“Huppp.”. sosok raden Santang terlihat melompat mundur.
Begitu raden Santang melompat mundur, seketika sorak tepuk tangan penonton langsung membahana ditempat itu. “Hebat.....hebat.....teruskan....!!! teruskan....!!”. terdengar sorakan penonton dengan penuh semangat. Sejak tadi mereka menahan nafas karena terpana melihat pertarungan yang terjadi dan kini mereka baru bernafas lega.
“Lalu apa yang harus aku lakukan guru ?”. batin raden Santang lagi.
“Pancing dia untuk menyerangmu terlebih dahulu, setelah itu gunakan jurus Membelah Diri yang kuajarkan padamu, lalu pergunakan jurus Cakar Naga untuk menyerangnya, tapi kali ini arahkan serangannya dari atas dan bawah, terutama incar kedua kakinya.”. balas Pertapa Lembah Naga lagi, dan raden Santang terlihat mengangguk.
Sementara itu ditempatnya Bintang terlihat menarik nafas lega melihat raden Santang menarik serangannya.
“Hebat! Benar-benar hebat”. ucap gusti prabu tanpa sadar set
“Huppp..”. kembali Bintang bergerak cepat menghindari serangan maut yang dilancarkan oleh raden Bintang, tapi ; “Upsss”. hampir saja tubuh Bintang terkena sambaran serangan dari sosok raden Santang yang satunya lagi, rupanya raden Santang sudah dapat membaca kemana Bintang akan bergerak menghindar. Kali ini jurus Kijang Kelana ditambah kecepatan gerak aji Mambang Bayu benar-benar teruji, tapi yang membuat Bintang heran, serangan gencar yang dilancarkan oleh raden Santang selalu saja dapat membaca kemana gerakan Bintang mengarah. Sementara itu kedua sosok raden Santang terlihat semakin bersemangat melancarkan serangan Cakar Naganya kearah Bintang. “Arahkan seranganmu kekanan Santang”. kembali terdengar bisikan Pertapa Lembah Naga ditelinganya, rupanya Pertapa Lembah Naga yang terus membantu mengarahkan raden Santang dalam melancarkan serangannya. Dan hal ini tak luput dari pengawasan Begawan Cakra Buana yang menyadari kalau Pertapa L
“Bagaimana guru bisa ada disini ?”. tanya Bintang lagi. “Sudah, itu tak penting, yang penting sekarang kau harus memenangkan pertandingan ini. Jangan memalukan nama gurumu”. ucap kakek Sigila Tuak lagi. “Tapi jurusnya sangat sulit untuk dihadapi guru. Jurus Kijang Kelana dan kecepatan gerak aji Mambang Bayupun tidak bisa banyak berbuat.”. ucap Bintang lagi. “Bocah tolol! Apakah bisamu cuma jurus itu-itu saja. Apakah aku masih kau anggap gurumu sampai-sampai kau tidak pernah menggunakan jurus yang kuajarkan padamu.”. ucap kakek Sigila Tuak lagi hingga membuat Bintang tersadar. “Terima kasih atas petunjuknya guru.”. ucap Bintang lagi mantap seraya kembali menyerahkan bumbung tuak itu kepada kakek Sigila Tuak. Bintang berdiri dan langsung menghadap kearah ke-4 sosok raden Santang yang sudah berdiri menantinya. “Ayo kita lanjutkan raden Santang ?”. ucap Bintang lagi. “Kali ini akan kubuat kau menyesal karena
“Guru.”. terdengar raden Santang bergumam, rupanya sosok yang naik keatas panggung itu adalah sosok Begawan Cakra Buana. “Hentikan seranganmu Santang.”. terdengar ucapan Begawan Cakra Buana dengan tegas, melihat tatapan tajam gurunya kearahnya, raden Santang segera mengurungkan niatnya untuk menggunakan aji Cakra Buana. Cahaya putih yang membentuk Cakra yang ada ditangannya langsung hilang. “Serrr...”. sosok Sigila Tuakpun ikut naik keatas arena. “Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dengan Begawan disini”. ucap Sigila Tuak menjura hormat. “Akulah yang merasa terhormat bisa bertemu dengan Sigila Tuak disini.”. sambut Begawan Cakra Buana balas menjura hormat. Lalu kedua-duanya terlihat saling membantu murid mereka masing-masing. “Ini hanya adu ilmu kanuragan biasa, kenapa harus kau gunakan jurus Cakra Buana Santang”. ucap Begawan Cakra Buana lagi “Maafkan saya guru.”. ucap Santang lagi. “Wanaya, kalau boleh kut
Siang itu matahari bersinar dengan teriknya, membuat Bintang dan Paman Randunya harus berjalan ditengah teriknya matahari, sesekali Bintang menyeka keringat yang membanjiri tubuhnya. Bintang tampak sudah kembali mengenakan pakaiannya seperti biasa, tidak lagi mengenakan blangkon dan pakaian seperti yang dikenakannya sewaktu di Istana Karang sewu. Dengan pakaian khasnya, baju putih berjubah biru, ditambah rambutnya yang panjang dikuncir rapi seperti ekor kuda, sebilah bidang tampak tersampir dipunggungnya. Sementara itu sosok paman Randu juga tampak ikut menggebah kuda disebelah Bintang. Tak lama kemudian perjalanan keduanya memasuki sebuah desa, dimana desa itu terlihat ramai penduduknya. “Mari kita cari makan dulu paman.” “Ayo”. kedua-duanya tampak memasuki desa dan saat tiba didepan sebuah warung yang tampak ramai oleh pengunjungnya Bintang dan paman Randupun mampir. Setelah memesan makanan, Bintang dan paman Randupun menyantapnya d
PADEPOKAN CAKRA BUANA, terlihat sebuah papan nama disebuah bangunan yang berdiri kokoh dipinggiran sebuah hutan. Terlihat aktifitas murid-murid padepokan Cakra Buana yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sebagian ada yang berlatih jurus tangan kosong, sebagian yang lain berlatih senjata, sebagian yang lain juga terlihat tengah melatih ilmu meringankan tubuh dan sebagian yang lain juga terlhat sibuk dengan urusannya masing-masing. Di dunia persilatan nama Padepokan Cakra Buana memang sudah amat terkenal, muridnya dari berbagai daerah datang ke Padepokan Cakra Buana untuk berguru pada Begawan Cakra Buana. Kemasyuran dan kehebatan Begawan Cakra Buana ternyata sudah membuat nama perguruan ini begitu amat disegani baik kawan maupun lawan. Begawan Cakra Buana memiliki seorang putri, tapi saat istri Begawan Cakra Buana meninggal, putrinya dibawa oleh kakek dan neneknya meninggalkan padepokan Cakra Buana. Sejak saat itu Begawan Cakra Buana mempercayakan murid-murid se
“Tadi kami sudah menyiapkan makanan untuk kakang, tapi kami lihat kakang sedang tidur yah kami biarkan saja”. ucap Cakra lagi. “Tidak apa-apa Cakra, Buana”. ucap Bintang tersenyum. “Mari kang, kami perkenalkan pada murid-murid yang lain”. ucap Cakra lagi dan Bintangpun segera mengikuti langkah keduanya. “Kang Bintang perkenalkan ini kang samani, kang rajata, kang samingi”. Ucap Cakra memperkenalkan beberapa orang diantara murid-murid padepokan. Bintang segera menjura hormat dan segera dibalas oleh ketiganya. “Mereka bertiga adalah kakak seperguruan kami kang”. sambung Buana lagi. “Selamat datang ditempat kami raden”. ucap rajata lagi. “Saudara-saudara, hari ini kita telah kedatangan tamu yang sangat istimewa, orang yang selama ini hanya kita dengar namanya saja dijagat persilatan. Dan kita sangat beruntung hari ini dapat bertemu langsung dengannya.”. ucap Cakra tiba-tiba berteriak keseluruh murid padepokan yang langsung memperhat
“Bb...Bb...Bagaimana bisa?”. ucap beberapa orang murid padepokan Cakra Buana seakan tak percaya dengan apa yang terjadi, karena mereka tidak sedikitpun melihat kalau Ksatria Pengembara mengeluarkan tenaganya untuk menghancurkan batu tersebut. “Hebat!”. tapi bagi sebagian yang lain justru berdecak kagum tanpa mereka sadari melihat apa yang baru saja terjadi. Sementara itu Bintang tersenyum puas melihat wajah-wajah yang ada ditempat itu berubah kaget melihat apa yang terjadi. “Mari denmas”. Begawan Cakra Buana mempersilahkan Bintang untuk mengikuti. “Baik Begawan”. ucap Bintang lagi seraya meninggalkan wajah-wajah yang masih terpana dengan apa yang baru saja terjadi. Bintang mengikuti langkah Begawan Cakra Buana yang kini memasuki sebuah ruangan besar. “Silahkan duduk denmas”. ucap Begawan Cakra Buana mempersilahkan. “Maaf sudah membuat denmas repot dengan hal tadi” “Ah, tidak apa-apa Begawan”. “Maaf, kalau tidak salah bu
“Didunia ini tidak ada manusia yang bisa mengendalikan kekuatan Hawa Inti Surya dan Hawa Inti Salju secara bersamaan didalam tubuhnya Bintang, dulu saat kami masih menuntut ilmu, guru kami berpesan, pukulan Surya Rembulan hanya bisa digunakan sebanyak 1x. Lebih dari itu pemiliknya akan tewas, dan setahuku kakang Raja Penidur sudah menggunakannya dulu sewaktu menghadapi RAJA IBLIS GUNUNG MERAPI dan RAJA IBLIS REMBULAN.”. ucap Begawan Cakra Buana lagi. “Bahkan kalau sudah menggunakan 1x pukulan ini, maka pemiliknya tidak akan bertahan hidup lama apabila terus menerus menghirup udara segar. Makanya kakang Raja Penidur melatih ilmu Raja Penidurnya agar kakang Raja Penidur dapat hidup lama..”. jelas Begawan Cakra Buana lagi, hingga kini Bintang baru mengerti kenapa sewaktu dia berada di lembah sunyi tempat eyang Raja Penidur, Bintang jarang sekali bertemu dengan eyang Raja Penidur. Kini Bintang baru tahu kenapa eyang Raja Penidur lebih sering berada dit
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu