Para Ksatria Jubah Emaspun segera bangkit dari juraan hormat mereka dan segera duduk dikursi emas mereka masing-masing.
“Apakah ada laporan terbaru?”. terdengar Pangeran Kegelapan angkat bicara.
Para Ksatria Jubah Emas terlihat saling pandang satu sama lain, hingga akhirnya salah seorang diantara mereka bangkit berdiri.
“Sepertinya Antheia telah gagal melaksanakan tugasnya pangeran”. Ucapnya lagi. Sesaat wajah Pangeran Kegelapan terlihat berubah, lalu pandangannya beralih kearah Goldblin pembantu setianya.
Seakan mengerti dengan maksud tatapan Pangeran Kegelapan, Goldblin terlihat memejamkan kedua matanya, tongkat ditangannya terangkat. Sesaat terlihat semburat cahaya biru yang keluar dari batu diujung tongkatnya bersinar terang, lalu perlahan redup, seiring dengan itu Goldblin kembali membuka kedua matanya.
“Antheia sudah tewas pangeran”. Ucap Goldblin singkat. Wajah Pangeran Kegelapan terlihat memerah.
&
HIMALAYA adalah salah satu pegunungan tertinggi didunia, berdiri kokoh dengan hamparan salju disepanjang mata memandang, begitu putih, indah dipandang mata. Keindahan pegunungan Himalaya yang terlihat dari jauh tapi kenyataannya tidaklah demikian, sudah menjadi rahasia umum, bahwa sangat jarang ada orang yang berhasil melintasi pegunungan Himalaya dengan selamat, selain dikarenakan rute perjalanannya yang panjang ditambah lagi hawa dingin yang menusuk, hingga dapat dipastikan sangat sulit untuk melewati rute pegunungan Himalaya. Bahkan kini sudah tersiar kabar santer kalau di puncak Himalaya tengah berdiam seorang tokoh sakti yang bergelar Dewi Salju. Jadi walaupun berhasil melewati rute perjalanan yang sulit dipegunungan Himalaya, berhadapan dengan Dewi Saljupun merupakan salah satu masalah besar. Tempat kediaman Dewi Salju memang berada disalah satu puncak pegunungan Himalaya, sebuah tempat kediaman berupa gubuk yang cukup besar. Atap gubuk tersebut terlihat sudah tertutupi oleh timb
Sore datang menjelang disaat satu bayangan putih berkelebat dengan cepat melintasi pegunungan Himalaya. Salju-salju berterbangan saat bayangan putih itu melintasinya. Begitu cepatnya hingga tak seberapa lama bayangan itu sudah berhenti didepan sebuah gubuk tua yang tampak sudah sebagian besar ditutupi oleh timbunan salju tebal diatapnya. Kini kita dapat melihat kalau sosok bayangan putih yang tadi berkelebat adalah sosok seorang nenek yang berpakaian serba putih, bahkan seluruh rambut sinenek yang panjangpun terlihat memutih semua. Tapi walaupun begitu, wajah sang nenek masih terlihat segar, bahkan masih memancarkan raut-raut kecantikannya dimasa muda. Kita tentu mengenal sosok nenek ini, dimana diepisode sebelumnya telah diceritakan tentang sosok Dewi Salju. (baca Kemelut Berdarah Di Perguruan Kecapi Sakti).Di tangan kanan Dewi Salju terlihat dua kuntum bunga berukuran besar tergenggam, setelah lama memandangi pintu gubuk tempat kediamannya. Dewi Salju segera beran
“Apakah tidak mungkin untuk dikalahkan dewi?”“Mungkin saja, karena walaupun dia berhasil menyempurnakan hingga tingkat ke-8, tapi tanpa pusaka Seruling Es ini, jurus ke-8 tidak ada artinya.”. ucap Dewi Salju lagi.“Jadi jurus ke-8 harus menggunakan Seruling Es?”“Benar. Jurus ke-8 dari Salju Himalaya, Auman Naga dipuncak Himalaya harus menggunakan Seruling Es.”.“Auman Naga dipuncak Himalaya”. ulang Putri Kim Si Hyang lagi dengan wajah berubah. Sejenak terlihat Putri Kim Si Hyang tengah memikirkan sesuatu. Dan tiba-tiba saja Putri Kim Si Hyang berlutut dihadapan Dewi Salju. “Tolong ajarkan hamba jurus Salju Himalaya dewi”.Dewi Salju terkejut dan terdiam melihat permohonan Putri Kim Si Hyang kepadanya.“Aku pernah bersumpah tidak akan pernah mengangkat murid lagi setelah murid penghianat itu menghianatiku.”. ucap Dewi Salj
PEGUNUNGAN Himalaya terbentang luas disepanjang mata memandang, hanya hamparan salju dan gunung salju yang berdiri kokoh, menjulang tinggi mencakar langit. Hawa dingin terasa begitu kentara disalah satu puncak pegunungan Himalaya. Sore itu serombongan orang yang berjumlah 7 orang terlihat tengah mendaki pundak pegunungan dengan susah payah. Dari pakaian yang mereka kenakan, dapat dipastikan kalau mereka adalah para prajurit kerajaan.Entah sudah berapa lama ke-7nya berjalan melewati pegunungan Himalaya, dari wajah mereka terlihat jelas rasa dingin dan lelah bersatu padu menjadi satu. Sosok yang berada paling depan sepertinya yang menjadi pemimpin diantara mereka. Sosok laki-laki berwajah tampan dengan kumis tipis menghiasi diatas bibirnya. Tidak seperti yang lain, lelaki ini tampak mengenakan sorban sutra dikepalanya. Pakaiannyapun lebih terlihat mewah dibanding yang lain. Sebilah pedang tampak tersampir dipinggangnya. Sesaat lelaki ini memberikan tanda untuk berhenti kepada
“Nama hamba Bukka Raya, siapakah nama tuan kalau boleh hamba tahu?”. ucap Bukka Raya lagi membuka pembicaraan.“Nama hamba Bintang tuan Bukka Raya”. Ucap Bintang tersenyum.“Maaf, kalau boleh hamba tahu, apakah gubuk ini kepunyaan Dewi Salju?” ucap Bukka Raya lagi dengan suara bergetar“Benar, dugaan tuan tidak salah. Tapi tuan-tuan jangan khawatir, Dewi Salju saat ini tengah pergi, mungkin 1-2 minggu lagi baru kembali.”. ucap Bintang lagi tersenyum melihat wajah-wajah yang ada dihadapannya terlihat menarik nafas lega.“Tuan-tuan sendiri kenapa bisa berada disini?”. tanya Bintang lagi, dan terlihat wajah-wajah yang ada dihadapannya saling pandang, seakan ragu untuk menyampaikannya kepada Bintang.“Jika tuan-tuan berat untuk menyampaikannya. Tuan-tuan tidak perlu mengutarakannya”. Ucap Bintang cepat menyadari tindakannya.“Oh, bukan begitu, maaf tuan. Sebenarnya kam
PAGI baru saja datang, mentaripun belum lagi menampakkan dirinya di ufuk timur, hanya bias keemasan saja yang terlihat memancar terang menerangi alam jagat raya ini. Dipuncak pegunungan Himalaya, seorang pemuda terlihat baru saja melangkah keluar dari dalam sebuah pondok, dia memang tak lain adalah Bintang adanya, Bintang memang sengaja keluar pagi-pagi untuk melihat longsor yang begitu bergemuruh tadi malam.Dari kejauhan Bintang dapat melihat reruntuhan salju yang longsor tadi malam, tapi tiba-tiba saja Bintang menyipitkan pandangan. Ketajaman pandangan mata Bintang dapat melihat sesuatu yang mencurigakan diantara timbunan salju tersebut. Bintang langsung mengerahkan aji Mata Dewa pemberian dewa kera padanya untuk mempertajam pandangannya.Di kejauhan sana, Bintang dapat melihat sebuah tangan yang keluar dari timbunan salju, yakin dengan pandanganya, Bintangpun berkelebat cepat. “Serrrr”. tubuh Bintang berkelebat dengan cepat menuruni salju tebal
Sosok Lan Yan kini sudah terlihat begitu cantik dan anggun, Lan Yan sudah kembali mengenakan pakaian putih yang berlapis dengan pakaian sutra berwarna merah. Rambutnya yang panjang terlihat ditatanya dengan begitu indah dengan sebuah mahkota emas kecil diatas kepalanya, dikeningnya yang putih dan mulus terlihat untaian permata menghias, sepasang anting mutiara tersampir indah dikedua belah telinganya, dilehernya yang jenjang dan indah itu tersampir sebuah kalung berlian bermata merah, bibirnya yang begitu merah merekah begitu menggoda untuk setiap lelaki yang memandangnya, sosoknya yang begitu anggun dan cantik ditambah penampilannya yang begitu memikat, membuat sosok Lan Yan begitu mempesona. Dipinggang kanannya terlihat sebuah pedang tersampir, sedangkan dipinggang kirinya terlihat benda bulat berbentuk gelang besar tersampir.“Wow.”. hanya itu yang terdengar terucap dari bibir Bintang, Bintang tak mampu menyembunyikan keterpesonaannya melihat sosok cantik, jeli
BEBERAPA minggu berlalu. Sebuah kotaraja tampak berdiri dengan megah dan indahnya. Ditengah-tengah kota, sebuah istana terlihat berdiri dengan megahnya, dipintu gerbang istana, beberapa orang prajurit terlihat tengah berjaga dipintu gerbang masuk istana. Kota raja itu terlihat begitu padat dengan segala aktifitasnya, masing-masing orang seakan tak perduli dengan apa yang terjadi disekitar mereka, semua sibuk dengan urusannya masing – masing. Kota raja itu merupakan ibukota dari kerajaan Wijayanagara. Kekaisaran Wijayanagara adalah kekaisaran di India Selatan yang berbasis di Dataran Tinggi Dekkan. Marahaja Harihara Raya nama rajanya.Saat ini Maharaja Harihara Raya tengah mengadakan pertemuan dengan para pejabat istananya, diruangan pertemuan yang begitu megah dan indah itu terlihat sudah berkumpul belasan orang pejabat tinggi kerajaan Wijayanagara.“Panggilkan Tabib Tangan Budha kemari”. Terdengar suara Maharaja Harihara Raya menggema di
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu