Malam kembali menyelimuti alam, tidak seperti malam-malam sebelumnya, malam itu bulan tampak bersinar redup, awan tebal tampak hampir menutupi permukaan langit hingga Bintang-bintang tampak dengan malu menyembunyikan diri mereka menemani sang bulan.
Diantara tebing-tebing batu yang tinggi, sebuah nyala api unggun terlihat menyala didalam sebuah lorong goa batu yang ada diantara tebing-tebing terjal itu. Sesosok wanita terlihat duduk berpangku lutut dengan sesekali menambahkan ranting kering untuk menjaga api unggun yang ada dihadapannya tetap menyala. Menilik wajahnya, wanita cantik ini tak lain adalah Jodhaa Bai adanya.
Sesekali terlihat wajah cantik Jodhaa Bai menatap kearah depan, mencoba menembus kegelapan malam yang membentang dihadapannya.
“Sejak sore dia meninggalkanku, apakah dia pergi begitu saja.”. batin Jodhaa Bai dengan perasaan mendongkol. Sesaat Jodhaa Bai terlihat termenung mengingat peristiwa tadi sore. Setelah Bintang menyelamatkan d
Sekte Budha Hidup baru saja dilanda petaka, saat Dewi Kecapi Salju datang ke sekte tersebut dan membuat kekacauan, untunglah Budha Hidup sanggup menundukkannya, tapi kekacauan yang telah dibuat Dewi Kecapi Salju telah membuat puncak emas budha, tempat sekte Budha Hidup hancur berantakan.Patung Sang Budha Raksasa terlihat berdiri kokoh di puncak emas budha, patung itu dikelilingi oleh sebuah bangunan megah yang menjadi tempat kediaman sekte Budha Hidup. Sekte ini juga memiliki penjara yang letaknya tidak jauh dari puncak budha emas, penjara yang berdiri disebuah padang pasir yang berada dikaki kaki bukit puncak emas. Penjara ini menjadi tempat bagi para pengikut sekte Budha Hidup yang tidak setia ataupun membangkang pada aturan sekte. Penjara Penebus Dosa. Demikianlah nama tempat ini disebut. Pelindung Bumi, Yan she ma yang menjadi penanggung jawab di penjara sekte Budha Hidup ini.Saat ini 2 orang rahib terlihat tengah melesat cepat menuruni puncak emas menuj
Beberapa hari berlalu sudah saat Bintang memutuskan untuk menuju ke puncak emas budha tempat sekte Budha Hidup berada ditemani oleh sosok cantik Jodhaa Bai. Dalam beberapa hari ini sudah belasan kali Jodhaa Bai mencoba untuk meracuni Bintang, tapi tak satupun dari racunnya yang berhasil, rencananya yang ingin menjebak Bintang untuk ditangkap dan dibawa kehadapan Budha Hidup. Tapi rupanya takdir mengatakan lain, Bintang justru memintanya untuk mengantarkan dirinya kehadapan Budha Hidup guna menyelidiki tentang keberadaan istri tercintanya, Putri Kim Si Hyang. Jodhaa Bai punya rencana lain yang telah dipersiapkannya.Selama ini semua pengikut sekte budha hormat menghormatinya karena dirinya memiliki hubungan yang khusus dengan sang ketua, tapi dibelakang semua itu, semua orang meremehkan kemampuannya. Karena itulah Jodhaa Bai ingin membuktikan dirinya dengan membawa Ksatria Pengembara kehadapan sekte Budha Hidup.Malam itu mereka kembali harus bermalam saat melewati sebu
Lalu secara rinci Jodhaa Baipun menceritakan tentang tertangkapnya Dewa Kecapi Salju dan Putri Virgo ditangannya dan kini sudah berada di tahanan di Penjara Penebus Dosa.“Aku tak perduli... akan aku selamatkan mereka”. Ucap Bintang mantap.“Hahaha... mungkin saja kau memiliki kemampuan untuk melepaskan mereka, tapi kau takkan bisa menghilangkan pengaruh pengaruh segel budha itu dari mereka”. ucap Jodhaa Bai lagi tersenyum.“Huh! Akan kupaksa Budha Hidup untuk melepaskannya”.“Haha... Budha Hiduppun takkan mampu membuka segel itu”. Ucap Jodhaa Bai lagi hingga membuat wajah Bintang kembali berubah.“Lalu siapa yang bisa membukanya?”. tanya Bintang lagi dengan cemas.“Aku... hanya aku!”. ucap Jodhaa Bai lagi dengan penuh kebanggaan.Bintang sadar kalau saat ini tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali mengikuti siasat permainan yang dimainkan oleh Jodhaa Ba
PUNCAK EMAS BUDHA tampak berdiri dengan megah dan kokohnya, kemegahan sebuah patung BUDHA RAKSASA terlihat berdiri megah diatasnya, begitu tingginya sampai-sampai dari jarak belasan li pun masih bisa terlihat, bila kita melihat lebih dekat, tenyata diatas masih ada 6 patung budha yang tidak sebesar patung Budha raksasa yang berbaris disekitar patung Budha raksasa. Sebuah singgasana emas terlihat kokoh berdiri dibawah kaki patung Budha raksasa, disekitar singgasana emas itu terlihat pula berjejer kursi-kursi batu. SEKTE BUDHA HIDUP. Sekte yang bermukim di Puncak Emas Budha, sebuah sekte besar yang ada dinegeri India dengan jumlah pengikut yang sangat banyak. Nama besar Sekte Budha Hidup sudah termasyur diseluruh jagat dunia persilatan, keagungan nama besar Budha Hidup sebagai pemimpin Sekte Budha Hidup benar-benar telah membuat sekte ini sangat disegani dan dihormati di jagat persilatan. Fajar baru saja menyingsing, sinar kuning keemasan memancar dari ufuk timur, mene
Sementara itu disalah satu tempat di Puncak Emas Budha, terdapat sebuah tempat yang disebut Penjara Penebus Dosa. Tempatnya tidak seberapa jauh dari Puncak Emas Budha, penjagaan ditempat ini terlihat tidak begitu ketat, hanya delapan orang rahib yang ada didepan gerbang penjara.Di kejauhan terlihat sosok wanita cantik dengan pakaian sari India berwarna hijau ditubuhnya. Lekuk dan kecantikan wajahnya cukup membuat sosok wanita ini menarik perhatian para rahib penjaga gerbang penjara. Tapi begitu menyadari siapa yang datang. Semuanya langsung menjura hormat.“Maaf nona Jodhaa Bai, ada keperluan nona datang ketempat ini?”. tanya salah seorang rahib lagi.“Aku ingin menemui tawanan, jangan menghalangiku”. Ucap Jodhaa Bai tegas hingga membuat ke-8 orang rahib yang menjaga tempat itu saling pandang.“Sekali lagi maaf nona Jodhaa Bai, tuan Yan she ma memberikan perintah agar tidak seorangpun boleh menjenguk tahana
PENJARA PENEBUS DOSA tampak begitu lengang seolah tak berpenghuni, dibeberapa tempat terlihat belasan orang rahib tergeletak tewas. Seorang wanita yang mengenakan pakaian sari India berwarna hijau terlihat melangkah cepat memasuki lorong panjang yang ada didalam Penjara Penebus Dosa. Jodhaa Bai, wanita ini terus melangkah menelusuri jalan lorong tersebut, hingga langkahnya tiba diujung lorong dimana telah menanti satu ruangan besar dimana sepanjang mata memandang hanyalah kerangkeng-kerangkeng besi yang terlihat.Inilah Penjara Penebus Dosa yang diperuntukkan bagi pengikut Sekte Budha Hidup yang berhianat. Diantara belasan kerangkeng besi tersebut, terlihat dua sosok wanita yang terkurung didalamnya, Jodhaa Bai segera melangkah menuju kesalah satunya. Kedatangan Jodhaa Bai cukup memancing perhatian kedua wanita yang berada didalam kerangkeng. Kedua wanita ini tak lain adalah putri Kim Si Hyang dan Putri Virgo adanya.Jodhaa Bai terlihat melangkah kearah Putri Virgo ter
Langkah Jodhaa Bai terhenti saat sudah berada di luar Penjara Penebus Dosa, wajah Jodhaa Bai terlihat berubah saat dihadapannya kini sudah berdiri dua sosok rahib yang sangat dikenalnya. Dua orang rahib yang memang tak lain adalah Kun huan dan Kun yu, Pelindung kanan dan kiri Sekte Budha Hidup.“Ha ha ha...! ternyata benar kecurigaan tuan Yan she ma selama ini. berani sekali kau berhianat Jodhaa Bai”. Ucap Kun huan lagi dengan keras.“Benar. Lebih baik kau menyerah tanpa kekerasan Jodhaa Bai, atau kami terpaksa harus bertindak kasar”. Ucap Kun yu lagi.“Coba saja kalau kalian mampu! jangan salahkan kalau kalian mati karena racunku”. ucap Jodhaa Bai lagi seraya mengangkat kedua tangannya.“Kun huan. Kita hadapi berdua. Hati-hati dengan racun ganasnya”. Ucap Kun yu lagi memperingatkan. Kun huan terlihat hanya menganggukkan kepalanya bersiap menerima segala serangan yang akan dilancarkan oleh Jodhaa Bai.
“Ayo kita selesaikan, Cakrawala Beracun, Heaaa!”“Wusssshhhh...”. gelombang awan hitam yang mengandung racun yang amat ganas menerjang dengan ganas kearah Kun yu dan Kun huan.“Bodhi Satva Agung Tiada Tanding, Heaaa! Wusshh... wushhh!”. kedua pelindung kanan dan kiri inipun ikut merengsek maju kedepan, cahaya kuning keemasan yang tak kalah dahsyat dan ganas.Kedua jurus pamungkas ini sepertinya akan memakan korban salah satu pihak diantara keduanya. “Serrrr.”. tepat disaat kedua belah pihak akan bertemu, sebuah bayangan keemasan berkelebat masuk ketengah-tengah arena pertarungan.“Duarr...duarr...duarr...bllaarrrr.”. ledakan dahsyat terjadi hingga menimbulkan getaran hebat ditempat itu, sosok Kun yu dan Kun huan terlempar hingga beberapa tombak kebelakang, tapi keduanya mampu mengendalikan gerak jatuh tubuh mereka walau harus menahan rasa nyeri yang amat sangat didada mereka, se
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu