“Kau hebat kisanak, biasanya tidak yang mampu berdiri bila sudah terkena Pukulan Pemecah Karangku itu”. ucap Bujang tiba-tiba saja berucap dan mengacungkan jempolnya kearah Bintang.
“Pp.....Pukulan Pemecah Karang, rupanya gerakannya menahan seranganku tadi memang bukan gerakan sembarangan, tapi merupakan Pukulan Pemecah Karang, hebat, sangat hebat sekali”. batin Bintang lagi.
“Sebaiknya kau sembuhkan luka dalammu dulu kisanak, besok saja kita lanjutkan pertarungan kita.”. ucap Bujang lagi dengan seenaknya seraya berbalik dan ingin melangkah pergi.
“Tunggu!!”. Ucapan Bintang terlihat menahan gerakannya. Sosok Bujang terlihat berbalik.
“Ayo kita lanjutkan kembali”.
“Jangan memaksakan diri kisanak, besok saja kita lanjutkan pertarungan kita ini.”.
“Tidak, aku belum kalah, ayo kita lanjutkan.”
“Kalau kau memaksa baiklah, jangan salahkan aku kalau sekarat ditempat ini.”. ucap Bujang Sakti lagi.
“Ja
“Apakah tidak berhasil juga”. batin Bintang menatap kearah sosok Bujang Sakti yang masih berdiri tegar ditempatnya. “Ayo serang aku lagi, apakah hanya itu serangan yang kau andal....” ucapan Bujang Sakti tiba-tiba saja terhenti, raut wajahnya tiba-tiba saja berubah, dan ; “Bruukkk”. tubuhnya yang besar dan gemuk tiba-tiba saja terjatuh ditempatnya, hal ini bukan saja mengejutkan Bujang Sakti sendiri, bahkan Bintang sendiri ikut terperanjat melihat hal itu. “Berhasil!!”. batin Bintang gembira melihat sosok Bujang Sakti tampak tersimpuh tak berdaya ditempatnya. “Kenapa dengan tubuhku, aku merasakan tubuhku seakan tak bertenaga”. ucap Bujang Sakti pada dirinya sendiri. “Kau telah terkena jurus Totokan 5 Benuaku Bujang”. ucap Bintang lagi saat sudah berada didekat tubuh Bujang Sakti, dan terlihat Bintang memijit beberapa bagian ditubuh Bujang Sakti, beberapa saat kemudian Bujang dapat merasakan tenaga didalam tubuhnya mulai kembali seperti semula
Pada hari hari ke 15, Bujang Sakti datang seperti biasanya membawakan makanan, setiap siang selama setiap hari, Bujang selalu datang membawakan buah-buahan kepada Bintang untuk dimakan. “Bagaimana, apakah sudah ada perkembangan?”. ucap Bujang lagi disela-sela kegiatan makannya. Bintang hanya terlihat menggelengkan kepalanya seraya ikut memakan buah-buahan yang dibawa oleh Bujang. “Sabar, ini baru hari ke-15, aku saja memerlukan waktu paling cepat 3 bulan baru bisa mendengarkannya”. “Apa....!! 3 bulan”. ucap Bintang dengan suara terkejut, Bujang Sakti hanya terlihat tersenyum mendengar keterkejutan Bintang. “Yah, 3 bulan, itupun belum sempurna betul, sebenarnya saat itu aku sangat putus asa.....dan hampir-hampir saja aku tidak kuasa untuk melanjutkannya, tapi ayah terus mendorong semangatku, ayah bilang bila aku bisa menguasai dengan sempurna aji Tatar Netra itu, aku akan menjadi pendekar yang tiada tandingannya didunia persilatan ini...”. uca
Perlahan tapi pasti, Bintang kini dapat merasakan suara-suara binatang malam yang dikenalnya, suara jangkrik, kodok dan suara-suara lainnya, anehnya suara-suara tersebut dapat Bintang dengar dengan jelas termasuk suara terpaan air terjun yang menerpa dirinya, walau riuhnya suara air terjun tersebut tapi Bintang masih dapat merasakan ada suara-suara lain ditempat itu. “Aku berhasil! aku berhasil”. ucap Bintang lagi gembira dengan segera membuka kedua matanya dan ternyata malam masih berjalan dan kini dengan mata terbuka Bintang semakin dapat dengan jelas mendengarkan suara-suara tersebut. “Luar biasa, aku bisa mendengarnya”. batin Bintang dengan wajah gembira dan takjub merasakan hal itu. *** Sang surya baru saja menampakkan dirinya di ufuk timur, sinar kuning keemasan tampak memancar keluar dari raut wajahnya yang hangat, hal ini seakan-akan memberikan pertanda kalau dimulainya kehidupan pada hari itu. Kehangatannya teras
Sore itu, ditengah redupnya sang surya yang tampaknya sebentar lagi akan segera tenggelam diufuk barat, tampak tidak begitu mempengaruhi sosok seorang pemuda yang tengah berlatih ilmu kanuragan seorang diri, pemuda berparas tampan berambut kuncir seperti ekor kuda itu tampak begitu menikmati jurus-jurus kanuragan yang tengah dilatihnya, gerakan kakinya begitu cepat sekali sampai-sampai bayangan kakinyapun tidak terlihat. Entah sudah seberapa lama pemuda itu berlatih seorang diri, keringat tampak sudah membanjiri sekujur tubuhnya, sementara itu tanpa disadarinya dua sosok tubuh telah berada tak jauh dari tempatnya berlatihnya, keduanya sosok tersebut tampak tidak begitu beda satu sama lain, sama-sama bertubuh gemuk dan subur, dengan pakaian yang serba kedodoran, hanya saja salah seorang dari mereka terlihat lebih muda dan yang seorang lagi yang cukup tua umurnya. Yang berwajah muda tampak acuh tak acuh seraya terus memakan buah-buahan yang tampak bergantungan dibahu k
Akhirnya Bintangpun mengalah dan Bintangpun mulai membuka kuda-kuda, jurus Tendangan Tanpa Bayangan. “Ayo kita mulai!!” “Maafkan saya guru, Hyyatt..!” Debb! Debb! Debb! Debb! Dengan satu hentakan keras Bintang melesat kedepan dengan satu tendangan cepat dan dasyat, gerakan Bintang begitu cepat dan sangat luar biasa hebatnya serangan awal yang dilakukan oleh Bintang. “Kau akan melihat salah satu dari jurus Kijang Kelanaku ini Bintang, jurus ini kunamakan Kijang Kelana Poros Bumi.”. ucap Raja Penidur lagi tiba-tiba berucap, bersamaan dengan itu serangan Bintangpun dapat menghampar, tapi anehnya hanya meliukkan tubuhnya sedikit serangan dasyat yang dilancarkan oleh Bintang lewat begitu saja, tapi Bintang tidak tinggal diam begitu saja, begitu kakinya sudah menyentuh tanah, Bintang kembali berkelebat menyerang dengan kecepatan yang tak kalah cepatnya, tapi kembali kakek Raja Penidur memperlihatkan kelasnya sebag
Delapan bulan sudah Bintang berada di Lembah Sunyi dan selama itu pula kakek Raja Penidur membimbing dan mendidik Bintang dengan melatih dan menyempurnakan semua ilmu-ilmu yang dimiliki Bintang. Banyak pelajaran yang Bintang dapat selama berada dibawah bimbingan dan didikan kakek Raja Penidur, jurus-jurus Tendangan Tanpa Bayangan, Telapak Bayangan dan jurus ilmu Pedang Lenturnya kini sudah jauh dari sempurna setelah mendapat beberapa pembaharuan dan penyempurnaan dari kakek Raja Penidur. Bahkan dalam berbagai pemahaman, ada beberapa pelajaran yang amat berbeda yang Bintang dapat dari kakek Raja Penidur, terutama dalam menghadapi setiap lawan dalam setiap pertarungan. Kakeknya, Dewa Tanpa Bayangan dan Kakek Benua Peramal 5 Benua selalu mengatakan kalau dalam menghadapi sebuah pertarungan jangan pernah meremehkan setiap lawan yang dihadapi, tapi bagi kakek Raja Penidur sangat berbeda, dalam menghadapi setiap lawan jangan pernah menganggap law
“Ajian Surya Rembulan.”. ulang Bintang lagi dengan kening berkerut. “Sebagaimana namanya Surya Rembulan, berarti ajian memiliki dua unsur hawa yang berlawanan, surya mengandung hawa panas dan rembulan mengandung hawa dingin, dan tidak semua orang dapat menerima kedua hawa yang berlawanan itu didalam tubuh mereka, oleh karena itulah aku tidak menurunkan ajian ini pada putraku Bujang Sakti, karena aku takut dia tidak akan bisa menerimanya, sedangkan dirimu aku yakin kau pasti bisa menerimanya karena kau bukanlah orang biasa..... kau adalah orang terpilih dari yang terpilih dimayapada ini, aku yakin kau pasti akan bisa menerima ajian ini...”. ucap kakek Raja Penidur seraya berhenti sejenak. “Untuk menguasai ajian ini, aku akan menurunkan kedua hawa itu pada tubuhmu, yaitu Hawa Inti Surya yang mengandung hawa panas dan Hawa Inti Salju yang mengandung hawa dingin, jika kedua hawa inti ini sudah masuk kedalam tubuhmu, baru akan menurunka
Saat matahari mulai berada condong diufuk barat, barulah Bintang dan kakek Benua tiba dikaki Bukit Bayangan, sesaat Bintang menghentikan langkahnya, kakek Benua yang ada disebelahnya ikut menghentikan langkah dan berpaling kearah Bintang dengan tatapan heran. “Rasanya sudah lama sekali aku meninggalkan tempat ini guru”. ucap Bintang seraya terlihat menghirup dalam-dalam udara yang ada ditempat itu. “Yah, tempat ini memang tidak berubah, ayo cepat....nanti keburu malam”. ucap kakek Benua lagi seraya berkelebat mendahului Bintang, Bintang segera ikut berkelebat mengejar. Tak lama kemudian keduanya sudah berada dipuncak Bukit Bayangan dimana sebuah bangunan tua dan besar terlihat dipuncak Bukit Bayangan, tapi Bintang terkejut saat melihat sosok-sosok yang berdiri dipintu gerbang bangunan tersebut, dan yang mengejutkan Bintang karena dia mengenali betul sosok-sosok yang tengah berdiri menantinya tersebut. “Bunda”. ucap Bintang langsung menjatuhkan dirinya dikaki
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu