Maka bersama tawanannya, Bintang dan Putri Kipas Kayangan segera dibawa masuk kedalam bangunan besar itu, untunglah didalam bangunan tidak ada penjagaan sedikitpun, dan mereka berjalan menuju kesebuah lorong yang cukup panjang dan saat mencapai pintu lorong, langkah mereka berhenti.
“Kenapa berhenti. ?”.
“Orang yang tuan cari ada diujung lorong dibalik pintu ini......”.
“Lalu kenapa kau berhenti ?”. tanya Putri Kipas Kayangan lagi.
“Didalam sana guru telah menyiapkan banyak jebakan, selain guru dan kakang Dayungkara tidak ada seorangpun yang bisa memasukinya”. ucapnya lagi menjelaskannya, maka ;
“Dugg...akhh.....”. satu hentakan kecil menghantam tengkuknya dan langsung membuatnya pingsan, rupanya Bintang yang melakukan hal itu.
“Nisanak, sebaiknya aku saja yang masuk kesana sendiri”. Ucap Bintang lagi.
“Tidak, aku tak mau tinggal disini sendiri, aku akan iku
“Duuarrr......akhhh......”. tapi hasilnya sungguh mengejutkan sekali, bukannya jeruji besi itu yang hancur, tapi justru Putri Kipas Kayangan yang terpekik saat merasakan tenaganya terpental balik menghantam dirinya sendiri hingga membuat tubuhnya terpental cukup deras kebelakang, untung saja dia masih bisa mengendalikan gerak jatuh tubuhnya hingga tubuhnya tak sampai menghantam dinding lorong itu.“Jangan memaksakan dirimu nisanak, jeruji ini terlalu kokoh untuk dihancurkan”. ucap Bintang lagi memperingatkan.“Tapi aku tidak akan meninggalkan kakang sendirian”. ucap Putri Kipas Kayangan lagi terlihat cemas.“Mereka disini ! mereka disini!!”. Bintang berpaling kearah asal suara, dimana suara-suara itu semakin mendekat.“Cepat tinggalkan tempat ini sebelum terlambat nisanak”. ucap Bintang lagi cepat.“Tidak, aku tidak akan pergi, akan kuhadapi mereka”. ucap Putri Kipas Kayangan t
“Ki Prabaskara, apakah benar laporan yang kau buat ini ?”. tanya Gusti Prabu Anggoro Putro lagi.“Benar gusti”. jawab ki Prabaskara singkat. Gusti Prabu Anggoro Putro terlihat kembali menatap kearah Bintang.“Siapa namamu ?”“Bintang gusti”“Bintang, apakah benar apa yang dituduhkan oleh ki Prabaskara kalau kau telah menyusup dan membuat kekacauan di perguruannya”.“Ampunkan hamba gusti, tapi apa yang dituduhkan oleh Ki Prabaskara itu tidak sepenuhnya benar ?”. ucap Bintang lagi.“Kalau begitu silahkan kau jelaskan padaku kenapa kau bisa diperguruan ki Prabaskara ?”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi, dan Bintang terlihat menarik napas panjang, dan ;“Hamba pergi ke perguruan Golok Hantu karena ingin mencari teman hamba yang telah diculik oleh orang yang tak dikenal beberapa malam yang lalu gusti. Dan hamba mendapatkan informasi daris seseorang
“Bagaimana kabar Romomu Laksono ?”“Romo baik-baik saja gusti, maaf Romo tidak bisa datang, Romo hanya menitipkan salam kepada Gusti Prabu .....”. ucap Laksono lagi.“Sampaikan salam hormat saya kepada beliau Laksono”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi.“Ada gerangan apa kedatanganmu kemari Laksono, pasti ada sesuatu yang amat penting”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi.“Benar gusti, kedatangan saya kemari adalah membawakan bukti dan saksi atas apa yang diutarakan oleh Bintang tadi kepada gusti.....”. ucap Laksono lagi hingga membuat wajah Gusti Prabu Anggoro Putro terlihat berubah, bahkan yang paling terkejut adalah ki Prabaskara sendiri, wajahnya kian memucat saat melihat Laksono terlihat mengeluarkan sebuah gulungan surat dan menyerahkannya kepada Gusti Prabu Anggoro Putro.“Surat itu...”. batin ki Prabaskara dengan wajah berubah.Wajah Gusti Prabu Anggoro Putro
Keterangan yang begitu panjang lebar itu membuat wajah Gusti Prabu Anggoro Putro kian berpaling kearah Ki Prabaskara.“Tidak, semua itu bohong gusti, mereka sudah merencanakan semua ini untuk memfitnah saya”. ucap ki Prabaskara lagi cepat membantahnya.“Kau tak perlu memungkirinya ki Prabaskara, aku sendiri adalah saksi hidup yang mendengar langsung ucapanmu malam tadi”. ucap Putri Kipas Kayangan lagi seraya melepas cadar diwajahnya, dan ;“G.... Gusti Putri Roro Ajengg!!”. hampir semua orang yang ada ditempat itu sangat terkejut begitu melihat wajah dibalik cadar kuning itu, seraut wajah cantik nan jelita yang sudah tidak asing lagi bagi mereka.“Roro Ajeng...”. bahkan Gusti Prabu Anggoro Putro sendiri sampai terperanjat begitu mengetahui kalau ternyata adik kandungnya sendiri yang selama ini bergelar Putri Kipas Kayangan. Keterkejutan Gusti Prabu Anggoro Putro juga dirasakan oleh pejabat-pejabat kerajaan i
Semilir angin berhembus lembut sore itu, membelai semua yang dilalui. Segerombolan burung tampak terbang bergerombol pulang kembali kesarangnya, pulang setelah seharian mencari makan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pak tani dan bu tanipun tampak pulang setelah seharian membajak sawahnya, walau wajah-wajah terlihat begitu lelah, tetapi ada senyum kepuasan diwajah keduanya saat melihat hamparan padi mereka yang menguning. Para nelayanpun sudah tampak menyandakan perahu mereka, tumpukan ikan tampak menghampar diatas perahu kecil mereka, tapi hal itu sudah cukup memuaskan bagi para nelayan. Itulah kehidupan yang terus berjalan dari hari ke hari. Setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri dalam memenuhi kebutuhan mereka. Tapi tidak semua tempat dibelahan bumi ini sore itu berjalan seperti biasanya, tepatnya disebuah pulau yang bernama Pulau Bintan, sore itu telah terjadi sebuah peristiwa yang cukup mengejutkan dan menghebohkan bagi seluruh penghuni istana kerajaan Bintan, ki Pr
“Tapi bagaimana mungkin !”. batin Gusti Prabu Anggoro Putro seakan tak mengerti dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, sesaat wajah Gusti Prabu Anggoro Putro terlihat kembali menatap kearah pertarungan yang terjadi dihadapannya. “Siapa sebenarnya pendekar muda itu ?”. batin Gusti Prabu Anggoro Putro lagi seraya menatap kearah Bintang. Lalu sosok Gusti Prabu Anggoro Putro kembali berjalan mendekati adiknya alias Putri Kipas Kayangan. “Ajeng”. tegur Gusti Prabu Anggoro Putro dengan lembut saat sudah berada disebelah Roro Ajeng, adik kandungnya. Ajeng terlihat sedikit terkejut karena tidak menyadari keberadaan kakaknya tadi didekatnya. “Kanda”. ucap Ajeng tersenyum lembut, Gusti Prabu Anggoro Putro membalasnya dengan tersenyum lembut pula. “Lihat ini Ajeng ?”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi seraya menyerahkan tali ditangannya kepada Roro Ajeng yang segera menerimanya, sejenak terlihat Roro Ajeng memperhatikan tali itu dengan seksama. “Hebat sekali”. ucap Roro Ajeng tanpa sa
Bintang yang melihat hal itu cukup terperanjat. “Rupanya Ki Prabaskara benar-benar ingin mengadu jiwa denganku”. batin Bintang lagi, tapi Bintang memang tidak punya pilihan lain lagi, kecuali menggunakan salah satu pukulan pamungkasnya. Maka takkala Bintang mulai menyalurkan Hawa Inti Saljunya ke Pedang Lentur yang ada ditangan kanannya, secara perlahan tapi pasti pula, Pedang Lentur ditangan Bintang mulai tampak aliran-aliran cahaya putih yang meringkupi sekujur pedang tersebut dari ujung hingga kegagang pedang tersebut. Secara perlahan tapi pasti pula, hawa panas ditempat itu mulai berganti menjadi sejuk, rupanya Hawa Inti Salju milik Bintang mampu menindih hawa panas yang keluar dari golok besar ditangan Ki Prabaskara. Walau terkejut dengan apa yang terjadi, tentu saja Ki Prabaskara tidak ingin memperlihatkan rasa terkejutnya itu diwajahnya, dengan tatapan tajam ditatapnya sosok Bintang yang masih berdiri dihadapannya. “Hiyaatttt” “Hyatttttt.”. Hampir bersamaan sosok Ki Prabask
Pagi itu Perguruan Tongkat Dewa terlihat seperti biasanya, diberbagai tempat dihalaman perguruan itu, terlihat beberapa orang murid perguruan yang tengah berlatih, baik itu dengan jurus-jurus tangan kosong, maupun dengan tongkat. Tapi ada juga diantara mereka yang asyik membicarakan tentang desas-desus apa kematian Ki Prabaskara dalam pertarungan sengit yang terjadi di istana kerajaan Bintan. Memang sudah beberapa hari sejak peristiwa menggegerkan kerajaan Bintan itu terjadi, hingga kabar tentang peristiwa itu kini telah menyebar dan merata diseluruh tempat. “Ketua sudah kembali. Ketua sudah kembali !!”. tiba-tiba saja sebuah teriakan keras terdengar membahana ditempat itu, sebuah pemberitahuan yang dengan serta merta membuat semua aktifitas yang berlangsung diperguruan itu terhenti, dengan cepat mereka berkumpul didepan pintu gerbang perguruan untuk menantikan orang yang memang tengah mereka tunggu. Tak lama kemudian terlihatlah sosok Ki Lanang, Jaka Laksono, Ratih Kumala dan Rama
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu