“Oke, kalau begitu aku pilih ke duanya dan aku akan berlaku adil kepada mereka berdua.” “Berlaku adil bagaimana, Mas?”Deg!Angga mematung setelah mendengar suara yang tidak asing baginya, ia membalikkan badan dan terlihat Fitri yang sedang berdiri di ambang pintu.Wanita cantik itu pun perlahan berjalan menghampiri Angga yang sedang memeluk tubuh Tantri.“Mas, tolong jelaskan apa yang kamu katakan tadi! Dan ini... Kamu memeluk dia, Mas!” ujar Fitri yang mulai bergetar.“Ak—aku, aku...” tenggorokan Angga terasa tercekat, dia sangat sulit untuk berkata jujur.“Aku apa, Mas?” tanya Fitri yang memandang wajah suaminya.“Dia akan menikahi Tantri.” ujar Bu Dinar dengan senyum yang penuh kemenangan.Bagai tersambar petir di siang hari, tubuh Fitri terasa lemah ketika mendengar ucapan dari Ibu mertuanya.Wanita yang mengira jika suaminya ada di barisan paling depan untuk membelanya, ternyata menusuknya dari belakang.“A—apa benar yang di katakan oleh Ibu, Mas?” ujar Fitri seraya mengguncang
Setelah sampai di ruangan kosong tersebut, barulah bekapan pada mulutnya di lepaskan.Fitri menatap awas ke pria tersebut dan beberapa langkah mundur ke belakang.“Si—siapa kamu? Kamu mau apa bawa aku ke tempat ini?” tanya Fitri yang bergetar hebat karena merasa takut yang luar biasa.Dia takut jika pria tersebut berbuat macam-macam kepada dirinya, Fitri tidak mengenali pria itu karena wajahnya di tutupi oleh topeng yang sangat menyeramkan.Pria itu memiliki postur tubuh hampir sama dengan Angga. Namun pria bertopeng ini memiliki tubuh yang lebih berisi dari suaminya.“Jangan takut Nyonya, saya hanya di suruh oleh tuan Prabu Adiwijaya.” ucap pria bertopeng itu.Fitri mengernyitkan dahi, dia tidak kenal sama sekali dengan orang yang di sebut sebagai tuannya itu.“Saya hanya di perintahkan oleh Bos saya, untuk mencari anaknya yang hilang 25 tahun yang lalu.” jelasnya.“Terus apa hubungannya dengan saya, saya tidak tau anak dari Bos kamu. Jadi... Tolong biarkan aku pergi dari sini,” ucap
“Nak... Akhirnya Mamah menemukanmu.” ujarnya yang berlinang air mata.**Pukul tujuh pagi, wanita cantik itu baru tersadar dari pingsannya. Ia terkejut ketika melihat ada seorang wanita cantik yang usianya sekitar lima puluh tahunan yang sedang tertidur pulas sambil menggenggam tangannya.“Ak—aku di mana?” ucap Fitri yang perlahan melepaskan tangannya dari genggaman wanita itu.Wanita itu pun terbangun dan tersenyum lembut ke arah Fitri yang terlihat kebingungan, ia mengelus lembut rambut Fitri dan sesaat kemudian wanita itu memeluk tubuh Fitri seraya menangis terisak-isak.Fitri semakin bingung di buatnya, ia tidak membalas pelukan dari wanita itu. Namun ada rasa nyaman yang dia rasakan ketika wanita itu memeluk tubuhnya.“Ka—kamu siapa? Kenapa menangis ketika memelukku?” tanya Fitri dengan penuh sopan santun.Wanita itu pun mengurai pelukannya, ia tersenyum sangat manis kepada Fitri. Ia terus memandang wajah cantik Fitri yang polos tanpa polesan.“Kamu cantik sekali, Nak. Wajah kam
“Jadi... Aku ini...”Braaakk!! Semua terkejut ketika Fitri jatuh pingsan, terutama Pak Bimo yang sudah mengurusnya dari kecil.Dengan sigap Pak Bimo segera mengangkat tubuh Fitri yang terkulai lemah.“Nak, bangun.” ucap Pak Bimo yang menepuk-nepuk pelan pipi Fitri.Sedangkan Pak Rahardi, ia segera memanggil ajudannya dan menyuruh membawa dokter keluarga untuk memeriksa anaknya.“Nak, bangun. Jangan tinggalkan Mama,” tangis Bu Sinta pecah, ketika melihat anaknya yang tidak kunjung sadarkan diri.Tidak lama, Dokter keluarga pun datang dan langsung memeriksa keadaan Fitri.“Bagaimana Dok, dengan keadaan anak saya?” tanya Bu Sinta.“Tidak kenapa-kenapa, Nyonya. Anak Anda hanya mengalami syok saja, ini saya hanya kasih vitamin saja untuk anak, Nyonya. Ini resepnya bisa di tebus di Apotek, kalau begitu saya pamit permisi.” ujar Dokter Risa seraya pamit untuk undur diri.“Terima kasih, Dok. Silakan.” jawab Sinta.**Sementara di tempat lain, Angga tengah panik mencari istrinya yang belum
Pukul delapan malam, Tantri sedang berdandan cantik di depan cermin. Wanita yang memiliki tubuh langsing itu nampak bahagia karena dia sudah membuat Angga takluk kembali kepadanya.“Hahah... Ternyata gampang ya membuat kamu jatuh hati lagi kepadaku, dan bodohnya kamu malah lebih percaya kepada foto editan ini.” ujar Tantri seraya menatap foto vulgar di tangannya.Rupanya sikap Angga yang berubah terhadap Fitri adalah ulahnya yang memperlihatkan foto Fitri yang tengah tidur di kamar hotel bersama dengan pria lain.Yang lebih parahnya lagi, Angga tidak mencari tahu dulu tentang kebenaran yang terdapat di dalam foto tersebut. Ia malah langsung percaya begitu saja, dan di tambah lagi dengan kepergian Fitri yang tiba-tiba, yang membuat Angga semakin yakin dengan kebenaran foto itu.“Udah cantik, waktunya berangkat ke rumah ayank.” ucap Tantri yang bergaya berlenggak-lenggok di depan cermin.°Sementara itu, pria yang bertubuh kekar itu sedang merasakan emosi yang hampir saja meledak. Enta
Praaaay!!Ketika Fitri akan menyendok nasi, piring yang ia pegang tiba-tiba saja terjatuh, perasaannya mulai tidak enak dan pikirannya selalu saja tertuju pada Angga.“Nak, kamu tidak apa-apa? Apa tangan kamu terluka, Sayang?” tanya Bu Sinta.“Tidak, Mah. Hanya saja perasaanku tidak enak,” ucap Fitri seraya mengusap dadanya.‘Ya Allah, ada apa ini? Kenapa perasaanku tidak enak dan pikiranku selalu tertuju kepada Mas Angga?’ batin Fitri.“ Ya sudah kalau begitu ayo makan lagi.” titah Bu Sinta.Wanita cantik itu pun melanjutkan makannya. Satu sendok, dua sendok dan ketiganya, ia sudah tidak bisa memaksakan mengunyah makanan yang masuk ke mulutnya.Baru kali ini ia merasakan kekhawatiran yang berlebih, biasanya saat ia di tinggalkan ke luar kota oleh Angga untuk bertugas Fitri tidak pernah merasakan kecemasan seperti ini.‘Astagfirullah, kenapa perasaanku semakin tidak enak?’ gumam Fitri.Bu Sinta sedari tadi memperhatikan Fitri yang merasa gelisah, ia tau jika saat ini putrinya sedang m
“Ap—apa yang sudah terjadi? Ini tidak mungkin!” ucap Angga.Angga mencoba mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi kepadanya, yang ia ingat hanyalah ketika Tantri membuatkan minuman lalu ia meneguk minuman itu hingga tandas dan setelah itu Angga tidak ingat apa-apa lagi.Kemudian ia melirik ke arah wanita yang masih terlelap dalam tidurnya, terlihat tenang dan tidak ada beban sama sekali yang nampak di wajahnya.“Tan, Tantri bangun.” ucap Angga seraya menepuk-nepuk pipi Tantri agar ia terbangun.Wanita itu hanya menggeliat dan berpindah posisi, Angga mulai menyesali perbuatannya yang telah mengizinkan Tantri untuk datang berkunjung ke rumah saat semua keluarganya tidak ada.“Tantri bangun!” teriak Angga yang kesal, karena sejak dari tadi ia membangunkannya namun tidak ada respons.“Aduh... Berisik, ada apa?” tanya Tantri tanpa dosa.“Apa yang telah kamu lakukan kepada aku, Tan?” pekik Angga.Wanita cantik itu membuka matanya dengan lebar, ia teringat dengan aktivitas yang semala
Praaaayy!!Tepat sasaran, pas bunga yang terbuat dari tanah liat itu pecah mengenai kepala Tantri, Fitri yang sudah lama menahan kesakitannya akibat perlakuan dari keluarga sang suami kini harus menerima kenyataan yang lebih pahit di depan matanya.Bagaikan tersayat pisau yang sangat tajam, semua pengorbanan dan kesabarannya hanya di anggap angin lalu.Suami yang terkenal dengan sikap yang baik, ramah serta ketulusan hatinya kini semuanya telah terbongkar di depan mata tanpa harus di selidiki.Tadinya Fitri berencana ingin memperkenalkan Angga kepada orang tua kandungnya yaitu Pak Rahardi, yang memiliki perusahaan hotel bintang lima di beberapa wilayah. Akan tetapi, ia urungkan setelah melihat sikap asli dari suaminya.Lelaki itu hanya mengetahui bahwa orang tua yang selama ini ia kenal adalah hanya orang tua angkat Fitri, jika Angga dan keluarganya mengetahui bahwa Fitri adalah anak orang kaya bisa jadi Fitri akan sulit untuk terlepas dari keluarga yang terkenal akan gila harta itu.
"Uangnya sudah Ibu pakai untuk arisan." ucap Bu Dinar."Apa!" "Ibu egois!" pekik Kiran.Plaaaak!"Jaga ucapanmu, Kiran. Jangan pernah salahkan Ibu! andai saja kamu bisa menjaga kehormatanmu, kejadian ini tidak akan pernah terjadi!" ucap Bu Dinar yang berlalu pergi meninggalkan Kiran dan Angga.Angga mengusap wajahnya dengan kasar, selama ini uang yang ia kirimkan di pakai untuk kesenangan semata oleh ibunya."Astaga... Kenapa keluargaku menjadi berantakan seperti ini?" batin Angga.*Sedangkan di tempat lain, Alex sudah tiba di kediaman Pak Rahardi.Kemudian, pria tampan itu melihat ke arah belakang yang di mana ada Fitri di sana.Rupanya wanita cantik itu masih belum bangun, padahal ia tertidur sudah cukup lama."Non bangun, kita sudah sampai." ucap Alex.Hening, tidak ada respon sama sekali dari Fitri, wanita yang memiliki mata sayu itu masih anteng dalam mimpi indahnya.Jika begini, Alex terpaksa harus membawa Fitri masuk dengan cara di gendong."Huh! Menyusahkan." Pria tampan be
Sedangkan di mobil, Alex melihat Fitri yang tertidur di kursi belakang. Terlihat masih ada bekas air mata yang membingkai di wajah cantiknya.“Bisa-bisanya ada pria yang tega menyakiti dia.” ucap Alex.Alex teringat dengan Pak Rahardi. Kemudian, Alex pun memberi tahu jika anaknya saat ini sedang bersamanya menuju arah pulang.[Pak maaf, saya sekarang sedang di jalan menuju arah pulang dengan Non Fitri.] Kirim.Drrrrt... drrrrt.Tidak lama, ada sebuah panggilan video call dari Pak Rahardi.“Kenapa pulang terlebih dahulu? Anak saya mana?” ucap Pak Rahardi.Alex pun langsung mengarahkan ponselnya ke wajah Fitri yang sedang tertidur pulas di kursi belakang. Sebelum itu, Alex pun menepikan mobilnya ke pinggir jalan.“Fitri habis nangis? Ada apa?” tanya Pak Rahardi.“Nanti saya ceritakan semuanya ke Bapak di kantor.” jawab Alex.“Oke kalau begitu, hati-hati di jalan dan awas saja jika anak saya kenapa-kenapa.” “Baik, Pak Bos.” jawab Alex.Setelah panggilan terputus, Alex pun melanjutkan pe
“Pak maaf, Bapak sudah di tunggu di ruang meeting.” ucap sekretaris Pak Rahardi.“Oh, ok. Saya akan segera ke sana,” jawab Pak Rahardi, “ nanti lagi ya sayang, dan kalian semua, ayo bubar kerjakan tugas kalian masing-masing!” tambahnya.Setelah kepergian Pak Rahardi, hanya tersisa Tantri, Angga dan Fitri yang masih berdiri mematung.Tantri menatap Fitri dengan tatapan penuh selidik, lalu wanita yang memiliki tubuh langsing itu berjalan mendekatinya.“Ada hubungan apa kamu dengan Pak Rahardi?” tanya Tantri dengan sorot mata yang tajam.“Bukan urusan kamu.” jawab Fitri.Karena malas berlama-lama di depan mantan suami dan si pelakor kemudian, Fitri berlenggang pergi meninggalkan mereka berdua.“Heh, mau ke mana kamu? Aku tahu, kamu pasti wanita simpanan Pak Rahardi. Dasar murahan!” celetuk Tantri.Wanita cantik yang memakai pakaian kantor itu langsung menghentikan langkahnya, tangannya terkepal kuat guna untuk menahan emosi yang sudah mulai naik.“Sabar, Fit. Ini bukan saatnya untuk memb
Pria tampan itu pun mendekati Fitri, lalu ia melepaskan sabuk pengaman yang masih terpasang.“Sudah, silakan kalau memang mau keluar.” ucap Alex yang tersenyum.“Oh, hehehe terima kasih.” ucap Fitri yang menahan malu.Kemudian, wanita cantik itu pun keluar dari mobil. Ia nampak menatap ke sekeliling gedung itu, tiba-tiba ia melihat Tantri yang sedang berdiri di dekat pintu masuk.Sepertinya wanita ular itu sedang menunggu seseorang, terlihat dari wajahnya yang sedang melihat ke kiri dan kanan.“Sedang apa wanita gatal itu ada di sini?” ucap Fitri yang menatap ke arah Tantri.“Mas...” pekik Tantri.Terlihat jika Angga yang baru saja keluar dari dalam mobil dan langsung di sambut dengan penuh cinta oleh Tantri.“Apa! Mas Angga bekerja di sini? Bukannya dia bekerja di daerah Bandung?” gumam Fitri.“Ada apa?” Tiba-tiba saja pertanyaan dari Alex mampu membuatnya terkejut.“Bisa enggak kalau datang itu nggak usah ngagetin!?” ujar Fitri kesal.“Lah, kok, jadi marah? Lagian ngapain kamu bengo
Fitri tersenyum kecut, ketika mengingat semua pengorbanan yang ia lakukan malah di balas dengan rasa sakit yang luar biasa.“Duh... Kenapa harus nangis, jangan nangis Fit. Ini waktunya untuk membalas rasa sakit yang mereka berikan kepadamu,” ucap Fitri yang berusaha untuk menguatkan hatinya.“Udah ah galaunya, mending tidur besok kan aku mau di ajak Ayah untuk melihat perusahaannya.”Wanita cantik itu pun langsung membereskan semua barang-barang yang tadi ia beli, dan tidak lupa juga sebelum tidur Fitri membiasakan diri untuk memakai skincare pemberian dari sang Mama.*Sedangkan di tempat lain, Kiran terus saja menangis memikirkan masa depannya yang hancur oleh perbuatannya sendiri. Apalagi, ia sudah gagal untuk menggugurkan kandungannya.“Pokoknya Om Hendra harus bertanggung jawab atas perbuatannya, aku yakin jika istrinya itu mau menerima kehadiranku dan anak ini.” ucap Kiran.“Nak, kamu belum tidur?” tanya Bu Dinar yang baru saja masuk sambil membawa kantong plastik yang berisi ma
“Adik Bapak hampir saja mengalami ke guguran, karena dia terlalu banyak meminum obat penggugur kandungan.” jelas Dokter, “beruntung Bapak dan Ibu tepat waktu membawa Kiran ke Rumah Sakit, sehingga janin yang ada di kandungannya masih bisa di selamatkan.” tambahnya .Deg!Angga dan Bu Dinar terkejut mendengar penjelasan dari Dokter, bahwa ternyata Kiran sedang mengandung.“Kira-kira berapa bulan janin yang ada di dalam kandungan Kiran?” tanya Angga untuk memastikan.“Kurang lebih baru tiga Minggu, Pak.” ucap Dokter, “setelah ini Kiran akan di pindahkan ke ruang rawat inap, silakan Bapak ke ruang administrasi untuk menyiapkan pembayarannya.” sambungnya.“Baik, Dok.” ucap Angga dengan lirih.Setelah kepergian Dokter, tubuh Bu Dinar luruh ke lantai. Ia merasakan lemas pada tubuhnya saat mendengar penjelasan dari Dokter tadi, wanita berusia 50 tahun itu menangis, ia tidak menyangka kalau anak perempuannya bisa melakukan hal sejauh itu.“Ibu lagi mimpi kan, tolong bangunkan Ibu dari mimpi b
“Kiran!” pekik Bu Dinar yang melihat putri semata wayangnya jatuh pingsan di depan teras rumahnya.Bu Dinar pun berlari dengan tergopoh, ia terkejut mendapati Kiran yang sedang tergeletak. Sebelumnya ia terlihat sehat-sehat saja ketika pamit kepada sang ibu.“Kiran bangun! Kamu kenapa?” Bu Dinar pun terus mengguncang tubuh Kiran agar tersadar. Namun, sudah beberapa kali ia coba tidak ada respons sama sekali dari gadis cantik itu.“Aduh ... Mana enggak ada orang lagi, bagaimana ini?” Wanita yang berusia 50 tahun itu termenung, memikirkan cara untuk mengangkat tubuh Kiran.Karena tidak ada solusi dan perasaan Bu Dinar sudah terlanjur panik, ia merogoh ponselnya yang berada di saku celananya. Kemudian, ia menghubungi Angga memberi tahu keadaan Kiran yang sebenarnya.Bu Dinar berharap Angga akan segera cepat pulang, dan membawa Kiran ke rumah sakit.*Di lain tempat, kebetulan Angga baru saja pamit untuk pulang kepada ke dua orang tua Tantri, karena ia merasa perasaannya tidak enak.Baru
Tantri pun mendorong tubuh Fitri sehingga terjatuh ke lantai.“Rasain! Makanya jangan belagu jadi orang.” ucap Tantri setelah mendorong tubuh Fitri.Wanita cantik itu pun langsung berdiri dan membalas perbuatan Tantri kepadanya, Fitri membalas dengan mendorong tubuh Tantri dengan sekuat tenaga. Sehingga membuat musuhnya tersungkur ke lantai dan sedikit mengeluarkan darah pada dahinya akibat terbentur.Semua orang terkejut, terutama dengan Angga. Ia tidak menyangka jika Fitri akan membalas dengan mendorong tubuh Tantri, biasanya dia tidak akan pernah membalas. Namun, kali ini Fitri nampak berbeda dari sebelumnya.“Bagaimana? Sakit?” tanya Fitri sambil menyunggingkan senyumnya.“Wanita sialan! Berani-beraninya kau mendorong tubuhku!” pekik Tantri.“Hahahah, ngapain aku harus takut, emang kamu siapa? Oh, iya aku lupa. Kamu kan, pelakor yang merebut suamiku.” ucap Fitri dengan lantang di depan semua orang.Semua orang menatap Tantri dengan penuh kebencian, bahkan ada salah satu orang yang
‘Begitu cepat sekali kamu melupakanku, Mas. Lihat saja, aku akan membuatmu dan keluarga kamu menyesal’ batin Fitri.Lengan wanita cantik itu mengepal dengan kuat, ia sadar bahwa pengorbanan yang ia berikan malah di balas dengan pengkhianatan.Kali ini dia tidak mau menjadi wanita yang lemah, ia berjanji kepada dirinya sendiri akan membalaskan semua rasa sakit yang mereka berikan.“Nak, kamu ngeliatin apa?” pertanyaan Bu Sinta sukses membuat Fitri terkejut.“Em... Enggak kok, Mah.” jawab Fitri dengan singkat.Tidak lama mereka pun sampai di pusat perbelanjaan, Fitri yang turun terlebih dahulu menatap kagum ke gedung tinggi yang berada di hadapannya.Ia tidak menyangka bisa menginjakkan kakinya di Mall untuk pertama kali, sebenarnya dulu sering Angga mengajak Fitri untuk belanja ke Mall. Namun, Bu Dinar selalu melarang karena harga pakaian di Mall jauh lebih mahal dari pada di pasar.“Sayang, ini buat kamu. Belanjalah dengan sepuasnya, beli apa saja yang kamu inginkan.” ucap Pak Rahardi