Bintang menghentikan langkahnya saat sudah dapat mendengar dengan jelas suara desahan-desahan penuh kenikmatan itu, sebagai orang yang sudah amat berpengalaman dengan bercinta, Bintang tahu suara itu berasal dari desah seorang wanita yang tengah bercinta, memutuskan untuk tidak ingin mencampuri urusan tersebut, Bintang memutuskan untuk segera kembali kekamarnya, tapi baru beberapa langkah Bintang kembali menghentikan langkahnya, entah kenapa hati Bintang amat penasaran untuk mengetahui dari siapa suara itu berasal. “Mungkin tidak ada salahnya aku melihatnya sebentar”. batin Bintang lagi seraya kembali mencari tahu dimana asal suara tersebut dan tak perlu menunggu lama, saat menyibak sebuah dahan kecil yang ada dihadapannya. “Ahhh”. betapa terkejutnya Bintang saat melihat beberapa tombak dihadapannya terlihat 2 orang muda mudi yang tengah memadu asmara, yang membuat Bintang terkejut adalah sosok sepasang muda mudi itu tak lain adalah Sangkawuni dan Sebaya sendiri. Dari tempatnya berad
Setelah yakin kalau bisa racun ular tersebut sudah dikeluarkannya, Bintang terlihat melakukan gerakan tangan berputar didepan dadanya dan sesaat kemudian Bintang langsung menempelkan telapak tangannya kearah luka bekas gigitan ular tersebut dan sesaat Wuni dapat merasakan ada sesuatu yang seperti mengalir keluar dari sekujur tubuhnya dan seperti tersedot kearah telapak tangan Bintang yang menempel diluka bekas gigitan ular tersebut. Cukup lama hal itu terjadi hingga akhirnya Bintang melepaskan telapak tangannya dari lengan Wuni. Dan sekarang Wuni dapat melihat bagaimana luka bekas gigitan ular tersebut sudah lenyap begitu saja dari lengannya. Rupanya Bintang tadi telah menggunakan aji Tapak Serapnya untuk menyedot dan menghapus bekas luka tersebut. Kejadian yang begitu cepat ini cukup membuat Wuni terkagum-kagum akan apa yang baru saja dilakukan Bintang dan hal inilah yang membuat Wuni menatap tak berkedip kearah Bintang. “Wuni....Wuni!”. tegur lembut Bintang hingga membuat Wuni ters
Sementara itu ditempat persembunyian Bintang. “Jurus Tongkat Darah”. ulang Bintang lagi. “Sebaiknya kita segera pergi sekarang kakang, janda cantik itu sudah cukup lama menunggu kita disana”. ucap salah seorang diantara mereka lagi dan lalu ke-4nyapun segera berkelebat pergi meninggalkan tempat itu, sementara itu Bintang dengan sangat hati-hati terus mengikuti ke-4nya, Bintang sangat berharap kali ini penyelidikannya dapat membuahkan hasil. Ke-4nya terlihat berhenti didepan pintu sebuah gubuk kecil. “Masuk saja kang, dia sudah menunggu kakang”. ucap salah seorang diantara mereka lagi dan tanpa menunggu waktu lagi Sebayapun segera memasuki gubuk tua tersebut. Ditempatnya Bintang tentu saja amat penasaran dengan apa yang ada didalam gubuk tua tersebut, berpikir untuk mengetahui apa yang terjadi Bintang segera berkelebat ringan keatas atap gubuk tua tersebut, tapi belum lagi Bintang melubangi atap gubuk tersebut, Bintang dikejutkan oleh suara-suara rintihan-rintiihan dan desahan-desaha
Pada malam harinya kembali Bintang melihat Sebaya pergi meninggalkan Perkumpulan Pengemis dan kali inipun Bintang berniat untuk mengikutinya. Tapi belum lagi Bintang berkelebat pergi.“Kang Bintang”. sebuah suara lembut membuat Bintang menahan langkahnya. Bintang segera berpaling.“Wuni”. ucap Bintang tersenyum saat melihat sosok Sangkawuni yang kini sudah berada dibelakangya.“Kakang belum tidur. ?”. ucap Sangkawuni lagi.“Belum, Wuni sendiri kenapa belum tidur ?”“Aku tak bisa tidur kang”. ucap Sangkawuni lagi.Lalu keduanya kembali berjalan beriringan, tak ada yang membuka suara.“Wuni... Sebenarnya malam ini kakang ingin mengajak Wuni kesuatu tempat”“Kemana kang ?”“Kakang harap Wuni jangan terkejut apalagi sampai bersedih”. ucap Bintang lagi hingga semakin mengejutkan Wuni dan keheranannya.“Wuni tak mengert
“Kita bantu adik sakar, kakang”. ucap salah seorang diantara mereka lagi dan ucapannya langsung disambut anggukan oleh yang satunya lagi, maka : “Hyyatttt..hiyattt.....wuuttttt”. hampir bersamaan keduanya saling melompat menyerang dengan tongkat-tongkat ditangan mereka.Menghadapi ketiga orang pengikut Perkumpulan Pengemis ini memang bukanlah pekerjaan sulit bagi Bintang, tapi juga bukan perjuangan yang mudah bagi Bintang, karena ketiganya ternyata memiliki tingkat ilmu kanuragan yang rata-rata cukup tinggi, hingga mau tak Bintang terpaksa harus menggunakan jurus Kijang Kelananya yang lain.Malam itu benar-benar terjadi satu pertarungan sengit diantara mereka dan pertarungan sudah memasuki jurus ke 42, tapi ketiga lawan Bintang belum mampu untuk mengalahkan Bintang dan ini disadari betul oleh ketiganya, maka saat bersamaan ketiganya melompat mundur kebelakang dan terlihatlah bagaimana ketiganya berusaha mengatur nafas mereka yang terlihat membur
“Sudah jangan menangis lagi, ayo kakang antar Melati pulang”. ucap Bintang dengan lembut dan tersenyum, tanpa menjawab, Melati hanya tersenyum dan mengangguk. Maka pada malam itu Bintang mengantarkan Melati kembali ke tempat Ki Lantuk di desa Lubuksirah.Setelah mengantarkan Melati, malam itu juga Bintang kembali ke Perkumpulan Pengemis, tapi baru saja memasuki halaman Perkumpulan Pengemis, tiba-tiba saja Bintang menghentikan langkahnya dimana puluhan bahkan ratusan anggota Perkumpulan Pengemis langsung bergerak mengepungnya, walau tidak tahu apa yang telah terjadi, tapi kemudian pandangan Bintang tertuju pada sosok yang baru saja muncul dari dalam bangunan yang ada dihadapannya.“Sebaya”. ucap Bintang perlahan.“Kau tak perlu bersandiwara lagi kisanak, sekarang katakan siapa kau dan apa tujuanmu datang kemari. ?”. ucap Sebaya lagi seraya melangkah kehadapan Bintang.“Aku... Aku tak mengerti maksudmu Sebaya ?&rdqu
“Baiklah kang, kalau tidak salah di kebun kelapa ini ada sebuah gudang kelapa yang sudah lama tak digunakan, ayo kang”. ucap Sangkawuni lagi seraya kembali menggebah kudanya untuk mencari gudang kelapa tersebut, Bintang hanya mengikutinya dari belakang, setelah seberapa lama akhirnya mereka menemukan juga gudang kelapa tersebut, setelah menambatkan kedua kuda mereka, Bintang dan Sangkawuni segera memasuki gudang kelapa tersebut, ternyata didalamnya tidak terdapat banyak kelapa kering milik para petani dan untunglah gudang kelapa itu dipenuhi oleh tumpukan jerami yang mungkin juga biasa digunakan oleh pak tani untuk beristirahat didalam gudang tersebut.Bintang segera membuatkan api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka, sementara itu diluar, rintik demi rintik hujan mulai berjatuhan dan akhirnya mengguyur dengan lebatnya.***Hujan semakin lebat mengguyur bumi, digudang kelapa tempat Bintang dan Sangkawuni berteduh, terl
Keduanya terus tenggelam dalam suatu lumatan hangat dan indah dan penuh perasaan. Bintang dan Sangkawuni terlihat saling berdekapan dan berciuman erat, larut dalam galau emosi dan birahi yang sekian lama tak tertahankan. Cukup lama keduanya saling tenggelam dalam lumatan hangat dan indah bibir keduanya.Sangkawuni terlihat memperbaiki tubuhnya yang kini duduk di pangkuan Bintang. Sementara kedua bibir mereka terus saja berciuman, semakin dalam dan semakin membara. Entah sadar atau tidak, secara perlahan tapi pasti, Bintang mulai melepaskan pakaian yang dikenakan oleh Sangkawuni, dan satu demi satu pakaian tersebut mulai terlepas dari tempatnya, Sangkawunipun tak tinggal diam, sebisanya berusaha melepaskan satu persatu pakaian Bintang, sementara itu keduanya terus bergumul dalam paduan birahi yang tak terbilang. Tak sadar lagi keduanya bagaimana masing-masing kehilangan kain penutup tubuh satu persatu, sampai akhirnya mereka hanya tinggal mengenakan kain penutup tubuh ya
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu