“Silahkan perkenalkan diri kalian masing-masing?”. ucap lelaki itu lagi, tapi sebelum semuanya angkat bicara, seorang pemuda tampak memasuki ruangan tersebut bersama Guriwa.
Pemuda yang tak lain adalah Bintang tampak langsung menjura hormat kepada semua yang ada ditempat itu, terakhir Bintang tampak menjura hormat pada Eyang Mandalaksana, eyang putri dan Roro Putri Srikandi. Melihat kedatangan Bintang, eyang putri tampak tersenyum, dan berbisik kearah suaminya, Eyang Mandalaksana. Eyang Mandalaksana terlihat mengangguk, sementara itu Guriwa sendiri tampak berdiri disebelah Eyang Mandalaksana dan juga membisikkan sesuatu.
“Jadi kau yang bernama Bintang”. Terdengar suara Eyang Mandalaksana, hebatnya kedua bibir Eyang Mandalaksana sedikitkan pun bergerak tapi suaranya sudah terdengar.
“Benar. Hamba Bintang, Eyang” ucap Bintang lembut, tapi ucapan Bintang membuat perubahan wajah disemua tempat itu, karena hanya Bintang yang menyeb
“Cakra Baskara...”. ucap orang-orang yang ada didekat Eyang Mandalaksana saat mengenali pusaka tersebut. Sebuah senjata berbentuk panah keemasan, tapi memiliki bentuk bulat diujungnya, dengan delapan runcingan di sekeliling sisinya yang menyerupai mata tombak.“Siapa orang yang menitipkan ini padamu?”. kali ini Eyang Mandalaksana yang langsung angkat bicara kepada Bintang.“Maaf eyang, saat ini hamba belum bisa memberitahukannya kepada eyang” ucap Bintang. Hingga semua wajah ditempat itu berubah. Baru kali ini ada orang yang mengatakan penolakan seperti itu, hal ini tentu bisa memancing amarah Eyang Mandalaksana dan bisa mengeluarkan titah dewa atau kutukan dewa seperti yang terjadi pada emas dan permata milik Pangeran Blambang Sewu.“Lalu tujuan apa lagi yang kau bawa kemari?” ucap Eyang Mandalaksana.“Sebenarnya hamba ingin mengikuti sayembara ini, tapi hamba tahu hamba tak
Dari Bukit Bayangan kita melompat ke suatu tempat yang jauh, yaitu Gunung Bromo. Malam itu Bintang tampak sedang tenggelam di alam zikirnya dikamar yang telah disiapkan untuknya.“Sett...”. sebuah benda melesat cepat masuk dari jendela Bintang yang terbuka.“Tapp...”. dengan tenang Bintang menangkap benda melesat itu dengan jepitan kedua jarinya. Rupanya benda tersebut adalah sebuah anak panah yang dihulunya ada sehelai kertas.Bintang membuka kertas dan membacanya. Lalu pandangan Bintang mengarah pada jendelanya yang terbuka. “Serrr...”. dalam sekejap saja tubuh Bintang sudah lenyap ditempatnya, melesat dikegelapan malam.Di suatu tempat diantara keremangan malam, terlihat sesosok tubuh semampai tengah berdiri. Tak lama sosok Bintang sudah tiba ditempat itu. Walau dari belakang, Bintang mengenali sosok semampai yang ada dihadapannya.“Ada apa gerangan kiranya gusti Roro Putri ingin bertemu dengan hamba?&rd
Keesokan harinya, Eyang Mandalaksana mengumpulkan semuanya disebuah tanah lapangan dihalaman belakang istana kediaman Eyang Mandalaksana. Sebuah gelanggang arena telah dipersiapkan, arena gelanggang yang berukuran cukup besar. 10x10 M istilah bahasa modernnya. Semua rombongan terlihat duduk ditempat-tempat yang telah dipersiapkan.“Baiklah... Siapa yang ingin maju duluan untuk mengikuti sayembara ini?”. ucap Jagat Lanang membahana ditempat itu.“Aku!”. Pangeran Blambang Sewu tampak bangkit dari tempat duduknya.“Huuppp.”. dengan gerakan yang sangat ringan sekali Pangeran Blambang Sewu melompat naik ke gelanggang pertarungan.Guriwa tampak maju kedepan dan menjura hormat dihadapan Eyang Mandalaksana dan eyang putri. “Huppp...” dengan gerakan yang sangat ringan Guriwa melesat naik ke panggung pertarungan, bagaikan seekor burung, gerakan Guriwa sangat ringan sekali, berbanding terbalik dengan tubuhnya yang besa
Tak lama, Pangeran Blambang Sewu sudah kembali keatas gelanggang pertarungan dengan pakaian mewah baru. Sosok gagah dan perkasa Pangeran Blambang Sewu begitu diperihatkan olehnya.“Siapa lagi yang akan kulawan?”. ucap Pangeran Blambang Sewu dengan angkuhRoro Putri Srikandi tampak berdiri dari tempatnya dan menjura hormat pada Eyang Mandalaksana dan eyang putri yang tampak merestuinya. Dengan anggun langkah gemulai Roro Putri Srikandi berjalan kearena gelanggang pertarungan.“Apakah pertarungan ini perlu dilakukan gusti Roro calon istriku, apakah tidak sayang dengan kulitmu yang mulus itu terluka nanti”. Ucap Pangeran Blambang Sewu tersenyum nakal.“Silahkan saja coba kalau kau mampu”. Ucap Roro Putri sinis.“Baik, ini seranganku”. Ucap Pangeran Blambang Sewu seraya melancarkan satu serangan kecil dan memburu kedepan. Roro Putri terlihat masih berdiri tenang ditempatnya hingga semakin membuat Pangeran
“Kau takkan lolos dari Selendang Naga menghancurkan batu karangku ini” ucap Roro Putri seraya terus melancarkan serangan Selendang Naganya kearah Pangeran Blambang Sewu.Selendang merah atau yang disebut Selendang Naga milik Roro Putri terus memburu sosok Pangeran Blambang Sewu. Ledakan-ledakan terus terjadi disana sini.“Sett...settt...”. tiba-tiba saja Pangeran Blambang Sewu melepaskan beberapa senjata rahasia kearah Roro Putri. Roro Putri yang menyadari hal itu segera melindungi dirinya dengan putaran selendang membentuk angin puyuh disekeliling tubuhnya.“Trangg...trang...trangg..”. terdengar benturan beberapa kali terjadi dari senjata rahasia yang dilepaskan oleh Pangeran Blambang Sewu saat berbenturan dengan Selendang Naga.Begitu reda, terlihat beberapa pisau kecil sudah berceceran dilantai, rupanya senjata rahasia ini yang tadi digunakan oleh Pangeran Blambang Sewu te
MALAM kembali dalam menyelimuti alam, hawa dingin mulai terasa, terutama ditempat-tempat tinggi dari permukaan laut, salah satu tempat itu adalah Gunung Bromo. Seperti malam sebelumnya, malam itupun Roro Putri Srikandi meminta Bintang untuk menemuinya.“Pangeran Yudha Persada tadi telah mengundurkan diri dari sayembara”“Ya, hamba juga melihatnya tadi”“Seorang pangeran, tapi berjiwa priyayi” ucap Roro“Mengalah bukan berarti kalah” balas Bintang.“Setelah melihat pertarungan tadi, apakah raden masih berniat melanjutkan niat untuk mengikuti sayembara?” ucap Roro seraya menatap kearah Bintang yang saat itu hanya menatap kosong kedepan.“Hamba sudah berjanji kepada begawan, apapun yang terjadi hamba akan berusaha memenangkan sayembara ini”“Apa raden yakin bisa mengalahkanku?”. pancing Roro lagiBintang tersenyum. “Kalah menang belum bisa di
Bintang dan Roro Putri Srikandi sudah saling berhadapan di gelanggang pertarungan yang telah dipersiapkan. Kalau biasanya para peserta sayembara harus menghadapi tantangan menghadapi Guriwa atau Jagat Lanang sebelum menghadapi Roro, tapi kali ini secara khusus Roro Putri ingin langsung berhadapan dengan lawannya yaitu Bintang. Sepertinya halnya eyang putri, Roro Putripun terlihat sangat bersemangat hari ini.“Bersiaplah raden, tapak bromoku tak kenal ampun”. Ucap Roro Putri seraya memasang kuda-kuda tapak bromonya.“Mari...”. Bintang hanya menyambutnya dengan lembut.“Hiyatttt!”. Roro melancarkan serangan mautnya kearah Bintang. Tapi Bintang masih berdiri tenang ditempatnya, sesaat sebelum serangan itu datang, Bintang membuka langkahnya, bukannya menangkis atau menghindar, Bintang justru mengikuti kemana serangan Roro mengincar dirinya. Gerakan Bintang begitu lembut dan mantap, mengikuti setiap alur serangan
Masuknya Selendang Naga kedalam pertarungan, cukup membuat Bintang mulai kerepotan menghadapi serangan ketiga lawannya, apalagi terkadang Roro menggunakan Jejak Buananya untuk menyerang Bintang dari berbagai tempat. Serangan Selendang Naga memang cukup merepotkan pergerakan Bintang dengan jurus kelana pemabuknya, ditambah lagi serangan gencar Guriwa dan Jagat Lanang, benar-benar membuat Bintang kerepotan.Pada suatu kesempatan, Bintang melompat tinggi menghindari serangan Jagat Lanang, tapi saat itu pula serangan Selendang Naga menyambarnya.“Naga melilit!”. ucap Roro, seketika tubuh Bintang langsung terlilit oleh Selendang Naga. Saat itu pula serangan CAKAR PANCANAKA milik Guriwa datang, Roro Putri sangat terkejut melihat hal itu.“Kakang Guriwa, jangan!”. teriak Roro seraya cepat melonggarkan lilitan Selendang Naganya ditubuh Bintang, tapi terlambat seranga
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu