Tidak salah, gadis muda berparas cantik nan jelita ini adalah Gusti Putri Roro Ajeng, dia adalah adik kandung dari Gusti Prabu Anggoro Putro, sudah bukan rahasia umum lagi tentang kecantikan yang dimiliki oleh Gusti Putri Roro Ajeng, dan tentu tidak ada seorang laki-lakipun yang tak mengagumi kecantikan dan keanggunan sosok Gusti Putri Roro Ajeng, apalagi keberadaan sosok Gusti Putri Roro Ajeng begitu sangat dicintai dan sangat dikenal dimasyarakat negeri Bintan ini, hal ini dikarenakan sifat baik dan sangat suka membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya, Gusti Putri Roro Ajeng terkenal dengan kelembutan dan keramahannya terutama kepada golongan orang-orang kecil. Dan diantara semua yang menatap kagum kearah sosok Gusti Putri Roro Ajeng, hanya Ayuandira saja yang terlihat tak senang atas kehadiran Gusti Putri Roro Ajeng ditempat itu. Sejenak terlihat putri nan cantik ini menatap semua orang-orang yang sudah siap bertempur itu. “Ada apa ini ?”. tanyanya lagi lembut. “Ah, t
Matahari sudah terlihat condong ke ufuk barat, sinarnya tidak lagi menyengat seperti tadi, angin semilir menghembus membelai setiap tubuh yang dilewatinya, belasan bahkan puluhan orang tampak duduk secara berkelompok dihalaman Perguruan Tongkat Dewa, bila melihat dari pakaian yang mereka kenakan, jelas mereka berasal dari dua perguruan yang berbeda, sementara itu dipendopo perguruan sendiri, terlihat sosok Ki Lanang, Ki Prabaskara, Ayuandira, Dayungkara, Jaka Daru dan Gusti Putri Roro Ajeng sendiri. Dari wajah-wajah mereka jelas terlihat ketegangan dari suatu penantian yang panjang, sesekali diantara mereka melihat kearah pintu gerbang perguruan, seolah berharap akan ada seseorang yang datang dari arah luar. Sudah cukup lama mereka menanti, tapi orang yang dinantikan belum juga ada tanda-tanda kemunculannya. Hingga perhatian mereka tiba-tiba saja tertuju pada salah seorang murid perguruan yang saat itu tengah berlari-lari menuju kearah pendopo, dan hampir semua orang yang ada ditempat
“Bet..bettt..bettt....betttt...weesss...weeesss..weessss.....”. hebat, golok yang ada ditangan Ki Prabaskara terlihat langsung menjelma menjadi puluhan banyaknya, seperti namanya Golok Hantu Membelah Bayangan, Golok yang ada ditangan tiba-tiba terasa lenyap dari pandangan, yang terlihat justru bayangan golok tersebut yang jumlahnya amat banyak sekali, sementara itu didepan sana, Bintang hanya bersiap dengan pedang kecil ditangannya sungguh sangat berbeda sekali ukuran kedua senjata tersebut, bagi sebagian murid-murid Perguruan Tongkat Dewa meragukan apakah pedang Bintang dapat menandingi golok yang ada ditangan Ki Prabaskara, hal ini membuat hampir semuanya harus menahan nafas karena tegang, sedangkan murid-murid Perguruan Golok Hantu sendiri yakin kalau guru mereka segera menenangkan pertarungan itu. “Hiyatttt.....wesshhh....weesshhh.......wesshh.....”. sosok Ki Prabaskara melesat dengan golok ditangannya kearah Bintang, bayangan golok yang jumlahnya telah menjelma menjadi puluhan it
Gusti Patih Suwandaru sendiri segera membantu Bintang yang saat itu terlihat sudah kepayahan berdiri. “Bagaimana keadaanmu anakmas ?”. “Saya tidak apa-apa gusti patih”. ucap Bintang lagi mencoba tersenyum. Dan tak lama kemudian, Ki Lanang, Jaka Laksono, Jaka Daru, Ratih Kumala, Ayuandira dan Gusti Putri Roro Ajeng sendiri segera mendekat. “Daru, kau bantu Bintang”. perintah Jaka Laksono lagi dan dengan cepat Jaka Daru segera memapah Bintang untuk menuju ke rumah kediaman. “Ini semua salahku Romo, kalau saja aku tidak menyetujui adu ilmu kanuragan ini, semuanya tidak akan terjadi”. ucap Gusti Putri Roro Ajeng lagi terlihat menyesali keputusannya. “Tidak Ajeng, ini bukan salahmu, tindakanmu sudah benar dengan begini Ki Prabaskara akan menganggap kalau urusan ini sudah selesai”. ucap Gusti Patih Suwandaru lagi. “Tapi karena saya, dia harus terluka dan hampir saja tadi dia celaka ?”. ucap Gusti Putri Roro Ajeng lagi cemas. “Kenapa harus cemas seperti itu Ajeng, apakah kau sudah kena
“Karena dia tak ingin mempermalukan Ki Prabaskara dihadapan banyak orang seperti yang dia lakukan pada Dayungkara”. tiba-tiba suara terdengar menjelaskan pertanyaan Jaka Daru itu, dan suara itu itu berasal dari pintu kamar itu hingga dengan serta merta semua pandangan berpaling kearah pintu kamar itu. “Ajeng...”. hampir bersamaan semua yang ada ditempat itu terkecuali Bintang tentunya menyebutkan nama sosok gadis yang baru saja memasuki kamar itu. Sosok gadis berparas cantik nan jelita yang tak bukan tak lain adalah Gusti Putri Roro Ajeng. Dengan tersenyum lembut Gusti Putri Roro Ajeng terlihat berjalan mendekati mereka. “Oh Bintang, perkenalkan ini Roro Ajeng, dia adalah putri angkat Romo”. ucap Jaka Laksono lagi memperkenalkan. “Dia juga gusti putri kerajaan Bintan, Bintang, jadi hati-hati kalau kau bicara dengannya”. goda Ratih Kumala lagi tertawa kecil. Tapi ucapan itu membuat tanda tanya dihati Bintang terjawab sudah kenapa gadis berparas cantik jelita itu berpakaian seperti la
“Gusti Putri Roro Ajeng sedang ada didalam”. sebuah suara terdengar lembut dibelakangnya hingga membuat sosok itu terkejut, dan serta merta dia berpaling.“Rama Anggada...”. terdengar nama itu disebut perlahan dibalik bibir merahnya yang indah. Wajah gadis berwajah cantik ini terlihat berubah, dan terlihat dengan cepat dia ingin melangkah pergi, tapi ;“Ayuandira, tunggu !!”. tapi kembali suara itu menahannya, suara yang berasal dari seorang pemuda bertangan buntung yang tadi disebut dengan nama Rama Anggada oleh gadis yang dipanggil dengan panggilan Ayuandira itu, langkah Ayuandira terhenti sejenak.“Bb...boleh aku bicara sebentar denganmu Ayuandira ?”. ucap Rama lagi perlahan.“Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan kang”. ucap Ayuandira dingin.“Aku mohon Ayuandira, hidupku tidak akan tenang sebelum aku mengatakan ini padamu”.“Kalau begitu katakanlah, aku aka
Tong....tong....tong....”. malam yang sunyi itu tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara pentungan yang membahana di Perguruan Tongkat Dewa, suara pentungan itu jelas saja mengejutkan semua yang ada diperguruan itu, dengan segera mereka keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dan dalam sebentar saja semuanya sudah berkumpul dihalaman perguruan, lampu-lampu obor langsung dinyalakan hingga menerangi tempat itu. Terlihat diantaranya Joko Laksono, Ratih Kumala, Jaka Daru, Ayuandira, Gusti Putri Roro Ajeng dan Bintang sendiri. “Ada apa, siapa yang membunyikan pentungan ?”. tanya Laksono cepat. “Maaf ketua, ss...saya yang membunyikannya tadi”. ucap seorang pemuda kurus yang berada diantara mereka. “Kenapa, apakah ada sesuatu yang amat penting hingga kau membunyikan pentungan itu ?”. tanya Laksono lagi dengan mantap. “Ampun ketua, saat saya tadi sedang meronda, saya mendengar ada suara keributan dikamar raden Rama Anggada, makanya saya kesana untuk melihatny
“Tapi bagaimana kalau kang Bintang menolakku, ah malu sekali aku”. batin Ayuandira lagi semakin bingung. “Tapi paling tidak aku tahu apakah kang Bintang juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Ah, aku harus menanyakan hal itu malam ini juga pada kang Bintang, paling-paling aku malu bila kang Bintang menolaknya daripada harus menanggung perasaan seperti ini terus menerus”. ucap Ayuandira lagi akhirnya memutuskan, dengan perasaan mantap akhirnya Ayuandira melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya menuju ke kamar Bintang, tapi begitu sudah berada didepan pintu kamar Bintang, tiba-tba saja Ayuandira mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar itu, entah kenapa Ayuandira merasakan dadanya berdebar keras, ada keraguan dihatinya. “Ah, bagaimana bila benar-benar kang Bintang menolak cintaku, aduh pasti malu sekali aku”. batin Ayuandira lagi, meyakinkan hatinya akan hal itu, Ayuandira membalikkan tubuhnya ingin melangkah pergi, tapi baru beberapa langkah meninggalkan
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu