“Putri Samudra adalah istriku. Jadi aku harus ikut campur dengan urusan ini” ucap Bintang tegas. Wajah Dewi Laut tampak berubah mendengar hal itu.
“Kalau begitu akan kubuat kau menemui istrimu di alam sana!” ucap Dewi Laut dengan tegas.
“Serang dia!” terdengar perintah keras Dewi Laut kepada seribu prajuritnya.
Maka dengan serentak seribu prajurit Dewi Laut langsung menyerang kedepan, suaranya begitu riuh gemuruh bagaikan gelombang air bah yang datang menerjang. Bintang sendiri masih tetap tenang ditempatnya. Begitu serangan sudah semakin dekat datang, Bintang terlihat mengangkat kedua tangannya, kedua tangan Bintang terlihat membentuk cakar. Begitu serangan para prajurit mendekat, Bintangpun bergerak.
Serrrr!!
Sosok Bintang bergerak.
Desss!! Desss!! Desss!! Desss!! Desss!!
Dalam satu gebrakan saja, beberapa orang prajurit sudah menjadi sasaran cakar Bintang dan Bintang terus bergerak menghadapi law
Hupp!Dengan gerakan yang sangat ringan sekali, Dewi Laut melompat turun kebawah dan kini sudah berdiri beberapa tombak saja didepan Bintang.“Hentikan semua ini Dewi Laut, sebelum semuanya terlambat”“Jangan banyak bicara dihadapanku, hadapi aku kalau kau mampu!” ucap Dewi Laut terlihat menancapkan tongkat ularnya kebawah. Dewi Laut terlihat meraih selendang dipinggangnya.“Ular putih, cepat ajak Naga Manggala bertarung keluar dari tempat ini.” perintah Dewi Laut lagi.“Gharrrmmm....!” ular putih mengeluarkan suara kerasnya.“Ghraaghhh!” Naga Manggala tak mau kalah mengeluarkan erangan kerasnya.“Pergilah Manggala, selesaikan urusanmu dan ular putih, diluar” ucap Bintang lagi.“Ghraaghhh!” kembali Naga Manggala mengeluarkan erangan kerasnya.Bintang menyadari kalau membiarkan Naga Manggala dan ular putih raksasa bertarung ditempat
Betapa geramnya Dewi Laut yang melihat sepasang selendangnya yang sudah hancur, maka ;Tappp!Dewi Laut mencabut lepas tongkat ularnya dari lantai. Tongkat ular ditangan Dewi Laut tiba-tiba saja memancarkan cahaya putih yang sangat menyilaukan pandangan, bahkan Bintang sampai harus menutupi pandangannya.Wuuutttt!Saat itulah Bintang merasakan satu desiran cepat yang datang dari arah depan, Bintang yakin Dewi Laut tengah melancarkan serangannya. Akhirnya Bintang menurunkan tangannya yang tadi menutupi pandangannya, kedua mata terlihat sudah terpejam.Sementara itu Dewi Laut yang memang telah menyerang Bintang dengan tongkat ular yang mengeluarkan cahaya putih menyilaukan, anehnya Dewi Laut seperti tidak terpengaruh dengan cahaya kemilau putih yang keluar dari tongkat ularnya, melihat lawannya menutup mata, Dewi Laut semakin bersemangat melancarkan serangan tongkatnya, Dewi Laut yakin lawannya akan dengan mudah dikalahkannya.Daggg!Wa
Wweerrrrr!Satu demi satu ular putih itu menghilang saat terkena sinar keemasan yang memancar keluar tersebut, hingga dalam sekejap saja tubuh Bintang kembali terlihat setelah puluhan bahkan ratusan ular putih lenyap, rupanya tubuh Bintang yang mengeluarkan cahaya keemasan yang berasal dari Nur Prasetya Bumi yang Bintang kerahkan, rupanya Dewi Laut tengah melancarkan serangan sihirnya kepada Bintang.Melihat ular-ular sihirnya menghilang, wajah Dewi Laut kembali berubah. Sementara itu pancaran keemasan yang keluar dari tubuh Bintangpun sudah hilang.Dewi Laut tampak memejamkan matanya, sementara Bintang masih tetap diam saja ditempatnya, menanti apa yang akan dilakukan oleh Dewi Laut.Wuuuttt!!Tiba-tiba saja Dewi Laut membuka kedua matanya dan dari mata Dewi Laut muncul cahaya merah sebesar lidi yang memanjang kearah Bintang.Duarrr!Untung saja Bintang bergerak cepat menghindar, hingga saat sinar merah sebesar lidi yang mem
Dengan Pedang Bintang Angkasa ditangan, Bintang mampu mengimbangi serangan-serangan Dewi Laut, bahkan beberapa kali Bintang berhasil menyarangkan Pedang Bintang Angkasa ketubuh Dewi Laut, tapi tubuh Dewi Laut telah berubah menjadi sekeras baja hingga tak bisa dilukai dengan mudah oleh serangan Pedang Bintang Angkasa Bintang.Tranggg!! Tranggg!! Tranggg!! Tranggg!!Pertarungan berlangsung sengit diantara keduanya, pijaran api sering terjadi saat pedang ditangan Bintang bertemu dengan tongkat ular ditangan Dewi Laut.Dewi Laut dengan sosok setengah ularnya benar-benar mengamuk penuh kemarahan kepada Bintang, Bintang sendiri masih dengan tenang menghadapi setiap serangan Dewi Laut, bahkan sesekali Bintang berhasil membalas serangan Dewi Laut, tapi Pedang Bintang Angkasa tak mampu melukai kulit tubuh Dewi Laut yang keras seperti baja.Menyadari kalau serangannya tidak berarti apa-apa, Bintang melompat mundur, Dewi Laut mengejar. Bintang dengan cepat menyalurk
“Sialan.. Dia benar-benar sudah tau tentang Tameng Medusaku ini” batin Dewi Laut lagi.“Kalau begitu akan kugunakan sihirku lagi untuk melawannya” batin Dewi Laut lagi seraya memejamkan kedua matanya.Bleeppp!! Bleeppp!! Bleeppp!!Sosok Dewi Laut tiba-tiba saja menjelma menjadi puluhan banyaknya. Dengan senjata tongkat ular dan tameng ditangan masing-masing.“Hiyattt! puluhan sosok Dewi Laut langsung menyerang kearah Bintang dengan ganasnya.Bintang yang sudah dalam posisi buta. Dapat merasakan bagaimana banyaknya serangan yang datang kepadanya. Maka Bintangpun segera menggerakkan kedua tangannya untuk membuka jurus pertama Sembilan Butanya. buta tanpa arah yang terdiri dari 360 perubahan bentuk jurus.Kini terlihatlah bagaimana Bintang menghadapi puluhan sosok Dewi Laut yang menyerangnya dengan gencar dari berbagai arah. Tapi ternyata jurus Sembilan Buta, buta tanpa arah
SOSOK Bintang berdiri dihadapan ribuan buah patung dengan berbagai posisi, disejauh mata memandang, hanya patung-patung saja yang terlihat. Tapi pandangan Bintang hanya tampak terpaku pada 3 buah patung yang ada dihadapannya. Sosok patung yang berada ditengah adalah sosok laki–laki berperawakan besar, dengan wajah dipenuhi dengan brewok, walaupun begitu wajahnya masih terlihat penuh wibawa dan keagungan tersendiri, mengenakan pakaian mewah seperti layaknya seorang raja, ditambah lagi sebuah mahkota berkepala naga yang ada dikepalanya, sosok ini tampak mematung dalam keadaan duduk dikursi singgasananya yang megah, tapi kursi singgasana naga yang didudukinya tidaklah membatu.Sosok yang disebelah kanan, adalah sosok Wanita berparas teramat cantik jelita bak seorang bidadari dari kayangan, mengenakan pakaian berwarna hijau pupus, bermata biru, mahkota emas berbentuk kepala naga dikepalanya, hiasan mengkilau dan indah menghiasi disekujur tubuhnya, bajunya hanya sebatas dada
“Ghraaghhhhh!” sebuah suara keras terdengar menyadarkan Bintang dari keadaannya. Bintang menoleh kearah samping kanannya, terlihat sosok Naga Manggala yang terbang mengelilinginya.“Manggala.. Syukurlah, kau telah kembali” ucap Bintang tersenyum.“Masih ada harapan gusti!” tiba-tiba saja Bintang dapat mendengar suara Naga Manggala yang masuk kedalam batinnya.“Manggala, suara engkaukah itu?” tanya Bintang sedikit terkejut.“Benar gusti” kembali terdengar suara Naga Manggala begitu jelas dibatinnya.“Apa yang kau katakan tadi, Manggala?”“Masih ada harapan untuk menghilangkan kutukan batu itu, Gusti” ucap Manggala lagi hingga lagi-lagi wajah Bintang berubah.“Bagaimana? Apa kau tau caranya Manggala?” tanya Bintang cepat.“Silahkan ikut dengan hamba, gusti” ucap Manggala lagi seraya merendahkan kepalanya dihadapan Bintang.
Malam itu dikamarnya, pikiran Bintang berkecamuk memikirkan tentang hal ini, ada suatu alasan berat bagi Bintang untuk meminta bantuan eyang Mandalaksana, tapi karena memang tidak ada jalan lain, maka Bintang terpaksa melakukannya.Keesokan paginya, Guriwa segera melaporkan kedatangan Bintang kepada eyang Mandalaksana dan eyang putri yang sangat terkejut mendengar hal itu.“Apa Bintang datang bersama Roro, Guriwa?” tanya eyang putri cepat.“Tidak eyang putri, gusti prabu hanya datang sendiri” ucap Guriwa lagi hingga membuat wajah eyang Mandalaksana dan eyang putri berubah.“Cepat kau suruh dia menghadapku, Guriwa” ucap eyang Mandalaksana lagi.“Baik guru” ucap Guriwa cepat seraya menjura hormat dan meninggalkan tempat itu.Tak lama kemudian Guriwa sudah kembali bersama Bintang. Bintang langsung menghaturkan sembah hormatnya dihadapan eyang Mandalaksana dan eyang putri. Guriwa sendiri segera men
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu