Sinar kuning keemasan terlihat memancar keluar diufuk timur, sinarnya terasa begitu hangat membelai kulit, bias-bias empun masih terlihat dihelai-helai daun, kicauan burung terdengar merdu diantara dahan dan ranting-ranting pohon-pohon yang tumbuh liar disebuah huta, seakan ikut menyambut gembira akan datangnya pagi yang cerah itu.
Tapi suasana indah itu ternyata tidak terlihat pada tiga sosok tubuh yang berdiri saling berhadapan, terlihat jelas ketegangan dan tatapan yang penuh kecurigaan diantara mereka. Yang berada paling barat adalah sosok seorang pemuda yang berparas tampan, pemuda itu tampak mengenakan pakaian serba hitam, hanya wajah saja yang masih terlihat, sorot matanya tajam seperti mata seekor burung rajawali, melihat sosok penampilannya, jelas pemuda ini bukanlah orang biasa, melainkan seorang pendekar. Tapi tidak terlihat sebuah senjatapun yang ada ditubuhnya. Sebagaimana pada kisah sebelumnya (Dewi Topeng Perak), kita ketahui pemuda ini disebut Bayu oleh sahab
“Sabar dulu kisanak, aku sungguh-sungguh berada dipihak kalian”. ucap Bintang mencoba memberitahukan maksudnya. “Huh!! siapa yang bisa menjamin kalau ternyata kau adalah mata-mata Gerombolan Kapak Merah ha!!”. ucap Arya dengan tegas. “Aku...aku”. kali ini justru Bintang tak tahu harus menjawab apa, karena Bintang memiliki tidak memiliki bukti untuk menguatkan ucapannya tadi. “Arya, tunggu!!”. sebelum Arya melepaskan anak panahnya, Bayu dengan cepat mencegahnya. “Jangan halangi aku Bayu, siapa saja yang menjadi pengikut Gerombolan Kapak Merah harus mati ditanganku”. ucap Arya lagi. “Ya aku tahu hal itu Arya, tapi bagaimana jika kita salah dan justru dia memang benar-benar berada dipihak kita”. ucap Bayu lagi hingga membuat Arya terdiam, apa yang diucapkan oleh Bayu barusan memang amat dibenarkan. Bayu yang memang terlihat lebih matang dalam berfikir dan bertindak terlihat maju kedepan beberapa langkah kehadapan Bintang. “Maafkan sahabat
“Aku juga tidak tahu Bayu, tapi aku menemukannya hanyut disungai.”. ucap Arya lagi seraya menurunkan sosok gadis yang berada didalam pondongannya tersebut. Bintang terlihat langsung memeriksa urat nadi gadis tersebut. “Dia masih hidup tapi denyut nadinya amat lemah Bintang”. ucap Arya lagi cepat, tapi Bintang terlihat masih memeriksa keadaan denyut nadi gadis tersebut. Dan Arya sedikit terkejut melihat perubahan diwajah Bintang. “Aa...ada apa Bintang ?”. ucap Arya dengan gugupnya, entah kenapa Arya terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan gadis tersebut. “Sepertinya ada racun yang mengidap didalam tubuhnya”. ucap Bintang lagi hingga semakin mengejutkan Arya. “Rr....racun”. “Ya racun, sepertinya dia terkena pukulan beracun oleh seseorang”. ucap Bintang lagi dan entah kenapa saat itu pandangan Bintang justru terarah pada bagian punggung sang gadis yang saat itu karena dalam keadaan basah, jadi dibalik pakaian yang kini telah basah itu, Bint
“Sebelum guruku meninggal, dia meninggalkan satu pesan padaku....guru mengatakan kalau aku tidak boleh menemui romo dan kakakku sebelum usiaku mencapai 28 tahun”. ucap Bayu lagi. “Pesan yang aneh”. ucap Bintang lagi. “Yah, aku juga tidak tahu apa maksud guru, tapi itulah pesan terakhirnya padaku......walau sebenarnya bisa saja aku melanggarnya tapi aku tak ingin membuat guru kecewa diatas sana”. ucap Bayu lagi seraya menatap kearah langit. “Kau memang murid yang berbakti Bayu..... gurumu pasti sangat bangga mempunyai murid sepertimu.....mudah-mudahan tak lama lagi keinginanmu itu akan terwujud”. “Yah, mudah-mudahan saja Bintang”. ucap Bayu tersenyum. “Lalu bagaimana denganmu Bintang, kau belum menjawab pertanyaanku tadi ?”. ucap Bayu tiba-tiba. “Pertanyaan yang mana ?”. “Pertanyaan tentang cinta”. ucap Bayu lagi. Dan akhirnya Bintang terlihat menarik napas panjang mendengar hal itu. “Ah, sebaiknya kau tak perlu menceritakannya
“Jangan bersedih Suri, aku sendiripun memiliki dendam yang amat besar kepada orang-orang Gerombolan Kapak Merah”. ucap Arya terlihat mencoba menenangkan hati Suri. “Semua saudara-saudara seperguruanku tewas dibunuh oleh mereka, dan akupun memiliki sumpah yang sama denganmu, akan kubunuh Iblis Kapak Merah itu dengan kedua tanganku ini”. ucap Arya lagi dengan penuh dendam. Suri cukup terharu mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Arya, sungguh tak diduganya ternyata Arya lebih banyak kehilangan orang-orang yang disayanginya daripada dirinya. “Sudah ! sudah, tidak perlu larut dalam kesedihan, semua yang terjadi sudah menjadi kehendak Sang Hiang Widi, tak baik menyesali diri”. ucap Bayu lagi angkat bicara. “Benar, aku yakin jika kita bersatu, kita pasti bisa menghancurkan Gerombolan Kapak Merah itu.”. ucap Bintang lagi bersemangat dan langsung disambut dengan anggukan kepala teman-temannya yang lain. “Benar apa yang dikatakan Bintang, Suri, semula ak
“He he he...!, percuma kau memberontak, rantai ini tidak akan bisa kau putuskan”. terdengar kembali sebuah suara mengejek dari hadapannya, Dewi Topeng Perak kembali terlihat mengangkat wajahnya, tatapan menatap tajam kearah sosok yang ada dihadapannya. “Lepaskan aku! lepaskan aku..!!”. ucap Dewi Topeng Perak lagi. Tapi sosok yang ada dihadapannya justru tertawa, diantara sosok-sosok yang ada dihadapannya, hanya satu orang yang dikenali oleh Dewi Topeng Perak yaitu sosok si Jarum Beracun. Dewi Topeng Perak terlihat cepat memalingkan wajahnya saat kedua tangan si Jarum Beracun membelai bibir indahnya, tapi dengan keras si Jarum Beracun memutar kembali wajahnya. “Kau tahu Dewi Topeng Perak, keinginanku untuk merengkuh kehangatan dari tubuhmu masih terus bergelora, dan malam ini takkan ada seorangpun yang bisa menolongmu seperti dulu”. ucap si Jarum Beracun lagi tertawa. “Cuih ! berani kau sentuh aku, aku bersumpah akan mencabik-cabik tubuhmu dengan tanga
“Sepertinya saudaramu itu tidak akan lama lagi membujang Bayu.”. ucap Bintang lagi “Yah, mungkin Suri memang jodohnya Bintang, mau apa lagi”. ucap Bayu pula ikut tersenyum. Kedua terus melangkah santai melewati jalan setapak tersebut, hingga tiba-tiba saja Bintang menghentikan langkahnya, Bayu yang ada disebelahnyapun ikut menghentikan langkahnya, ditatapnya wajah Bintang. “Ada apa Bintang ?” “Coba kau dengar Bayu ?”. bukannya menjawab pertanyaan Bayu, Bintang justru menyuruh Bayu untuk mempertajam pendengarannya. Walau samar, tapi lamat-lamat Bayu dapat mendengar sebuah suara pertarungan. “Ayo Bayu”. ucap Bintang lagi seraya berkelebat kearah selatan, tanpa menunggu waktu lagi, Bayupun ikut berkelebat kearah selatan mengikuti Bintang. Tak perlu menunggu lama, Bintang dan Bayu sudah tiba disebuah tempat dimana satu pemandangan yang amat mengejutkan tengah terjadi didepan keduanya, tepatnya disebuah dataran padang rumput yang luas, terl
“Ternyata nama besar Gerombolan Kapak Merah yang amat ditakuti itu hanyalah diisi oleh cecunguk-cecunguk busuk seperti kalian, sungguh memalukan”. ucap pemuda itu lagi. Walau terkejut dengan kepandaian yang sangat luar biasa yang diperlihatkan oleh pemuda itu, tapi mana mungkin bagi si Jarum Beracun memperlihatkan rasa takutnya dihadapan belasan anak buahnya, mau dikemanakan wajahnya kelak. “Jangan sombong kau anak muda, ingin kulihat apa kecepatanmu bisa mengalahkan jarum-Jarum Beracunku ini”. ucap si Jarum Beracun lagi. “Cring.....cringg”. sang pemuda itu tak memberikan jawaban, tapi kedua tangannya tampak meraih kedua pedang yang ada dipunggungnya. “Ayo kita buktikan.!!”. ucap sang pemuda lagi, si Jarum Beracunpun segera mempersiapkan serangannya, sesaat terlihat keduanya terlihat saling pandang satu sama lain, seakan-akan ingin mencoba mengukur ilmu kepandaian masing-masing, sementara itu para pengikut Gerombolan Kapak Merah hanya bisa menahan nafas merek
Sementara itu langkah sang Dewa Pedang Kembar terlihat tiba disebuah tanah kosong dimana disekelilingnya ditumbuhi oleh pepohonan yang besar dan tinggi. Disini langkah sang pemuda berhenti dan tiba-tiba saja dia berbalik. “Jika bukan pengecut, cepat tunjukkan diri!!”. tiba-tiba saja sang Dewa Pedang Kembar mengeluarkan ucapan, entah apa maksudnya. “Serrrr....serrrr”. dua sosok tubuh muncul dihadapan sang Dewa Pedang Kembar, mereka tentu tak lain adalah Bintang dan Bayu adanya yang merasa kalau keberadaan mereka sudah diketahui oleh sang pemuda, maka mereka memutuskan untuk menampakkan diri. Sang Dewa Pedang Kembar terlihat menatap kedua pemuda yang sebaya dengannya itu. “Apakah kalian juga salah satu pengikut dari Gerombolan Kapak Merah yang ingin membalas dendam”. ucap sang Dewa Pedang Kembar lagi. “Oh tidak, jangan salah sangka nisanak, kami bukan pengikut mereka, justru kami ingin menghancurkan Gerombolan Kapak Merah”. ucap Bintang lagi.
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu