“Cukup sudah.. Tidak perlu ada yang terluka lagi diantara kita”. ucap Bintang dengan tenang ke-4 Pelindung Empat Arhat kembali terlihat saling pandang satu sama lain.
“Ayo kita kerahkan jurus larangan”. Ucap rahib Tung Xi lagi. Hingga mengejutkan yang lain”Nama kita sebagai Pelindung Empat Arhat bisa tercoreng bila harus kembali dengan kekalahan”. sambung rahib Tung Xi lagi. Menyadari apa yang dikatakan oleh kakak tertua mereka, maka ke-4 Pelindung Empat Arhat inipun langsung mengambil sikap. Berdiri berjejer dengan kuda-kuda kokoh.
“Tap...tap...tap...tappp”. ke-4nya terlihat langsung menggabungkan telapak tangan mereka satu sama lain untuk menggabungkan kekuatan. Prana yang keluar membuat pasir-pasir yang ada disekitar mereka terangkat keudara. Secara perlahan membentuk sebuah wujud raksasa. Sosok Budha Rulai.
Bintang sendiri terkesiap melihat kedahsyatan jurus yang akan dikeluarkan oleh ke-4 Pelindung Empat Arhat
Malam datang, rembulan tampak bersinar terang malam itu ditemani Bintang-bintang yang bertaburan di kaki langit hingga semakin menambah indahnya malam itu. Disebuah dataran berbatu yang ada di gurun thar, terlihat sebuah nyala api unggun menyala. Di dekatnya terlihat sepasang muda-mudi. Yang pemuda terlihat tenggelam dialam tapa bratanya, sedangkan yang wanita hanya tampak duduk memandanginya. Mereka tak lain adalah Bintang dan putri Virgo adanya.Setelah mengalami luka dalam yang cukup parah karena pertarungannya dengan Pelindung Empat Arhat, kini Bintang mencoba memulihkan luka dalamnya. Sementara putri Virgo hanya duduk tak jauh dari hadapan Bintang dengan tatapan penuh arti.“Hatinya begitu baik, bahkan mau menolong orang yang justru ingin membunuhnya”. Batin putri Virgo lagi dalam lamunannya menatap kearah Bintang.“Semakin mengenalnya, semakin aku tak kuasa untuk membunuhnya.. Ah, bagaimana ini”. Batin putri Virgo lagi, sesaat lamun
“Wushhh”. dengan sekali mengibaskan tangan saja, keempat kain yang menutupi mayat diatas tandu itu melayang hingga terlihatlah kini sosok Pelindung Empat Arhat yang sudah menjadi mayat. Semua terhenyak melihat hal itu, sesaat semua menatap kearah ketua mereka, ketua Jin Rulai masih terdiam ditempatnya.Seorang wanita berparas cantik tapi dingin terlihat maju kedepan memeriksa keadaan keempat mayat Pelindung Empat Arhat.“Apa yang membuat mereka tewas Jodhaa Bai?”. tanya ketua Jin Rulai lagi.“Sebelum kematiannya mereka telah menderita luka dalam yang sangat hebat, sepertinya telah terjadi pertarungan yang dahsyat sebelumnya”. Ucap Jodhaa Bai lagi.“Siapa yang melakukan ini Yan she ma!”. terdengar suara tajam dari ketua Jin Rulai.Yan she ma terlihat maju kedepan dan menyerahkan sebuah gulungan surat.“Kami hanya menemukan surat ini ditubuh rahib Tung Xi ketua”. Ucap Yan she ma
“Hamba Jin Rulai, ketua sekte Budha Hidup.... maaf kalau hamba tidak bisa menyambut nona dengan layak” ucap ketua Jin Rulai dengan tenang dan penuh wibawa“Kiranya ada maksud apa nona datang ketempat kami, mungkin hamba bisa membantu”. Ucap ketua Jin Rulai lagi.“Aku dengar ketua Jin Rulai telah menyebarkan tantangan bertarung untuk Ksatria Pengembara, apakah itu benar?”. ucap Putri Kim Si Hyang lagi“Itu benar”“Huh! Apakah ketua sudah merasa punya nyawa banyak hingga berani menantang Ksatria Pengembara”. Ucap Putri Kim Si Hyang keras dan tegas. Semua terkejut mendengar ucapannya, bahkan ketua Jin Rulai sendiri berubah wajahnya mendengar hal itu.“Kurang ajar, berani kau meremehkan ketua kami...!”. ucap Yan she ma dengan penuh kemarahan, tapi lagi-lagi ketua Jin Rulai menahannya.“Siapakah nona ini sebenarnya ? dan ada hubungan apa dengan Ksatria Pengembara?&rdquo
“Kekuatan Perisai Hati Budha Emas ketua memang tak tertandingi didunia persilatan”. Sambung Yan she ma lagi dengan bangganya.“Sombong sekali... lihat jurusku!”. Ucap Putri Kim Si Hyang lagi seraya kembali merapal jurus Salju Himalayanya.Putri Kim Si Hyang terlihat mengumpulkan energi salju dikedua tangannya semakin lama gumpalan salju ditangan Putri Kim Si Hyang semakin tebal, dan ;“Salju Terbang, Heaa....wuuttt...wuutttt”. dengan kecepatan tinggi Putri Kim Si Hyang melesat kedepan dan melepaskan jurus Salju Terbangnya kearah ketua Jin Rulai. Gelombang salju melesat dengan cepat kearah ketua Jin Rulai. Melihat serangan dahsyat itu, ketua Jin Rulai hanya mendorongkan telapak tangan kanannya untuk menyambut serangan tersebut, dengan Perisai Hati Budha Emas, Jin Rulai yakin dapat mengatasi serangan tersebut.“Bleppp...bleppp..”. serangan gelombang Salju Terban
“Duar...duar...duuarrr...buuummmm”. ledakan-ledakan kecil disusul dengan satu ledakan keras terjadi hingga menggoncangkan tempat itu dengan hebat. Para murid-murid sekte Budha Hidup terlihat langsung menyingkir secara teratur kalau tak ingin menjadi korban. Di arena pertarungan, Putri Kim Si Hyang dan ketua Jin Rulai terus bertarung dengan sengitnya.Dengan jurus Embun Saljunya, Putri Kim Si Hyang berhasil melayani serangan-serangan maut yang dilancarkan oleh Jin Rulai, serangan-serangan keras dan dahsyat diuraikan menjadi lembut dan akhirnya pupus di tangan Putri Kim Si Hyang dengan jurus Embun Saljunya.Memasuki jurus ke 15, Jin Rulai kembali mengangkat tangannya membentuk mudra, dan”Budha Menghentak Jagad, Heaa... wusshhhhh”. Bayangan budha raksasa mengerahkan lambang swastikanya merengsek kedepan, menyerang Putri Kim Si Hyang dengan hebat.Putri Kim Si Hyang tak ingin kalah. Dengan melompat menjauh, Putri Ki
“Huh! Aku boleh mati disini, tapi aku tak boleh kalah, kita lihat siapa yang lebih dulu mengaku kalah”. Ucap Putri Kim Si Hyang lagi dengan tegas.Putri Kim Si Hyang membentuk kuda-kuda dan mengangkat kedua tangannya kearah langit”ggrrhhrr...gghrrr”. secara tiba-tiba saja keadaan alam yang tenang mulai bergemuruh, awan perlahan mulai berarak mendung”Cleeetarrr...glarrrr”. halilintar dan petir terdengar mulai membahana memecah langit. Keadaan alam yang terang kini sudah mulai gelap. Gulungan awan salju yang menutupi langit, secara perlahan terlihat mulai turun ketelapak tangan Putri Kim Si Hyang yang mengarah ke langit, gumpalan awan hitam itu mengeluarkan cahaya putih laksana salju yang secara perlahan semakin bersinar terang.Di tempatnya, Jin Rulai terlihat terkejut melihat betapa dahsyatnya jurus yang akan dipergunakan oleh lawannya, tak ingin kecolongan, Jin Rulaipun segera mengatubkan kedua tangannya dengan memejamkan kedua mata
Dunia persilatan di negeri para budha ini digemparkan dengan satu berita yang datangnya dari sekte Budha Hidup, berita yang menjadi pembicaraan hangat dimana-mana, baik oleh orang awam maupun orang-orang dari rimba persilatan. Bahkan disebuah tempat persinggahan yang tampak ramai disinggahi oleh para pengembara yang kebetuan melewati padang gurun pasir thar, terus bercerita tentang berita itu. Sebagian lain terlihat begitu tertarik untuk mendengarnya.“Berita apa itu teman?”. seorang pengunjung terlihat bertanya dengan penuh semangat.“Sekte Budha Hidup telah mengeluarkan tantangan resmi untuk Ksatria Pengembara, hal ini menyangkut kematian Pelindung Empat Arhat yang tewas ditangan Ksatria Pengembara”. Ucap seorang laki-laki diantara mereka lagi hingga memuat wajah-wajah ditempat itu berubah.“Apa! Pelindung Empat Arhat sudah tewas”“Benar, bahkan pelindung kanan dan kiripun sudah dipecundangi oleh Ksatria Pengemb
Pagi sudah datang sejak tadi, matahari mulai beranjak naik, sebuah bayangan biru berkelebat cepat diantara tebing-tebing batu diatas padang gurun pasir. Bayangan biru yang melesat bagaikan anak panah yang terlepas dari busur panah itu tiba-tiba berhenti, sosok tampan yang sudah tidak asing lagi bagi kita karena dia adalah pendekar kita, Bintang.Hampir semalaman Bintang mencari keberadaan putri Virgo, dan kini langkahnya sudah ada diantara tebing-tebing batu yang tinggi menjulang. Langkah Bintang terhenti saat sesuatu mengusik pendengarannya. Ketajaman pendengaran Bintang dapat mendengar sesuatu dari kejauhan.Tak mau menunggu, Bintangpun kembali berkelebat cepat kearah asal suara. Langkah Bintang tiba diantara tebing-tebing terjal tinggi, semakin dekat Bintang semakin mendengar jelas suara yang tadi didengarnya. Tak perlu menunggu lama bagi Bintang untuk menemukan asal suara, hingga ;”Aaahhh”. Bintang terhenyak saat melihat pemandangan yang ada dihadapanny
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu