Beranda / Pendekar / Ksatria Pengembara Season 1 / Putri Kipas Kayangan - 23

Share

Putri Kipas Kayangan - 23

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keterangan yang begitu panjang lebar itu membuat wajah Gusti Prabu Anggoro Putro kian berpaling kearah Ki Prabaskara.

“Tidak, semua itu bohong gusti, mereka sudah merencanakan semua ini untuk memfitnah saya”. ucap ki Prabaskara lagi cepat membantahnya.

“Kau tak perlu memungkirinya ki Prabaskara, aku sendiri adalah saksi hidup yang mendengar langsung ucapanmu malam tadi”. ucap Putri Kipas Kayangan lagi seraya melepas cadar diwajahnya, dan ;

“G.... Gusti Putri Roro Ajengg!!”. hampir semua orang yang ada ditempat itu sangat terkejut begitu melihat wajah dibalik cadar kuning itu, seraut wajah cantik nan jelita yang sudah tidak asing lagi bagi mereka.

“Roro Ajeng...”. bahkan Gusti Prabu Anggoro Putro sendiri sampai terperanjat begitu mengetahui kalau ternyata adik kandungnya sendiri yang selama ini bergelar Putri Kipas Kayangan. Keterkejutan Gusti Prabu Anggoro Putro juga dirasakan oleh pejabat-pejabat kerajaan i

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ksatria Pengembara Season 1   13. Asmara Putri Kipas Kayangan

    Semilir angin berhembus lembut sore itu, membelai semua yang dilalui. Segerombolan burung tampak terbang bergerombol pulang kembali kesarangnya, pulang setelah seharian mencari makan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pak tani dan bu tanipun tampak pulang setelah seharian membajak sawahnya, walau wajah-wajah terlihat begitu lelah, tetapi ada senyum kepuasan diwajah keduanya saat melihat hamparan padi mereka yang menguning. Para nelayanpun sudah tampak menyandakan perahu mereka, tumpukan ikan tampak menghampar diatas perahu kecil mereka, tapi hal itu sudah cukup memuaskan bagi para nelayan. Itulah kehidupan yang terus berjalan dari hari ke hari. Setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri dalam memenuhi kebutuhan mereka. Tapi tidak semua tempat dibelahan bumi ini sore itu berjalan seperti biasanya, tepatnya disebuah pulau yang bernama Pulau Bintan, sore itu telah terjadi sebuah peristiwa yang cukup mengejutkan dan menghebohkan bagi seluruh penghuni istana kerajaan Bintan, ki Pr

  • Ksatria Pengembara Season 1   13. Bagian 2

    “Tapi bagaimana mungkin !”. batin Gusti Prabu Anggoro Putro seakan tak mengerti dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, sesaat wajah Gusti Prabu Anggoro Putro terlihat kembali menatap kearah pertarungan yang terjadi dihadapannya. “Siapa sebenarnya pendekar muda itu ?”. batin Gusti Prabu Anggoro Putro lagi seraya menatap kearah Bintang. Lalu sosok Gusti Prabu Anggoro Putro kembali berjalan mendekati adiknya alias Putri Kipas Kayangan. “Ajeng”. tegur Gusti Prabu Anggoro Putro dengan lembut saat sudah berada disebelah Roro Ajeng, adik kandungnya. Ajeng terlihat sedikit terkejut karena tidak menyadari keberadaan kakaknya tadi didekatnya. “Kanda”. ucap Ajeng tersenyum lembut, Gusti Prabu Anggoro Putro membalasnya dengan tersenyum lembut pula. “Lihat ini Ajeng ?”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi seraya menyerahkan tali ditangannya kepada Roro Ajeng yang segera menerimanya, sejenak terlihat Roro Ajeng memperhatikan tali itu dengan seksama. “Hebat sekali”. ucap Roro Ajeng tanpa sa

  • Ksatria Pengembara Season 1   13. Bagian 3

    Bintang yang melihat hal itu cukup terperanjat. “Rupanya Ki Prabaskara benar-benar ingin mengadu jiwa denganku”. batin Bintang lagi, tapi Bintang memang tidak punya pilihan lain lagi, kecuali menggunakan salah satu pukulan pamungkasnya. Maka takkala Bintang mulai menyalurkan Hawa Inti Saljunya ke Pedang Lentur yang ada ditangan kanannya, secara perlahan tapi pasti pula, Pedang Lentur ditangan Bintang mulai tampak aliran-aliran cahaya putih yang meringkupi sekujur pedang tersebut dari ujung hingga kegagang pedang tersebut. Secara perlahan tapi pasti pula, hawa panas ditempat itu mulai berganti menjadi sejuk, rupanya Hawa Inti Salju milik Bintang mampu menindih hawa panas yang keluar dari golok besar ditangan Ki Prabaskara. Walau terkejut dengan apa yang terjadi, tentu saja Ki Prabaskara tidak ingin memperlihatkan rasa terkejutnya itu diwajahnya, dengan tatapan tajam ditatapnya sosok Bintang yang masih berdiri dihadapannya. “Hiyaatttt” “Hyatttttt.”. Hampir bersamaan sosok Ki Prabask

  • Ksatria Pengembara Season 1   13. Bagian 4

    Pagi itu Perguruan Tongkat Dewa terlihat seperti biasanya, diberbagai tempat dihalaman perguruan itu, terlihat beberapa orang murid perguruan yang tengah berlatih, baik itu dengan jurus-jurus tangan kosong, maupun dengan tongkat. Tapi ada juga diantara mereka yang asyik membicarakan tentang desas-desus apa kematian Ki Prabaskara dalam pertarungan sengit yang terjadi di istana kerajaan Bintan. Memang sudah beberapa hari sejak peristiwa menggegerkan kerajaan Bintan itu terjadi, hingga kabar tentang peristiwa itu kini telah menyebar dan merata diseluruh tempat. “Ketua sudah kembali. Ketua sudah kembali !!”. tiba-tiba saja sebuah teriakan keras terdengar membahana ditempat itu, sebuah pemberitahuan yang dengan serta merta membuat semua aktifitas yang berlangsung diperguruan itu terhenti, dengan cepat mereka berkumpul didepan pintu gerbang perguruan untuk menantikan orang yang memang tengah mereka tunggu. Tak lama kemudian terlihatlah sosok Ki Lanang, Jaka Laksono, Ratih Kumala dan Rama

  • Ksatria Pengembara Season 1   13. Bagian 5

    “Tak kusangka Ajeng bisa memiliki ilmu kanuragan sehebat itu ?”. ucapnya lagi menjelaskan ucapannya tadi. “Benar dinda, kanda juga tidak menyangka kalau selama ini diam-diam Ajeng telah belajar ilmu kanuragan pada bibinya. Padahal selama ini kanda kira Ajeng tidak pernah sedikitpun menyukai ilmu kanuragan”. Ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi. Lalu keduanya kembali memperhatikan kearah pertarungan yang terjadi. “Benar-benar hebat, bagaimana menurut paman ?”. tanya Gusti Prabu Anggoro Putro lagi tiba-tiba kepada sosok patih yang ada disebelahnya. “Eh, iya ada apa gusti ?” tanya Gusti Prabu Anggoro Putro terlihat gugup. “Maksudku bagaimana pendapat paman mengenai Bintang ?”. “Oh, sungguh sangat hebat gusti, ternyata kabar yang selama ini beredar tidaklah berlebihan.”. ucap patih itu lagi menyampaikan pendapatnya. “Benar paman, lihat saja jurus-jurus yang dipergunakannya benar-benar sangat mengagumkan, baru kali ini aku melihat jurus menghindar yang indah dan sesempurna itu, tak sat

  • Ksatria Pengembara Season 1   Asmara Putri Kipas Kayangan - 6

    Malam mulai semakin larut saat keheningan mulai begitu terasa, sesekali terdengar suara jangkrik dan binatang-binatang malam lainnya membahana memecah kesunyian malam. Kesunyian dan keheningan itupun begitu terasa dilingkungan istana kerajaan Bintan. Beberapa orang prajurit yang berjaga, sesekali terlihat menguap karena menahan ngantuk. Udara malam itu sedikit terasa gerah, dan mungkin hal ini pulalah yang membuat Bintang terlihat memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar untuk mendinginkan tubuhnya. Sesekali Bintang berpapasan dengan para prajurit yang tengah meronda.Untuk menenangkan diri dan pikirannya, Bintang memutuskan untuk pergi ketaman belakang istana, karena disana suasananya pasti lebih sejuk dan tenang untuk menyendiri, akhirnya Bintang melangkahkan kakinya kesana. Tak lama kemudian Bintangpun tiba disebuah pondok pesanggrahan tanpa dinding yang ada ditaman belakang tersebut, Bintang segera melepaskan rasa lelah dan letih ditubuhnya yang menyandarkan dirinya ditem

  • Ksatria Pengembara Season 1   Asmara Putri Kipas Kayangan - 7

    “Percayalah Ajeng, sedikitpun tidak ada perasaan kakang kepada Ayuandira dan mengenai kejadian malam itu tidak seperti yang Ajeng pikirkan”. ucap Bintang lagi mencoba menenangkan perasaan Roro Ajeng. Karena tidak melihat reaksi Roro Ajeng terhadap ucapannya, perlahan tangan Bintang terangkat dan dengan lembut Bintang mengangkat wajah yang tertunduk itu hingga kini keduanya saling menatap mesra satu sama lain.“Bagaimana mungkin aku menjatuhkan cintaku pada orang lain, padahal hatiku sudah terpaut pada seseorang”. ucap Bintang akhirnya hingga kontan membuat wajah Roro Ajeng berubah mendengar hal itu, ditatapnya Bintang dengan tatapan tidak percaya.“Ss...siapa wanita itu kakang ?”. ucap Roro Ajeng dengan perasaan berdebar.“Dia adalah gadis yang pertama kali kutemui saat aku menginjakkan kakiku dinegeri ini”. ucap Bintang lagi hingga semakin membuat Roro Ajeng penasaran.“Jangan membuatku penasaran kaka

  • Ksatria Pengembara Season 1   Asmara Putri Kipas Kayangan - 8

    “Sudah gusti, saat ini sebagian dari senopati dan beberapa orang para tumenggung sudah menyatakan kesetiaan mereka pada kita”. ucap salah seorang dari kedua sosok yang ada dihadapannya itu.“Tapi gusti, gara-gara kejadian kemarin, banyak para tumenggung yang mulai meragukan rencana ini”. ucap yang satunya lagi cepat.“Yah, hal itu pula yang saat ini menjadi pemikiranku, kemunculan Ksatria Pengembara benar-benar diluar rencana dan benar-benar telah menggagalkan semua rencana kita....tapi untung saja Ki Prabaskara masih memegang teguh janjinya untuk tidak membongkar rencana kita”.“Benar gusti, apalagi sekarang kita tahu kalau gusti Putri Roro Ajeng adalah Putri Kipas Kayangan, sepertinya sangat sulit rencana kita akan berhasil”. ucap salah seorang diantara mereka lagi.“Lalu apa rencana gusti sekarang. Apakah rencana kita semula harus tetap kita jalankan”.“Untuk sementara kita tanggu

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 14

    “Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 13

    Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 12

    Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu

DMCA.com Protection Status