“Gggrrrr...”. kembali terdengar geraman dasyat dari mulut manusia penghisap darah itu, pandangannya terlihat gusar menatap kearah Bintang, sementara itu Bintang hanya tersenyum melihat hal itu dan Bintang segera mencabut pedangnya kembali dari tubuh manusia penghisap darah itu dan kembali memasukkan pedangnya kedalam warangkanya.
“Aku akan membiarkanmu hidup jika kau mau bertobat dan meninggalkan kesesatanmu ini Sunarya”. ucap Bintang lagi, tapi bukannya jawaban yang didapatkan oleh Bintang melainkan satu geraman keras yang keluar dari mulut bertaring tersebut.
“Sepertinya aku memang sudah tidak mungkin lagi untuk menyadarkanmu Sunarya”. ucap Bintang lagi
“Gggrrrrr...”. hanya itu sambutan yang didapatkan oleh Bintang dan terlihat Bintang hanya dapat menarik napas panjangnya. Dan sesaat terlihat wajah mahluk penghisap darah itu terlihat kembali mengadah kearah langit, dan ; “Dlebbbb...”. sosok raut wajah yang tadinya begitu mengerikan, kini telah berubah kermb
Malam itu Nyai Kembangsari tampil dengan pakaian indahnya yang semakin memperlihatkan sosoknya yang anggun dan cantik juga memperlihatkan akan kebangsawan dirinya, sesaat Nyai Kembangsari terlihat menatap kearah Bintang yang saat itu berada tak jauh darinya, dan bibir Nyai Kembangsari terlihat tersenyum saat melihat Bintang juga sangat menikmati pertunjukan yang ada dihadapannya. Dan saat itupun Bintang tanpa sengaja tengah berpaling kearahnya, dan Bintangpun melemparkan senyumnya kearah Nyai Kembangsari yang saat itu juga tengah tersenyum kepadanya. Sesaat terlihat Nyai Kembangsari berpaling kearah Ki Tayub yang saat itu juga berada tak jauh darinya. “Ki Tayub, aku ingin beristirahat dulu dikamarku, biarkan saja pesta ini berlangsung sampai subuh ki...”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Baik Nyai....”. ucap Ki Tayub lagi menganggukkan wajahnya. Dan Nyai Kembangsari terlihat berdiri dan sebelum dia beranjak meninggalkan tempat itu, Nyai Kembangsari sempat berpaling kearah Bintang yang sa
Pagi itu semuanya berakhir, kemeriahan yang terjadi ditempat kediaman Nyai Kembangsari berakhir setelah selama 3 hari 3 malam meriah dengan pesta besar yang sangat meriah. Dan hari itu semua orang terlihat ikut membantu membereskan barang-barang dan peralatan-peralatan dari pesta tersebut. Sementara itu dikamarnya masing-masing, terlihat sosok Nyai Kembangsari dan Bintang masih sama-sama terlelap, keduanya masih terkapar lemas setelah malam tadi kembali bergelut memacu birahi, bahkan malam tadi mereka melakukannya lebih lama dari malam-malam sebelumnya, karena keduanya menyadari, malam itu merupakan malam terakhir pesta kemeriahan yang diadakan ditempat kediaman Nyai Kembangsari, itu berarti merupakan malam terakhir bagi mereka untuk bercumbu tanpa diketahui oleh orang lain hingga kedua-duanya bergelut hingga sampai subuh datang menjelang. Dan saat siang sudah datang menghampar, baru sosok Nyai Kembangsari terlihat keluar dari kamarnya, dan terlihat kini sosok Nyai Kembangsa
“Nyai...”. suara lembut Bintang terdengar menyapa ditelinganya dan hal ini cukup menyadarkan Nyai Kembangsari dari lamunannya dan baru disadarinya kalau saat ini Bintang tengah memeluk dirinya dari belakang dan ; “Kakang”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum melihat keberadaan Bintang didekatnya, dibiarkannya Bintang yang kini telah menciumi dengan hangat lehernya yang jenjang dan indah itu, Nyai Kembangsari hanya mampu memejamkan kedua matanya menikmati kecupan bibir Bintang pada lehernya. “Ada apa Nyai, sepertinya ada sesuatu yang Nyai pikirkan ?”. ucap Bintang lagi seraya membalik sosok Nyai Kembangsari hingga kini sosok keduanya saling berhadapan. “Ah, tidak apa-apa kakang, tidak ada yang kupikirkan”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum seraya bangkit berdiri, dipeluknya dengan erat leher Bintang dan ditariknya dengan kuat hingga kini kedua-duanya saling melumat satu sama lain, Bintangpun memberikan balasan yang tak kalah hangatnya pada kecupan bibir Nyai Kembangsari yang saat itu telah
Beberapa hari berlalu tanpa terasa, kehidupan berjalan seperti biasanya, matahari sudah terlihat mulai condong kebarat, sinarnya sudah tidak lagi terasa panas menyengat seperti siang tadi, sementara itu ditempat kediaman Nyai Kembangsari sendiri. Terlihat sosok Bintang dan Ki Tayub yang tengah beristirahat setelah seharian Bintang membantu Ki Tayub untuk memandikan kuda-kuda Nyai Kembangsari. Kedua terlihat begitu menikmati hembusan angin yang begitu terasa nikmat membelai tubuh mereka, sejenak terlihat wajah Ki Tayub menatap kesana kemari seperti tengah mencari sesuatu. Lalu kemudian tatapannya kembali diarahkannya kepada Bintang.“Raden....”. ternyata suara pelan dari Ki Tayub terdengar menyapa Bintang yang ada disebelahnya, Bintang segera berpaling mendengar hal itu dan kini Bintang dapat melihat sosok Ki Tayub yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu yang amat rahasia padanya. “Ada apa ki. ?”.“Anu...raden....hemm”. terlihat Ki Tayub menjadi gugup sendiri. “Jangan takut ki, katakan
“Hentikan!!”. sebuah suara terdengar keras menghentikan tindakan pengawal Demang Witarna yang ingin menggunakan tenaganya untuk mendorong Bintang, semua mata segera tertuju kearah asal suara, dan ; “Nyai...”. Demang Witarna terlihat gembira seraya menyambut kedatangan seorang wanita anggun berparas cantik yang tak lain adalah Nyai Kembangsari sendiri adanya. “Maaf saya baru bisa datang sekarang Nyai, karena saya baru dengar beberapa waktu yang lalu tentang teror yang disebarkan oleh mahluk penghisap darah itu, kalau saya tahu lebih awal, saya pasti akan datang membantu”. ucap Demang Witarna lagi menjelaskan maksud kedatangannya. “Tidak apa-apa kangmas, semuanya juga sudah selesai”. ucap Nyai Kembangsari lagi yang kemudian menatap kearah Bintang. “Apa yang terjadi ?”. “Oh itu pelayan Nyai tidak mau saat kusuruh untuk memberi makan kudaku ?”. jawab Demang Witarna lagi seenaknya. Wajah Nyai Kembangsari terlihat berubah mendengar hal itu. “Dia buk
“Kaukah itu kakang ?”. ucap Nyai Kembangsari dengan suara bergetar. Tak ada jawaban dari sosok tersebut. “Kemarilah kakang, aku tahu selama beberapa hari ini aku terpaksa harus mengindahkan kakang, tapi semua itu akan kubayar malam ini kakang, ayo kakang kemarilah”. ucap Nyai Kembangsari lagi terlihat tak sabar untuk segera mencumbui Bintang dan begitu sosok yang diduganya Bintang itu membuka tirai sutranya. “K...kkk...kangmas Witarna”. ucap Nyai Kembangsari terkejut karena ternyata bukan Bintang, sementara itu lelaki yang tak lain memang Demang Witarna itu terlihat menatapi sosok Nyai Kembangsari yang saat itu berada dihadapannya hanya mengenakan gaun tidurnya yang terbuat dari sutra putih yang begitu serasi membungkus tubuh sintal dan indah milik Nyai Kembangsari, hal inilah yang membuat Demang Witarna harus berkali-kali meneguk air liurnya sendiri melihat kemolekan dan keindahan tubuh yang membayang jelas dibalik sutra putih yang dikenakan oleh Nyai Kembangsari.
Keesokan harinya, suasana ditempat kediaman Nyai Kembangsari berjalan seperti biasanya, tapi kejadian menghebohkan tadi malam tentu saja menjadi pembicaraan hangat pagi itu diantara masyarakat desa Tawungsari sendiri. Sementara itu Bintang sendiri baru kembali pada siang harinya. Kedatangan Bintang langsung disambut oleh Ki Tayub. “Aduh raden, raden kemana saja, Nyai sangat mencemaskan keadaan raden”. “Maaf ki, aku hanya mengikuti mereka, oh ya bagaimana keadaan Nyai ?” “Sudah lebih baik raden, oh ya Nyai berpesan kalau raden kembali, Nyai ingin segera bertemu”. ucap Ki Tayub lagi. “Baik ki, terima kasih”. ucap Bintang lagi seraya langsung menuju kekamar Nyai Kembangsari. “Tok....tok....tokk”. Bintang mengetuk perlahan pintu kamar itu. Tak lama kemudian Bintang dapat mendengar suara langkah halus dari dalam kamar tersebut, dan ; “Kreaakk”. pintu kamar itu terbuka dan terlihatlah sesosok wanita anggun berparas jelita yang kini berdiri dihadapan
“Jangan pergi hari ini kakang” “Memangnya kenapa. ?” “Karena aku takkan sanggup selama itu untuk merindukan kakang, aku bisa mati dalam kerinduan kakang.”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Aku juga mungkin takkan sanggup untuk tidak merindukan Nyai selama itu”. sambut Bintang lagi tersenyum. “Kalau begitu jangan pergi hari ini kakang, besok saja, aku ingin menghabiskan hari ini bersama kakang, berdua saja”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Aku mohon kakang”. ucap Nyai Kembangsari memohon dan Bintang hanya bisa tersenyum mengalah akhirnya, Nyai Kembangsari ikut balas tersenyum, lalu sesaat kemudian Nyai Kembangsari mendekatkan dirinya dan wajahnya kepada Bintang, dan ; “Ufffhhh”. kedua bibir itu bertemu dalam satu lumatan hangat dan penuh gairah, ternyata kerinduan akan kehangatan yang selama beberapa hari ini tidak mereka rasakan, benar-benar keluar dalam lumatan hangat keduanya yang terlihat begitu saling menikmati, Bintang terlihat hanya menurut saja saat kedua tangan Nyai Kembangsari d
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu