“Jadi, Sarira ini bisa digunakan untuk mengabulkan permohonan“ kata Jiu Long cepat. Mustofa mengangguk pasti.“Apakah bisa mengabulkan semua permintaan Tuan jin ?” tanya Jiu Long cepat.“Insyaallah bisa”“Kalau begitu mudah saja, aku akan meminta kekuatan yang bisa mengalahkan mahluk bernama Anubis itu!” kata Jaka Samudra dengan penuh semangat.“Maaf Tuan Jaka, sepertinya permintaan seperti itu. Tidak akan bisa”“Loh, tadi katanya bisa semua permintaan”“Yah, tapi tidak seperti itu juga Tuan Jaka, Sarira hanya bisa mengabulkan permohonan yang tidak melebihi kekuatan Sarira itu sendiri”Jaka Samudra mendengus kesal dan kecewa mendengar tanggapan Jin Mustofa. Jin Mustofa tampak mengalihkan pandangannya kearah Bintang. “Bagaimana, Tuan ?” tanyanya kearah Bintang.Bintang masih terdiam seperti tengah memikirkan apa yang akan dimintanya pada Jin Mustofa.“Mintalah sesuatu yang ada hubungannya dengan kesaktian bukan dengan kekuatan” kata Jin Mustofa lagi. Kali ini wajah Bintang tampak berub
“Hidup dan mati seseorang, hanya gusti Allah yang menentukan. Bila sudah tiba masanya ajal akan datang menjemput, mau bersembunyi dilobang semutpun, niscaya ajal itu akan datang dengan sendirinya, tapi bila ajal belum tiba saatnya untuk datang. Biarpun langit akan runtuh sekalipun. Kematian itu tidak akan datang menghampiri” kata Bintang dengan penuh makna. Jaka Samudra kemudian menggenggam pundak Bintang dengan tersenyum. Jiu Long pun ikut melakukan hal sama. Mereka setuju dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Bintang. Bintang membalas senyuman keduanya, walaupun Bintang tahu, Jaka Samudra saat ini tidak melihat senyumannya.“Pergilah menjauh sedikit” kata Bintang pelan. Jaka Samudra dan Jiu Long tak mengerti apa maksud ucapan Bintang. Tapi saat Bintang mengeluarkan kembali kotak kayu kecil dari balik pakaiannya, keduanya segera mengerti. Mustofa dan bangsa jin yang juga melihat hal itu segera ikut menjauh. Sementara di luar Penjara Langit, Surya dan Una Lyn bingung melihat Binta
“Aku, merindukanmu Bintang” ucap Una Lyn pelan ditelinga Bintang. Bintang hanya diam tanpa membalas pelukan Una Lyn, karena ada banyak orang yang berada ditempat itu. Tentu Bintang merasa tak nyaman untuk membalas pelukan itu, walaupun sebenarnya Bintangpun sangat tergoda untuk melakukan hal itu. Sementara bagi Una Lyn sendiri, tak perduli dengan begitu banyaknya orang yang melihat kearah mereka. Selama beberapa hari tidak bertemu Bintang, apalagi saat Bintang menikahi sang putri, Una Lyn merasa harapannya untuk bertemu Bintang pupus sudah. Makanya saat mendengar Bintang ditawan di Penjara Langit, Una Lyn langsung menyetujui perintah sang maharaja untuk menyampaikan titah eksekusi mati bagi para penghianat, Una Lyn tak perduli. Asalkan bisa bertemu dengan Bintang untuk yang terakhir kalinya. Una Lyn tak memperdulikan semua yang akan terjadi di masa depan. Bintang adalah cinta sejatinya, cinta yang akan dibawanya sampai mati. Bahkan saat ini, Una Lyn siap bila harus ikut mati bersama B
“Dasar otak mesum” balas Jiu Long hingga membuat Jaka Samudra tertawa. Lalu lanjut berkata ; “Jangan membohongi diri sendiri, aku juga melihatmu beberapa kali meneguk ludah saat menatap kearah belahan dadanya yang indah itu” cetus Jaka Samudra tertawa ringan, hingga membuat wajah Jiu Long kembali memerah karena malu, dia memang tidak memungkiri hal itu dan ini membuat Jiu Long yakin, kalau Jaka Samudra memang bisa melihat.“Ya sudah, lekas sana. Bantu yang lain. Setelah selesai mengalahkan utusan maharaja jin itu, aku akan langsung membantu kalian” kata Jaka Samudra lagi.“Kau yakin bisa menghadapinya, sahabatku?” tanya Jiu Long lagi. Kali ini Jaka Samudra mengangguk dengan penuh keyakinan dan mantap.“Kebiasaanku dalam bertarung, hanya bertarung setengah-setengah saja, karena aku ingin merasakan dulu kekuatan lawanku dalam pertarungan. Kini aku sudah tahu kekuatannya dan aku tidak akan setengah-setengah lagi untuk menghadapinya” jawab Jaka Samudra.Weesshh..!Habis berkata seperti it
Waringin sungsang adalah kesaktian yang mampu membuat pemiliknya bergerak sangat ringan dan cepat, tapi inipun harus ditopang dengan kemampuan sipemiliknya. Jaka Samudra berhasil menyempurnakan ilmu ‘Waringin sungsang’ setelah melalui latihan yang sangat keras selama bertahun-tahun. Tak heran, sekarang Jaka Samudra mampu bergerak sangat cepat dan ringan.Dhuar! Dhuar!Kedua larik sinar kuning keemasan itu meledak keras saat menghantam tempat kosong, jauh dibelakang sosok Jaka Samudra. Sementara Jaka Samudra justru masih terlihat berdiri ditempatnya semula. Seolah-olah tadi, dia tidak bergerak sedikitpun. Tapi yang kaget justru Surya sendiri. Dia dapat melihat tadi bagaimana sosok Jaka Samudra bergerak bagaikan bayang-bayang untuk menghindari serangan jarak jauhnya.Merasa tak percaya dan rasa penasaran yang tinggi, Surya kembali menghimpun tenaga dalamnya, dan ;“Khhaaa!” Surya berteriak dengan keras seraya melompat tinggi kearah depan, melepaskan pukulan ‘Matahari Kembar’nya secara b
Di tempatnya, lagi-lagi wajah Bintang berubah melihat hal itu, ini untuk pertama kalinya ada lawan yang bisa mematahkan serangan ‘Keagungan Emas’nya. Saat Bola keemasan warna warni itu melayang tinggi keatas, Bintang secara spontan mengangkat pandangannya kearah Bola keemasan warna warni tersebut. Di ketinggian ; “Blleeggarrr...!” Ledakan dahsyat terjadi, langit terlihat seakan terbelah. Cuacanya yang tadinya cerah, kini mulai berubah merah, semerah darah.Di bawah, Bintang cukup terkejut dengan apa yang dipertunjukkan oleh mahluk bernama Anubis itu, saat Bintang mengalihkan pandangannya kembali kearah Anubis, terlihat saat ini. Anubis tengah menatapnya dengan tajam. Sepertinya serangan terakhir Bintang tadi, cukup berpengaruh untuknya.Bintang kini menyadari kalau jurus Cermin Agung Matahari Rembulannya tidak berarti apa-apa bagi lawan yang kini dihadapinya. Maka ;Blezzzsshhh... !Sosok Cermin Agung Matahari Rembulan lenyap dari tubuh Bintang. Sebagai gantinya, kini tubuh Bintang me
Taapp..!Sosok Surya terlihat menapakkan kaki kanannya ke tanah, seketika tubuhnya melayang ke udara. Jaka Samudra terlihat sudah membuka kedua matanya, kedua tangannya membelah ke arah kiri dan kanannya, tubuhnya juga kini mulai terangkat ke udara.Kini kedua sosok digdaya ini, masing-masing sudah berada diudara, menapak angin. Bila Surya menjejak udara dengan kedua kakinya, Jaka Samudra justru masih dalam keadaan semadi.Surya terlihat mengangkat telapak tangannya ke arah langit, selarik sinar kuning keemasan terlihat turun dari arah matahari dan kini menghampar di telapak tangan kanan Surya, sepertinya kali ini Surya benar-benar telah mengerahkan Ilmu Matahari Di Langit Ke-9 hingga ke tingkat puncak. Sementara itu, Jaka Samudra sendiri terlihat mulai menggerakkan kedua tangannya setengah melingkar didepan tubuhnya, lalu diputarnya lagi kearah sebaliknya. Seiring dengan putaran kedua tangan Jaka Samudra, terlihat tangan-tangan itu membentuk bayangan-bayangan yang cukup banyak. Di te
“Disuruh pergi, kok malah melamun. Sudah bosan hidup kah kau. Ingat! Kesabaranku juga ada batasnya!” terdengar sebuah bentakan yang segera menyadarkan Surya dari keadaannya. Surya kembali menolehkan pandangannya ke jurusan asal suara tersebut yang rupanya berasal dari lawan butanya. Ada rasa marah dan kesal, karena merasa dirinya terhina kalah oleh seorang lawan buta, tapi apa yang bisa dilakukan oleh Surya saat ini, kecuali pergi dengan membawa malu. Dengan sisa-sisa tenaganya, Surya bangkit dan kemudian pergi berkelebat meninggalkan tempat itu.Kekalahan Surya mungkin tak begitu dihiraukan ataupun diperhatikan oleh para bangsa jin yang saat ini tengah bertarung sengit dengan Anubis. Tapi ada satu orang yang melihat semua itu dengan tatapan kagum, dia adalah Jiu Long. Jiu Long tak habis pikir, bagaimana seorang buta seperti Jaka Samudra memiliki kesaktian yang begitu sangat hebat. Bahkan Jiu Long merasa, kalau dirinya yang bertarung dengan Jaka Samudra. Belum tentu dia bisa mengalah