Plasshhh !!!
Kembali lubang hitam muncul dibawah sosok Dewa Alam. Batang kayu runcing yang berjatuhan kembali tertelan lubang hitam yang ada dibawahnya, tapi kemudian keluar dari lubang hitam yang ada diatas kepala Dewa Alam, begitu kejadian seterusnya, batang-batang kayu runcing seakan tidak ada habis-habis berjatuhan dan bermunculan.
Hal ini membuat Dewa Alam lama kelamaan semakin kewalahan sendiri. Sementara itu dibawah, para prajurit dan para pendekar yang menyaksikan pertarungan ini benar-benar terkagum-kagum akan apa yang diperlihatkan oleh putri Ahisma Raya, bahkan termasuk Bintang yang berada paling dekat dengan Ahisma. Bintang tak menyangka selama pengembaraannya, Ahisma berlatih keras menyempurnakan kekuatan batin dan memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan lubang hitam yang dimilikinya.
Lubang hitam yang mampu menyedot apapun dan mengeluarkan apa yang disedotnya, ini sungguh-sungguh kemampuan yang sangat
“TIDAK! TIDAK!” Dewa Alam terlihat berteriak histeris melihat keadaan tangannya yang putus, tidak ada penderitaan terberat bagi seorang telekinesis seperti dirinya selain kehilangan tangan yang biasa digunakan untuk menggunakan kekuatan telekinesisnya, karena itulah Dewa Alam berteriak sekeras-kerasnya.Ahisma juga menyadari tentang penderitaan yang dialami oleh Dewa Alam.“Daripada hidup menderita, lebih baik kematian datang menjemput!” ucap Ahisma lagi, dan ;“Tinju kegelapan, heaaa!” Ahisma melepaskan tinju kegelapannya kearah Dewa Alam. Cahaya hitam yang tadi meringkupi sekujur tubuhnya tampak mengalir ketangan Ahisma yang kini dilepaskan dalam bentuk tinju. Selaras cahaya hitam yang membentuk tinju langsung menghantam sosok Dewa Alam.“AAKKHHH!” teriakan panjang dan keras terdengar dari sosok Dewa Alam, seiring dengan lenyapnya sosok Dewa Alam yang telah terkena tinju kege
“Silahkan lanjutkan, Bintang” ucap Mahapatih Suryo Barata lagi.“Tuan Yukimura bilang, bahwa taktik pertarungan hamba dan Malaikat Gila akan digunakan oleh Blambang Sewu dan para sekutunya untuk menggempur Bukit Bayangan dengan kekuatan penuh” ucap Bintang lagi hingga kembali membuat wajah-wajah ditempat itu berubah.“Apakah informasi ini bisa dipercaya Bintang?” tanya Mahapatih Suryo Barata lagi.“Ya, hamba percaya dengan Tuan Yukimura paman. Sudah terbukti dari serangan Dewa Alam kemarin” ucap Bintang lagi.“Tuan Yukimura mengatakan bahwa saat ini kekuatan Blambang Sewu dan para sekutunya berjumlah 15.000 orang” sambung Bintang lagi berhenti sejenak dan melihat lagi dan lagi wajah-wajah ditempat itu berubah.“Ditambah kekuatan pendekar golongan hitam yang berjumlah sekitar 500 orang, lalu ditambah pasukan lelembut anak buahnya mak Jonggrang 500, jadi total kekuatan lawan y
“Dari kedua cerita inilah jumlah suatu pasukan belum tentu menjadi penentu kemenangan, tapi semangat dan strategi perang yang akan menentukan kemenangan tersebut” ucap Ahisma lagi hingga membuat wajah-wajah ditempat itu mengangguk dan mengagumi sosok Ahisma Raya.“Lalu apa rencana Tuan putri untuk peperangan ini?” tanya Mahapatih Suryo Barata lagi.“Untuk meraih kemenangan, kita akan memberikan kejutan-kejutan yang takkan pernah mereka bayangkan sebelumnya” jawab Ahisma lagi, tapi semua sangat penasaran dengan ucapan Ahisma.“Kejutan! Kejutan apa Tuan putri?”“Mahapatih, ada berapa kekuatan yang kita miliki saat ini?” tanya Ahisma lagi.“Prajurit, senopati, tumenggung dan patih Setyo Kencana, mungkin masih tersisa 1.000 orangan putri” ucap Mahapatih Suryo Barata lagi.“Lalu bagaimana dengan bantuan para pendekar?”“Para pendekar golongan putih mu
“Tapi waktu kita hanya satu bulan putri, apakah kita bisa membuat parit sepanjang Bukit Bayangan ini?”“Jangan khawatir, aku akan membantu dengan kekuatanku untuk membuat parit itu, yang kita butuhkan saat ini adalah jumlah minyak yang sangat banyak” ucap Ahisma lagi hingga membuat yang lain mengangguk. Dari pertarungan kemaren, Ahisma menghadapi Dewa Alam, tentu saja mereka percaya kalau putri Ahisma mampu melakukan hal itu.“Taktik ke-2, PANAH API, setiap prajurit harus belajar memanah dan akan dibagi menjadi 2 kelompok utama, setiap kelompok akan terdiri dari 500 orang yang akan berada digaris depan medan pertempuran, jika kelompok pertama selesai memanah musuh, lanjutkan dengan kelompok ke-2, begitu seterusnya sampai banyak korban dari pihak musuh, jika pihak musuh membalas dengan senjata api atau meriam, kelompok 1 dan 2 cepat berlari naik menuju ke Bukit Bayangan, seolah-olah kita takut dan gentar dimata musuh, ini
GUNUNG MERAPI.“Tantangan sudah disampaikan Tuan Malaikat Gila” ucap Jadeblin yang sudah melaporkan hal tersebut kepada Malaikat Gila yang duduk gagah di kursi kebesarannya.“Bagus, dengan kekuatanku yang sekarang, Ksatria Pengembara bukanlah apa-apa. Hahaha!” ucap Malaikat Gila tertawa dengan keras.“Kapan dan dimana tantangan pertarungan itu akan dilakukan, Tuan Jadeblin?” tanya Jonggrang lagi yang berada disebelah Malaikat Gila.“Awal bulan depan di Lembah Iblis nyai” ucap Jadeblin lagi.“Lembah Iblis.” ulang Jonggrang dan Malaikat Gila dengan wajah berubah.“Dimana tempat itu?” tanya Malaikat Gila cepat.“Berada jauh dari sini Tuan Malaikat Gila, tapi Tuan tak perlu khawatir, semuanya serahkan pada hamba” ucap Jadeblin mantap.“Kalau begitu pertarungan kami tidak akan disaksikan oleh banyak orang yang akan melihat kemenanganku Jadeblin
Waktu terus berjalan, hari demi hari berjalan tanpa terasa, besok hari yang dinantikan akan tiba, hari pertarungan antara Bintang dan Malaikat Gila. Orang-orang di Bukit Bayangan tampak sibuk mempersiapkan segalanya. Sebuah parit besar tampak mengelilingi Bukit Bayangan, Ahisma dengan kekuatan telekinesisnya yang telah membuat semua itu, selain diisi dengan tonggak-tonggak kayu yang runcing, parit-parit itu juga diisi dengan minyak, lalu ditutupi dengan dedaunan agar keberadaan parit-parit itu tersamarkan. Belum lagi, barisan bambu-bambu runcing yang dipasang sebagai pembatas antara parit dan Bukit Bayangan, tersusun dengan rapi.Strategi yang dibuat Ahisma benar-benar luar biasa, itulah yang ada dipikiran orang-orang yang sudah berdatangan ke Bukit Bayangan, biar sebanyak apapun musuh yang nanti akan datang menyerang, tapi jalan masuk menuju puncak Bukit Bayangan hanya ada satu jalan, hingga tidak akan bisa dilewati oleh ribuan or
Sepanjang jalan naik ke Bukit Bayangan, tak henti-hentinya rombongan para pendekar dibuat terpana dengan pemandangan yang ada. Bahkan langkah mereka sempat terhenti saat melihat sekelompok orang yang berpakaian serba hitam yang menutupi sekujur tubuhnya, hanya matanya saja yang terlihat, rombongan orang berpakaian ninja ini tampak tengah berlatih memanjat pohon.“Siapa mereka, mahapatih?” tanya Datuk Angin lagi“Mereka adalah pasukan khusus yang dilatih oleh Tuan Danzo untuk pertempuran nanti”“Tuan Danzo” ulang para pendekar lagi seraya melihat kearah ninja yang tampak selalu memberikan arahan.“Tuan Danzo adalah sekutu Malaikat Gila yang bergabung kemari, setelah dikalahkan oleh Tuan Bintang” ucap Mahapatih Suryo Barata lagi hingga kembali membuat terkejut para pendekar.“Awas!” sebuah teriakan keras terdengar dari puncak Bukit Bayangan, hingga semua perhatian langsung
Malam itu, Bukit Bayangan tampak dipenuhi dengan berbagai macam Persiapan, karena besok hari yang dinantikan akan tiba. Hari untuk memenuhi tantangan Malaikat Gila. Disela-sela kesibukan semua orang, Bintang tampak selalu mencuri-curi pandang kearah Intan, begitu pula sebaliknya, terkadang keduanya saling bertemu pandang hingga langsung membuang pandangan kearah lain.Malam terus berjalan semakin larut, satu demi satu orang-orang terlelap dalam tidurnya, bahkan termasuk Bintang sendiri juga harus beristirahat untuk menjaga tenaganya. Bintang melangkah menuju ke kamar-kamar istrinya, tapi tiba-tiba saja langkah Bintang terhenti, jauh diujung pandangannya tampak seseorang tengah berdiri didepan pintu sebuah kamar yang juga tengah menatapnya. Sosok yang tak lain adalah Intan itu tampak melempar senyumnya kepada Bintang, lalu kemudian melangkah masuk kedalam kamarnya.Bintang kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke kamar-kamar istrinya dan seperti biasa, Bintang
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu