“Kaukah itu kakang ?”. ucap Nyai Kembangsari dengan suara bergetar. Tak ada jawaban dari sosok tersebut.
“Kemarilah kakang, aku tahu selama beberapa hari ini aku terpaksa harus mengindahkan kakang, tapi semua itu akan kubayar malam ini kakang, ayo kakang kemarilah”. ucap Nyai Kembangsari lagi terlihat tak sabar untuk segera mencumbui Bintang dan begitu sosok yang diduganya Bintang itu membuka tirai sutranya.
“K...kkk...kangmas Witarna”. ucap Nyai Kembangsari terkejut karena ternyata bukan Bintang, sementara itu lelaki yang tak lain memang Demang Witarna itu terlihat menatapi sosok Nyai Kembangsari yang saat itu berada dihadapannya hanya mengenakan gaun tidurnya yang terbuat dari sutra putih yang begitu serasi membungkus tubuh sintal dan indah milik Nyai Kembangsari, hal inilah yang membuat Demang Witarna harus berkali-kali meneguk air liurnya sendiri melihat kemolekan dan keindahan tubuh yang membayang jelas dibalik sutra putih yang dikenakan oleh Nyai Kembangsari.
Keesokan harinya, suasana ditempat kediaman Nyai Kembangsari berjalan seperti biasanya, tapi kejadian menghebohkan tadi malam tentu saja menjadi pembicaraan hangat pagi itu diantara masyarakat desa Tawungsari sendiri. Sementara itu Bintang sendiri baru kembali pada siang harinya. Kedatangan Bintang langsung disambut oleh Ki Tayub. “Aduh raden, raden kemana saja, Nyai sangat mencemaskan keadaan raden”. “Maaf ki, aku hanya mengikuti mereka, oh ya bagaimana keadaan Nyai ?” “Sudah lebih baik raden, oh ya Nyai berpesan kalau raden kembali, Nyai ingin segera bertemu”. ucap Ki Tayub lagi. “Baik ki, terima kasih”. ucap Bintang lagi seraya langsung menuju kekamar Nyai Kembangsari. “Tok....tok....tokk”. Bintang mengetuk perlahan pintu kamar itu. Tak lama kemudian Bintang dapat mendengar suara langkah halus dari dalam kamar tersebut, dan ; “Kreaakk”. pintu kamar itu terbuka dan terlihatlah sesosok wanita anggun berparas jelita yang kini berdiri dihadapan
“Jangan pergi hari ini kakang” “Memangnya kenapa. ?” “Karena aku takkan sanggup selama itu untuk merindukan kakang, aku bisa mati dalam kerinduan kakang.”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Aku juga mungkin takkan sanggup untuk tidak merindukan Nyai selama itu”. sambut Bintang lagi tersenyum. “Kalau begitu jangan pergi hari ini kakang, besok saja, aku ingin menghabiskan hari ini bersama kakang, berdua saja”. ucap Nyai Kembangsari lagi. “Aku mohon kakang”. ucap Nyai Kembangsari memohon dan Bintang hanya bisa tersenyum mengalah akhirnya, Nyai Kembangsari ikut balas tersenyum, lalu sesaat kemudian Nyai Kembangsari mendekatkan dirinya dan wajahnya kepada Bintang, dan ; “Ufffhhh”. kedua bibir itu bertemu dalam satu lumatan hangat dan penuh gairah, ternyata kerinduan akan kehangatan yang selama beberapa hari ini tidak mereka rasakan, benar-benar keluar dalam lumatan hangat keduanya yang terlihat begitu saling menikmati, Bintang terlihat hanya menurut saja saat kedua tangan Nyai Kembangsari d
Senjapun akhirnya berganti malam, sementara itu dikamar Nyai Kembangsari sendiri, terlihat sosok Nyai Kembangsari tengah memeluk dada Bintang, tubuh keduanya terlihat diselimuti oleh selimut tipis yang ada diatas peraduan itu. Keduanya terlihat sangat menikmati kebersamaan mereka, rasa lelah masih terasa disekujur tubuh keduanya setelah sejak siang tadi, keduanya tengah memadu birahi diatas peraduan yang ada dikamar Nyai Kembangsari yang entah yang keberapa kalinya menjadi saksi pergulatan birahi diantara keduanya. Begitu jelas terlihat ada sinar kebahagiaan diwajah kedua anak manusia ini. “Tok...tok....tok”. sebuah ketukan terdengar dari luar pintu kamar Nyai Kembangsari, ketukan ini tentu saja membuat perhatian Bintang dan Nyai Kembangsari berpaling kearah pintu kamar tersebut. “Biar aku yang membukanya kakang”. ucap Nyai Kembangsari lagi seraya menahan tubuh Bintang yang ingin bangkit, dan Nyai Kembangsari masih sempat-sempatnya melepaskan satu ciuman hanganyat di
Malam berjalan semakin larut, kehidupan alam terlihat begitu hening dan tenang, karena hampir sebagian mahluk penghuni muka bumi ini sudah mulai beranjak ke tempat peraduannya masing-masing untuk melepaskan rasa lelah setelah seharian bekerja. Keheningan itu pula yang saat ini terjadi di Desa Tawungsari, tempat dimana Bintang saat ini berada, hanya beberapa orang penduduk desa yang tengah meronda yang terlihat berkeliaran di jalan-jalan desa. Sementara itu ditempat kediaman Nyai Kembangsari yang megah dan indah, tepatnya didepan pintu sebuah kamar, terlihat berdiri sosok seorang pemuda berparas tampan yang tak lain adalah Bintang adanya. Entah apa yang Bintang lakukan saat itu yang hanya berdiri tanpa melakukan apa-apa ditempatnya. “Sekarang kakang boleh masuk!!”. terdengar sebuah suara halus dan lembut dari dalam kamar, dengan perasaan berdebar Bintang akhirnya membuka pintu tersebut dan segera menutupnya, sejenak Bintang mengedarkan pandangannya keseluruh isi kamar tersebut dan ;
“Kalau begitu aku akan mewujudkan impian Nyai”. ucap Bintang lagi hingga membuat Nyai Kembangsari terkejut. “Anggaplah malam ini merupakan malam pertama pernikahan kita dinda”. ucap Bintang lagi seraya menyebut Nyai Kembangsari dengan sebutan dinda. Nyai Kembangsari hanya terlihat tersenyum mendengar hal itu. Dimatanya sosok Nyai Kembangsari benar-benar sangat mempesona dirinya, hal ini pulalah yang kemudian mendorong Bintang untuk mengangkat tangannya dan membelai wajah cantik itu. Nyai Kembangsari hanya tampak memejamkan kedua matanya saat merasakan kehangatan belaian tangan Bintang pada wajahnya “Mari kita jadikan malam pertama pernikahan kita ini menjadi malam yang sangat berkesan dan takkan pernah terlupakan kakang”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum. Bintangpun balas tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Dan kemudian Bintang kembali menundukkan wajahnya mengikuti tarikan kedua tangan Nyai Kembangsari yang saat itu telah menarik lehernya dan kembali kedua bibir itu bertemu dal
“Braakkk”. Bintang semakin dikejutkan dengan didobraknya suara pintu Nyai Kembangsari, dan ; “Ki Tayub....”. ucap Bintang mengenali sosok lelaki tua setengah baya yang terlihat masuk dengan beberapa orang pengawal rumah Nyai Kembangsari. Dan Bintang dapat melihat Ki Tayub tampak terkejut saat melihat lobang besar yang ada diatap kamar tersebut. “Kita terlambat ki....”. ucap salah satu pengawal yang masuk bersama Ki Tayub. “Ya, aku yakin ini semua adalah ulah Demang Witarna yang tidak menerima kejadian malam itu”. ucap Ki Tayub lagi terlihat menggeram kesal. “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang ki ?”. “Kita tak mungkin bisa membebaskan Nyai Kembangsari, Demang Witarna memiliki jago-jago handal yang cukup banyak, sayang Raden Bintang tidak ada disini”. ucap Ki Tayub lagi terlihat berpikir sejenak. “Sebagian dari kalian tetap disini untuk berjaga-jaga, aku akan pergi ke hutan Rantangpuri untuk meminta bantuan Kepala Begal Sawungpati
“Serangg....!!!”. dengan satu perintah saja, maka belasan orang pengawal itu langsung menyerang kedepan dengan dahsatnya. Tapi ; “Hiyyattt......werrr....werrr.....weerr”. Bintangpun bergerak kedepan menyambut serangan para penyerangnya, jurus Tendangan Tanpa Bayanganpun segera terlihat pada serangan–serangan pertama Bintang, maka ; “Deesss...desss”. serangan Bintang yang sedemikian cepat membuat beberapa sosok pengawal Demang Witarna langsung berjatuhan ketanah, rupanya kali ini Bintang benar-benar tak memberi ampun kepada lawan-lawannya dan akibatnya sungguh mengerikan, serangan-serangan yang Bintang lancarkan membuat lawan-lawannya terkapar disana sini akibat serangan maut yang dilancarkan oleh Bintang. Dalam beberapa gebrakan saja, sudah sebagian orang dari semua pengawal Demang Witarna yang terkapar ditanah, hal ini tentu saja membuat para pengawal Demang Witarna yang lain menjadi gentar hatinya melihat kehebatan lawan yang mereka hadapi saat ini. Dan bagaimana d
“Ka....ka....kakang”. ucap Nyai Kembangsari dengan terbata-bata. “Nnn..Nyai....”. ucap Bintang pula ikut terbata-bata, Bintang tahu saat ini tidak ada yang dapat dilakukannya lagi untuk menyelamatkan nyawa Nyai Kembangsari yang sudah berada diujung tanduk. Hal inilah yang membuat deraian air mata Bintang mengalir deras tanpa terbendung. Nyai Kembangsari terlihat mengangkat tangannya dan dengan lembut diusapnya air mata tersebut dari kedua mata Bintang. “Jaa...jangan bersedih ka...kakang”. “Maa...maafkan aku Nyai, aku tidak bisa me...”. belum lagi Bintang menyelesaikan ucapannya, jari jemari Nyai Kembangsari telah menempel dibibirnya. “Ttii....tidak apa-apa ka....kang, jan....gan salahkan kakang atas semua ini.......ak...u bahagia sebelum kematianku.....aku masih dapat diberikan kee....sempatan untuk....berte...mu dengan kakang.....aakk....u baha...gia bisa mati da...lam pelu...kanmu kakang”. ucap Nyai Kembangsari lagi, dan ini semakin membuat Bi
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu