Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu Menyesal
Part 34: Sindiran Tajam Kepada Meli
"Apa aku nggak salah dengar. Tugas suami adalah memberi nafkah kepada seorang istri. Wajar dong dia kerja keras demi membiayai biaya hidupku. Wajar dong dia mencurahkan kasih sayang kepadaku. Pada saat itu aku itu istrinya. Paham!"
Santi mulai tersulut emosi mendengar penuturan Meli.
"Kamu sudah jatuh miskin, masih saja sombong!" ledek Santi.
Suasana hening seketika.
"Bagaimana? Siapakah yang bertanggung jawaban atas pasien ini?" tanya dokter kembali.
"Dia," jawab Santi dan Meli serentak.
Meli dan Santi saling tuduh menuduh satu sama lain. Tidak ada yang mau mengambil risiko.
'Nggak ada gunanya berdebat dengan wanita jalang ini. Alangkah baiknya aku angkat kaki dari sini untuk mencari aman.'
Santi berjalan melangkah perlahan. Ia tidak peduli dengan dokter dan Meli. Dion mengikuti Santi di belakang.
'Sial! Kemana aku men
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 34: Sindiran Tajam Kepada MeliDokter melangkah masuk ke dalam ruang ICU. Proses operasi dilakukan oleh dokter dan perawat. Sementara Mi cemas dan khawatir dapat dimana biaya berobat suaminya.'Apa aku minta tolong kepada Mbak Ayu saja atau ke umak?' tanya Meli dalam hati.****Sudah satu jam lebih, dokter dan perawat bekerja di dalam ruangan ICU. Belum ada juga kabar atau informasi perkembangan Aryo."Ya Allah! Kenapa lama sekali. Sudah ada satu jam lebih, belum ada kabar."Meli mulai cemas dan panik. Otaknya sepertinya mumet dan sudah tidak sanggup lagi berpikir. Dia serba salah, mau ke kamar mandi saja buang air kecil dia tahan agar tidak ketinggalan informasi. Dia takut, kalau pergi ke toilet, dokter atau perawat keluar tidak ada sama sekali dirinya menunggu."Ah! Berarti hidup sendir
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 34: Sindiran Tajam Kepada MeliMeli sesak, bola matanya berair. Perawat dan suster terus mendorong brangkar. Aryo masih menatap Meli ke arah belakang dalam posisi terbaring di atas brangkar."Tidak mungkin, Mas! Pasti halusinasi kamu saja itu," sungut Meli.Tiba-tiba, Meli merasa terperangah mendengar perkataan Aryo. Dia menapaki lorong rumah sakit dengan perlahan."Tuhan! Kenapa cobaan datangnya selalu bertubi-tubi? Aku sudah tidak sanggup lagi menjalani hidup jikalau seperti ini setiap hari," keluh Meli sambil menahan sesak di dada.Meli merasa hancur dan tidak ada gairah hidup. Setitik cahaya tidak ada yang menerangi hatinya membuat jiwanya nelangsa. Bagaimana tidak hancur? Rahimnya telah tiada, rumahnya tinggal puing-puing, uang tabungannya lenyap sekejap."Bu ... Kenapa masih diam dan berdiri di sini?" tanya perawat dengan nada takut.Meli menatap ke a
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 35: Rela Mengemis Demi Perut Sejengkal"Pesan apa yang hendak mau di sampaikan? Terus pesan itu disampaikan kepada siapa? Jangan buat aku bingung seperti ini, Mas!" sungut Meli.Meli tidak bisa mengontrol emosinya. Beban di pundaknya terasa amat berat. Andai kata waktu bisa diputar kembali. Dia tidak mau dewasa penuh dengan drama. Kalau masa kecil tidak ada yang dipikirkan."Ti-tidak ada," balas Aryo.Aryo tidak sanggup mengatakan yang sejujurnya. Sebenarnya dia ingin menyuruh Aryo ke rumah Santi. Agar istrinya datang ke rumah sakit untuk membesuknya."Tadi kamu mau menyampaikan pesan, terus kenapa tidak jadi?" desis Meli.Terukir kecewa di raut wajahnya. Tidak biasanya Aryo menggantung pembicaraannya seperti ini."Ya sudah jika kamu tidak mau. Aku mau ke rumah Santi sekarang."Meli kecewa sehingga dia tidak berkata sopan lagi kepada suaminya."Nnga-n
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 35: Rela Mengemis Demi Perut Sejengkal "Kamu harus percaya diri demi perut sejengkal, Meli!" ucap Meli mendukung dirinya sendiri. Seketika Meli ciut dan tidak berani. Di ujung lorong sana ada wajah yang tidak asing baginya. 'Waduh! Bisa gawat kalau dia mengenaliku kalau aku mengemis di rumah sakit ini. Atau apakah aku minta tolong minjam uang kepada dirinya?' ucap Meli dalam hati sambil melangkah pelan. Meli mencoba menepiskan rasa malu dan tidak berani. Namun, tidak bisa juga hilang dari dalam dirinya. "Sudah ah! Nggak usah mengamen di sini." Meli meneruskan langkah kakinya. Pada saat melintas tepat di depan perempatan lorong ternyata dugaannya benar. Namun, dia tidak berani menatap wajah orang itu. Dia malu, karen kawan satu kantornya ketika bekerja dengan Aryo. Wanita itu sudah berusaha menasihati Meli. Namun, Meli tidak mau mendengarkan nasihat
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 35: Rela Mengemis Demi Perut SejengkalMeli menghela napas. Tanpa sadar, dia mengejar Rinda. Dia sangat membutuhkan uang pemberian kawan kerjanya itu. Rasa gengsi dan malu dia tepiskan seketika."Bu Rinda!" panggil Meli.Meli menunduk dan masih malu.'Siapa yang memanggil diriku?' tanya Rinda dalam hati.Rinda memutar balik badannya mengarahkan asal suara itu. Seketika dia heran, kenapa Meli mengejar dirinya."Bu Meli. Ada yang bisa aku bantu?" tanya Rinda.Rinda mengukir senyum, otaknya memikirkan sesuatu untuk mempermalukan Meli."Maaf kalau aku sudah menolak kebaikan ibu kepadaku. Setelah aku pikir-pikir kembali, aku sangat membutuhkan bantuan ibu. Bo-boleh kah aku meminta kembali uang yang tiga ratus ribu itu. Aku mau ke rumah Bu Santi."Rinda tertawa keceplosan, misinya berhasil."Oh iya, kalau kamu mau dan butuh uang
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 35: Rela Mengemis Demi Perut SejengkalMeli hanya bisa meratapi nasibnya yang malang. Jiwanya nelangsa, setiap sendinya rapuh seolah tidak kuasa menopang tubuhnya berdiri tegak.Flashback (On)"Bu Meli! Yakin menjalin hubungan spesial dengan Pak Aryo?" tanya Rinda.Rinda memberanikan diri bertanya kepada Meli tentang hubungan rekan kerjanya dengan Aryo."Salah kalau seorang bawahan menjalin hubungan dengan manager?"Meli membusungkan dadanya dan wajahnya memerah mendengar pertanyaan Rinda."Nggak salah sih. Cuma, Pak Aryo sudah mempunyai istri dan anak. Apa kamu nggak memikirkan perasaan istrinya? Secara aku, ibu dan istri Pak Aryo sama-sama wanita. Seharusnya, ibu tidak berani merebut Pak Aryo dari pelukan istrinya."Meli semakin tersulut emosi. Dia ingin merobek-robek mulut Rinda pada saat itu."Nggak usah sok menasehati aku. Aku sudah tahu
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 35: Rela Mengemis Demi Perut Sejengkal"Masih ingat dengan kata-katamu, aku tidak akan menyesal dengan perbuatan yang kulakukan. Masih ingat nggak? Atau kamu sudah pura-pura hilang ingatan?" tanya Rinda."Sial! Kenapa babi guling ini masih mengingat semua kejadian ketika aku masih bekerja dengan dia. Huft!"Meli menarik napas. Putus sudah semua harapannya mendapat uang kertas berwarna merah."Su-sudah lah, Bu. Lupakan saja semua yang berlalu. Kalau boleh jujur, aku sangat menyesali semua perbuatanku. Hidup menjadi seorang pelakor bukan sebuah pilihan kemauanku. Kalau boleh memilih, aku juga ingin hidup laksana seorang wanita semestinya tanpa ada beban di pundak.""Apa aku tidak salah dengar?" tanya Rinda.Meli menutup mulutnya dengan punggung tangannya.'Astagfirullah! Kok bisa pula aku keceplosan.'"Aku menyesal atas perbuatanku," ucap
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 36: Bukan Mimpi Rupanya"Gila benar!"Meli membuka sendalnya lalu berlari kencang sambil memegang sendal dan menarik ke atas bajunya. Dia tidak peduli dengan pengunjung lain yang lewat di lorong. Sesekali ada yang tersenggol. Dia tetap terus berlari dan tidak peduli. Napasnya ngos-ngosan, larinya laksana dikejar seekor harimau."Berhenti!" teriak Rinda.Meli tidak menghiraukan apa kata Rinda. Napasnya terseok-seok. Dia berhenti sejenak sambil menunduk. Baru saja dia menunduk, eh sudah ketinggalan jejak."Sial! Cepat juga pelakor itu menghilang."Rinda menenangkan napasnya. Dia duduk di kursi tepat di depan ruangan."Alhamdulillah bisa selamat dari seekor serigala."Meli berjalan dengan santai. Dia sudah lepas dari terkaman seekor serigala. Seketika dia bingung d