tetap tinggal di sini.Mawar masih saja menangis sesegukkan. Ia tidak menyangka dirinya akan secepat itu ke luar dari rumah besar itu. Dirinya pun tidak menyangka jika Bayu ternyata mandul."Kamu mau ke mana Mawar?" tanya Rahayu."Apa urusan Mami? Mami nggak peduli bukan sama Mawar, tadi saja tidak sama sekali Mami membela Mawar. Padahal, Mami yang membawa Mawar ke keluarga ini." Mawar menatap jengkel sang ibu.Rahayu bergeming. Ia merasa bersalah dengan Mawar karena tidak bisa membela sang anak. Seperti pepatah, maju mundur salah."Mawar, Mami bukannya nggak mau membela kamu." Rahayu mencoba membela diri, tapi tetap saja Mawar begitu kecewa dengan keadaan."Aku tahu, Mami ingin menyelamatkan diri sendiri, kan? Aku tahu, Mami takut rahasia
Rahayu gelisah saat Mawar tidak bisa dihubungi. Wanita tua itu sangat sulit memejamkan mata karena belum mendapat kabar dari sang anak.Menelepon mantan ibu mertuanya pun ia enggan karena jika Mawar berada di sana, pastilah dia akan tersalahkan. Rahayu yang mengajak Mawar bersamanya, tetapi malah pulang sendiri ke rumah sang nenek.Suami Rahayu terbangun saat mendapatkan Rahayu tengah duduk di ranjang menatap ponsel miliknya."Ada apa?" tanyanya."Nggak, Pa. Hanya aku dapat pesan dari Neneknya Mawar kalau dia bertanya ada apa dengan Mawar." Rahayu mencoba mencari alasan."Sudahlah, Mi. Papa sudah malas membahas tentang Mawar, intinya jangan sampai orang itu datang lagi. Papa nggak suka, ya, Mi."Rahayu terkesiap mendengar ucapan sang suami. Begitu bencinya ia dengan Mawar, sampai membahasnya saja enggan. Bagaimana jika dia tahu Mawar adalah anaknya dari suami sebelumnya.Tidak mau menambah suaminya curiga, ia kembali membaringkan tubu
"Pa, masa Papa nggak bisa lihat dari gerak-gerik Mami?""Gerak gerik apa, sih?""Mami itu kalau sama Mawar baik banget, coba Papa perhatikan kalau Mami selalu membela dia.""Ya, karena dia, kan memang jadi istri kedua Bayu, dan Mami yang ingin Bayu memiliki keturunan dari Bayu."Ayumi bingung menjelaskan pada sang ayah. Sudah mencoba pelan-pelan, tapi pria beruban itu sama sekali tidak mengerti maksudnya.Gadis tomboy itu mengusap wajah kasar. Lalu, ia kembali berpikir bagaimana caranya untuk menjelaskan kalau sang ibu memiliki sebuah rahasia yang tidak diketahuinya."Gini, deh. Ada hubungan sesuatu antara Mami dan Mawar. Papa sampai sini ngerti nggak?"Pria tua itu menggeleng. Lagi, Ayumi gemas dengan sang ayah. Harus bagaimana lagi menjelaskannya."Pa, saat Papa nikah sama Mami, dari pernikahan sebelumnya, apa Mami mempunyai anak?""Kok kamu nanyanya begitu?""Udah, Pa. Jawab aja," ujar Ayumi kesal."Ngga
Tubuh Ayumi serasa lemas melihat drama Rahayu dan Mawar. Ternyata, sikap baik sang ibu tak lain bukan karena ia menantu kesayangan. Namun, karena ia adalah anak kandung Rahayu.Gadis tomboy itu beringsut mundur, melangkah perlahan menuju motornya. Ayumi terduduk sebentar menahan pedih di hati. Kali ini, ia bisa menitikan air mata. Bukan karena sedih, tetapi kecewa terhadap sang ibu.Wanita yang melahirkannya telah berdusta pada sang ayah. Selama bertahun-tahun menutupi kenyataan yang ada. Untuk apa menyembunyikan jika dirinya janda tanpa anak? Apa Papanya tidak suka dengan Janda beranak?Pertanyaaan itu yang kini berputar di otak Ayumi. Hal pertama yang ingin ia tanyakan adalah tentang masa lalu Rahayu.Ayumi menyalakan motornya, perlahan ia mulai melaju membelah jalan. Pikirannya masih kacau, ia sengaja mengendarai dengan pelan. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya.Itu kenyataan, kah? Kenapa aku bisa satu darah dengan wa
"Asti, jawab?""Aa Bayu menceraikan wanita itu karena telah berbohong tentang kehamilannya. Ternyata yang dikandungnya bukan anak Aa Bayu," jelas Asti.Bayu menutup wajah dengan telapak tangan. Dia merasa malu saat disidang oleh ibu mertuanya. Terlebih jika mengingat tentang hal memuakkan tentang Mawar. Malam pertama tanpa mahkota, dan kehamilan buah anak orang lain.Ibu Asti menatap nyalang pada Bayu. Tidak menyangka menantu yang dibanggakan akan mengecewakan dirinya."Tahu dari mana kalau itu bukan anak Bayu? Jangan jadi pria pecundang, setelah menggunakan malah tidak mengakui anaknya. Heran ibu dengan pikiran kalian? Apabyang membuat kalian bicara itu bukan anaknya?"Ragu Asti untuk menjawab karena pasti akan membuat masalah baru untuk rumah tangganya. Fajar terus mengelus pundak sang ibu yang sudah mulai berguncang.Bayu terus memperhatikan Asti, yang terus saja menatapnya penuh iba. Rahayu dan sang suami saling pandang dengan cemas. Sem
Kepergian Asti membuat Bayu frustrasi, ia memukul beberapa kali tembok. Mengacak-acak rambut karena kesal tidak bisa mempertahankan wanita yang dicintainya.Rahayu mendekati sang anak, mencoba menenangkan agar tidak terlalu lama bersedih. Dia merasa tidak perlu menangisi seorang Asti."Bay, tenang. Kamu tidak perlu menyesali, sudahlah, kalau Asti pergi, kamu bisa kembali rujuk sama Mawar," ucap Rahayu dengan percaya diri.Rahayu berharap Bayu mau kembali pada Mawar, seperti yang pernah dia lakukan pada Asti. Namun, Rahayu tidak sadar jika talak yang dijatuhkan Bayu adalah talak tiga.Sementara, Ayumi mendengar ucapan Rahayu semakin geram mengingat kejadian tadi saat ia tahu Ayumi adalah anak Rahayu. Ia tidak sabar untuk membongkar semua, walaupun Rahayu adalah ibu kandungnya."Mi, semua salah Mami.""Kok, salah Mami?""Iya, kalau Mami tidak membujuk Bayu untuk menikah lagi dan memiliki anak dari wanita lain, semua ini tidak akan perna
Asti termenung memikirkan sang suami. Ia terpaksa mengikuti permintaan sang ibu untuk pulang ke kampung. Hati nuraninya tidak bisa memungkiri kalau dirinya kini terus memikirkan Bayu.Baru saja merasa bahagia dengan kepergian Mawar, tetapi malah sang ibu datang dengan kemarahannya yang membuat Asti meninggalkan rumah Bayu.Entah bagaimana pernikahannya dengan Bayu, apa akan tetap berjalan, atau harus terpisah oleh gugatan perceraian.Tubuh Asti terasa lemas, untuk melakukan aktivitas pun rasanya berat. Pikirannya tidak karuan, bahkan saat sang ibu memanggilnya, dia hanya diam dan terbengong."Ti, Ibu bicara, kok kamu diam saja?" tanya Ibu."Eh, iya, Bu. Ada apa?""Kamu masih mikirin suamimu itu?""Bu, bagaimanapun, Aa Bayu masih suami Asti," ujarnya membela diri."Kamu kok bodoh banget, keluarga itu nggak baik buat kamu. Lagi pula, kok ada model kaya kamu, mau di madu. Nggak geli apa?"Asti menghembuskan napas, dia tahu
"Papa sakit, Aa belum bisa ke sana dulu, ya. Kamu yang sabar, ya, sayang.""Astagfirullah, sakit apa, Aa? Iya Asti sabar menunggu Aa datang."" Serangan jantung ringan, kok. Hanya butuh perawatan, nanti juga Papa, sehat lagi.""Iya, sudah, Aa. Salam buat Papa. Jangan lupa makan.""Iya, Asti."Setelah menutup telepon dari Bayu, Asti memberitahukan pada sang ibu kalau besannya sedang sakit di rumah sakit."Bu, boleh Asti menjenguk Papa?""Nggak usah, Ti. Kamu diam saja di sini, jangan ke sana-sana lagi. Ingat, kamu itu diperlakukan nggak baik di sana."Asti menghela napas panjang, bagaimana bisa dia tetap di rumah mendengar ayah mertuanya sakit. Namun, ibunya tidak mengizinkannya pergi.Kini, ia hanya bisa pasrah menghadapi semua yang sedang terjadi. Asti kembali menatap layar ponsel, ia memilih menghubungi Ayumi untuk menanyakan kabar Papa suaminya.[Yum, Papa kenapa bisa sakit?][Ulah Mami, ternyata Mawar a
Selesai sidang perceraian, kemudian Asti bersama sang kakak langsung pulang ke kampung. Perjalanan jauh membuat dia merasa lelah hingga tertidur pulas.Sesampainya di rumah, sang ibu sudah menunggu kabar dari Asti. Dia sangat menghawatirkan sang anak. Namun, bersyukur mereka kembali dengan baik-baik saja."Bagaimana sidangnya, Nak?""Baik, Bu. Asti ke kamar, ya. Sudah lelah.""Iya, ibu faham."Sang ibu melihat Asti begitu nelangsa. Kasihan dengan nasib yang sama menimpa sang anak. Padahal ia sudah berdoa agar anaknya tidak mendapat hal serupa dengannya. Namun, takdir berkata lain.Wanita tua itu menghampiri Fajar ingin bertanya tentang sidang itu."Jar, tadi bagaimana?""Ya, begitu. Bayu tetap mau rujuk.""Edan sekali anak itu. Jangan sampe Asti luluh, Jar.""Nggak, kok, Bu kayanya."Wanita tua itu mengehela napas panjang. Berharap Asti tidak kembali pada Bayu.Sementara, di kamar Asti memandang lang
Masalah dengan mantan sekertarisnya belum juga selesai. Riska terus saja meneror dirinya. Sampai detik ini hingga membuat dirinya sering mengalami sakit kepala dan susah tidur.Ia menyesal sudah bermain dengan api. Beranggapan mendapat teman bicara malah ia tertipu daya oleh gadis licik itu. Berulang kali Riska datang, tetapi ia selalu mengusirnya. Bayu benci air mata palsu, sama seperti Mawar yang selalu datang mencari belas kasihnya.Riska mendatangi Bayu di ruang kerjanya dengan mengajak kedua orang tuanya untuk meminta pertanggungjawaban dari pria itu. Sudah sebulan lebih, Riska mendapat penolakan dari Bayu, tetapi ia tak gentar mendekatinya.Kali ini, dia datang bersama kedua orang tuanya. Bayu sudah merasa lelah dengan kejaran Riska. Ia mempersilahkan kedua orang tua itu duduk."Ada apa kamu bawa kedua orang tuamu?" tanya Bayu dengan nada sinis."Saya ingin Bapak bertanggungjawab atas saya. Saya hamil anak Bapak, jadi Pak Bayu harus tanggung
Beberapa kali Riska mencoba menghubungi Bayu, tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya. Pria itu tak ada gairah untuk bangkit, ia memilih mengambil cuti dari kantor untuk menyendiri.Tekadnya bulat untuk kembali meminta Asti kembali. Tubuhnya kini menjadi kurus karena sudah beberapa hari ia menolak makan. Ayumi sang adik sampai bingung mau berbuat apa."Aa, kalau nggak makan, mana ada tenaga buat nyusul Teh Asti.""Yum, Aa nggak nafsu makan." Lagi, Bayu menolak asupan makanan dari Ayumi.Ayumi menggeleng melihat tingkah sang kakak. Sejujurnya dia memang kasihan pada Bayu, tetapi semuanya memang kesalahan dia.Gadis itu bergegas membukakan pintu rumah karena ada yang memencet bel. Ia terkesiap melihat siapa yang datang sepagi ini."Ngapain Mami sama Mawar datang?" Ayumi masih saja membenci Mawar."Mami mau ketemu Papa. Tolong Mami!""Siapa, Yum?" teriak sang ayah dari dalam.Pria tua itu melangkah menghampiri Ayumi
"Aa nggak mau cerai, apa alasan kamu meminta cerai, Ti?" Perasaan Bayu tidak enak saat mendengar Asti meminta perceraian padanya. Dirinya mungkin sudah menduga jika Asti menelepon dan sengaja Riska menjawab.Bukan hanya Bayu yang merasa sesak di dada, Asti pun merasakan apa dirasakan sang suami. Dirinya tidak menginginkan hal itu, tetapi akal sehatnya sudah tidak bisa menerima untuk kedua kalinya dikhianati.Perselingkuhan sang suami membuatnya muak. Apalagi dengan daun muda yang seharusnya sebagai adiknya."Bukti ini sudah cukup untuk melayangkan gugatan perceraian?" Asti memperlihatkan foto dalam ponsel miliknya yang dikirimkan Riska kemarin malam.Bayu merebut ponsel milik Asti, dan langsung menghapusnya. Asti kembali merebut benda pipih itu dari tangan Bayu. Emosi wanita itu memuncak saat tahu sang suami menghapus foto itu."Aa pikir dengan menghapus foto itu menyurutkan niat aku untuk bercerai dari kamu? Aa, cukup, ya buat Asti menderita seper
Bayu terkesiap saat terbangun melihat Riska tidur di sampingnya. Dirinya mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam bersama sekertaris mudanya. Namun, kepalanya malah terasa sakit.Pria itu melihat jam di tangan, gegas dia memakai baju. Teringat dirinya janji akan menemui Asti di kampung. Berulang kali Bayu mengusap wajah kasar dan mwnagacak-ngacak rambutnya."Pak Bayu mau ke mana?" Riska sadar Bayi sudah bangun."Apa yang terjadi semalam?"Riska memperlihatkan wajah sendu. Lalu, dia menangis tergugu di depan Bayu."Pak Bayu telah merenggut kesucian saya."Bayu mengusap wajah kasar. Dia merasa telah kedua kali mengkhianati Asti jika sang istri tahu, entah apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Bayu berpikir kenapa bisa melakukan itu pada Riska?Gegas Bayu merapikan baju hendak pulang. Namun, Riska mencegahnya. Dia ingin Bayu bertanggungjawab atas apa yang telah mereka perbuat semalam."Pak, bagaimana dengan saya?"
Beberapa hari Bayu disibukkan dengan pekerjaan kantor Hingga larut malam. Riska sebagai sekertaris pun ikut mendampingi Bayu dalam melakukan kegiatan di luar maupun di dalam kantor.Gadis itu sangat bersemangat, beberapa kali Bayu mengantarnya pulang karena memang sudah larut malam. Malam ini, dia pun kembali diantar sang bos ke rumah kontrakan miliknya."Pak, mampir dulu," ajak Riska."Sudah malam, Ka.""Baru jam delapan malam, Pak. Sebentar saja," bujuk Riska.Bayu berpikir tidak ada salahnya karena hanya sebentar di rumah Riska. Dia masuk mengikuti langkah gadis itu. Leher jenjang Riska membuat dirinya menelan Saliva. Sudah hampi dua bulan ini dirinya tidak bertemu sang istri, hingga membuat Bayu merindukan hasrat bersama sang istri."Duduk, Pak. Saya buatkan minum dulu," ucap Riska."Iya."Riska kembali ke ruang tamu beberapa menit membawa segelas kopi."Ini, Pak. Saya mau mandi sebentar, Pak Bayu istirahat saja dulu
"Papa sakit, Aa belum bisa ke sana dulu, ya. Kamu yang sabar, ya, sayang.""Astagfirullah, sakit apa, Aa? Iya Asti sabar menunggu Aa datang."" Serangan jantung ringan, kok. Hanya butuh perawatan, nanti juga Papa, sehat lagi.""Iya, sudah, Aa. Salam buat Papa. Jangan lupa makan.""Iya, Asti."Setelah menutup telepon dari Bayu, Asti memberitahukan pada sang ibu kalau besannya sedang sakit di rumah sakit."Bu, boleh Asti menjenguk Papa?""Nggak usah, Ti. Kamu diam saja di sini, jangan ke sana-sana lagi. Ingat, kamu itu diperlakukan nggak baik di sana."Asti menghela napas panjang, bagaimana bisa dia tetap di rumah mendengar ayah mertuanya sakit. Namun, ibunya tidak mengizinkannya pergi.Kini, ia hanya bisa pasrah menghadapi semua yang sedang terjadi. Asti kembali menatap layar ponsel, ia memilih menghubungi Ayumi untuk menanyakan kabar Papa suaminya.[Yum, Papa kenapa bisa sakit?][Ulah Mami, ternyata Mawar a
Asti termenung memikirkan sang suami. Ia terpaksa mengikuti permintaan sang ibu untuk pulang ke kampung. Hati nuraninya tidak bisa memungkiri kalau dirinya kini terus memikirkan Bayu.Baru saja merasa bahagia dengan kepergian Mawar, tetapi malah sang ibu datang dengan kemarahannya yang membuat Asti meninggalkan rumah Bayu.Entah bagaimana pernikahannya dengan Bayu, apa akan tetap berjalan, atau harus terpisah oleh gugatan perceraian.Tubuh Asti terasa lemas, untuk melakukan aktivitas pun rasanya berat. Pikirannya tidak karuan, bahkan saat sang ibu memanggilnya, dia hanya diam dan terbengong."Ti, Ibu bicara, kok kamu diam saja?" tanya Ibu."Eh, iya, Bu. Ada apa?""Kamu masih mikirin suamimu itu?""Bu, bagaimanapun, Aa Bayu masih suami Asti," ujarnya membela diri."Kamu kok bodoh banget, keluarga itu nggak baik buat kamu. Lagi pula, kok ada model kaya kamu, mau di madu. Nggak geli apa?"Asti menghembuskan napas, dia tahu
Kepergian Asti membuat Bayu frustrasi, ia memukul beberapa kali tembok. Mengacak-acak rambut karena kesal tidak bisa mempertahankan wanita yang dicintainya.Rahayu mendekati sang anak, mencoba menenangkan agar tidak terlalu lama bersedih. Dia merasa tidak perlu menangisi seorang Asti."Bay, tenang. Kamu tidak perlu menyesali, sudahlah, kalau Asti pergi, kamu bisa kembali rujuk sama Mawar," ucap Rahayu dengan percaya diri.Rahayu berharap Bayu mau kembali pada Mawar, seperti yang pernah dia lakukan pada Asti. Namun, Rahayu tidak sadar jika talak yang dijatuhkan Bayu adalah talak tiga.Sementara, Ayumi mendengar ucapan Rahayu semakin geram mengingat kejadian tadi saat ia tahu Ayumi adalah anak Rahayu. Ia tidak sabar untuk membongkar semua, walaupun Rahayu adalah ibu kandungnya."Mi, semua salah Mami.""Kok, salah Mami?""Iya, kalau Mami tidak membujuk Bayu untuk menikah lagi dan memiliki anak dari wanita lain, semua ini tidak akan perna