Beranda / Lain / Korban Perceraian / Penghancur Mental

Share

Penghancur Mental

Penulis: Rias Ardani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-18 11:05:41

Bab13

"Maaf," ucap Ganesa, dan lekas berjalan dengan cepat, melewati lelaki itu.

"Ganesa," panggil Tante itu. Dan sedikit berlari, mengejar langkah Ganesa.

Begitu juga dengan Andin dan Gaby. Serta si lelaki tadi, yang ternyata adalah Rasyid.

"Mas yakin itu Ganesa?" tanya Andin, dengan wajah nampak panik.

 "Yakin, yakin banget. Wajahnya sangat mirip dengan Gaby, meskipun dia sangat kurus," sahut Rasyid.

"Ayo kejar," seru Gaby. 

Mereka pun menyusul, berlarian mengejar Ganesa yang semakin berlari dengan cepat.

Bahkan, wanita yang membawa Ganesa tadi, juga kebingungan, dengan tingkah Ganesa.

"Mbak ...." Andin memanggil wanita di depannya, yang tidak lagi berlari. Sedangkan Gaby dan Rasyid, masih berlari mengejar langkah Ganesa.

"Ya." Wanita itu menoleh ke arah Andin, dan menghentikan langkahnya.

"Mbak kenal Ganesa?" 

"Mbak siapa ya?"

"Saya Ibunya."

"Oh." Wanita itu memindai A

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Korban Perceraian   Ditolak

    Bab14Andin tidak menghiraukan seruan Gaby. Dia tetap menatap dalam wajah Ganesa yang menunduk."Ganesa, Mama minta maaf, Nak. Mama salah selaam ini, maaf."Ganesa tidak merespon apapun, seperti dulu, dia hanya terdiam, tanpa bisa bersuara apapun. Ganesa berusaha kuat, dan menahan tangisnya dalam hati."Ganesa, Mama paham, jika kamu membenci Mama. Tapi sayang, tolong berikan Mama kesempatan, untuk menebus semua kesalahan ini. Mama mohon, Nak."Andin kembali berusaha menyentuh Ganesa, namun lagi-lagi Ganesa menghindar dan menolak untuk disentuh. Hal itu kembali membuat Gaby kesal, dan menarik napas dalam.Mencoba menahan amarahnya kali ini, melihat sikap Ganesa, yang dia anggap berlebihan.Semua terdiam membeku untuk beberapa saat."Ganesa, ayo Tante antar pulang," ucap wanita, yang sedari tadi diam, menyaksikan keributan mereka.Wanita yang tadinya berniat berbincang-bincang banyak dengan Ganesa, malah menyak

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-18
  • Korban Perceraian   Alamat Ganesa

    Bab15"Iya Mas ngerti. Mungkin Ganesa perlu waktu, untuk memaafkan kamu.""Tapi Mas, sampai kapan? Aku nggak bisa tenang memikirkan keadaannya yang seperti itu.""Sudahlah, Ma. Yang penting dia hidup," ucap Gaby menimpali."Gaby. Kenapa kamu seperti ini? Dia itu Kakak kamu. Tapi sedari tadi, kamu bersikap seperti ini.""Ma, aku itu nggak suka Kakak Ganesa seperti tadi sama Mama. Mama sudah tulus mencari dan memohon maaf sama Kakak. Tapi apa balasannya? Mama diabaikan seperti tadi.""Gaby. Kamu apakah tidak sadar? Penampilan kamu dan Ganesa itu berbeda. Jadi sudah sangat jelas, kehidupan kalian pun berbeda. Tadi itu, adalah bentuk rasa kecewa dan sakit hatinya pada Mama. Apakah kamu tidak peka sedikitpun pada Kakak kamu sendiri."Gaby terdiam, melihat dan mendengar ucapan Mama nya. Dia tahu, ini bukan saatnya untuk berdebat. Biar bagaimana pun juga, Gaby sangat sayang pada Andin."Sudahlah, kita tidak perlu ribut di sini. Ayo ki

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-18
  • Korban Perceraian   Bersama Orang Asing

    Bab16Sesampainya di depan kontrakkan Ganesa, mereka pun keluar."Ya Allah," gumam Andin dalam hati, ketika melihat lingkungan, tempat tinggal Ganesa.Gaby pun merasa jijik, melihat sekeliling, yang terbilang kumuh dan banyak sampah berserakan."Kakak tinggal di sini? Ih ngeri banget. Aku nggak akan sanggup Ma."Andin hanya terdiam membeku, menyisir sekelilingnya."Ayo," ajak Rasyid.Mereka kembali berjalan, menuju ke kontrakkan tersebut."Mbak, benar nggak di sini alamat Ganesa?" tanya Andin, kepada wanita tua, yang sedang jemur pakaian."Benar. Tapi kemarin sudah pindah, bersama Tante nya katanya.""Pindah. Bersama Tante nya?""Iya. Katanya sih Tante Ganesa. Orangnya cantik dan punya mobil juga. Sepertinya dia orang kaya. Tapi ngomong-ngomong, kalian ini siapa?""Apa rambutnya kriting dan menggunakan mobil putih?" tanya Andin, tanpa menjawab pertanyaan orang tua itu."Betul

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-18
  • Korban Perceraian   Ke Jakarta

    Bab17"Sudah lama aku tidak mengunjungi anak-anak," gumam Zaki, sembari menyesap kopinya. Pemandangan pagi yang begitu segar, selepas hujan mengguyur kota Bandung.Zaki duduk di balkon belakang rumah, yang berdiri tegak di tepi jurang. Bangunan rumah berlantai tiga itu, begitu memukau setiap orang yang melihatnya.Sisian jurang, terdapat curuk yang begitu indah dipandang mata. Pemandangan inilah, yang kadang ingin Zaki perlihatkan pada anak-anaknya, yang berada di Kalimantan."Mas," tegur Maura, sembari mendekati Zaki, dan ikut duduk di dekat Zaki yang tengah menikmati udara pagi yang sangat sejuk."Hhmm ....""Sepertinya akhir-akhir ini, Mas sering sekali melamun. Ada apa?" tanya Maura.Zaki menghela napas. "Aku rindu anak-anakku," ungkap Zaki, sembari menghembuskan asap rokoknya ke udara.Mendengar ungkapan Zaki, Maura merasa gugup."Mas ..., Kalimantan itu jauh. Lagi pula, aku dan anak kita, tidak ingin kamu tin

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-19
  • Korban Perceraian   Nasib Malang

    Bab18Gemerlap Ibu kota Jakarta menyilaukan mata Ganesa."Kenapa? Kamu takjub?" tanya Tante Ara, sembari tersenyum ke arah Ganesa."Luar biasa Tan." Mata Ganesa masih berbinar terang, menyusuri jalanan Ibu Kota, menuju ke kediaman Tante Ara."Tante harap, kamu betah tinggal di Kota ini. Tante yakin, kamu akan bahagia, dan bisa sukses.""Kata orang, Jakarta itu keras, Tan.""Semua tempat itu keras. Tinggal bagaimana kamu menyesuaikan diri saja. Jika kamu mau hidup praktis, semua ada jalannya dan konsekuensinya.""Aku nggak mau Tan. Aku terbiasa bekerja keras mencari uang."Tante Ara tersenyum."Karena kamu belum menemukan jalan praktis. Jadi wajar, jika kamu berkata begini."Ganesa terdiam mendengar ucapan Tante Ara.Mobil taksi yang tadinya membawa mereka dari Bandara, kini sudah sampai di titik tujuan, rumah Tante Ara."Ini rumah Tante?" tanya Ganesa, sembari melihat betapa besar dan mewahnya rumah

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Korban Perceraian   Ditangkap

    Bab19Ganesa keluar kamar mandi, dengan wajah nampak bersinar ceria."Kok nampak senang sekali, ada apa?" tanya Elia."Kamar mandinya bagus banget. Aku senang, bisa tinggal di tempat ini," sahut Ganesa sambil tersenyum, dan memilih baju dalam tasnya.Elia memandangi Ganesa. "Senang tidak senang, kamu sudah ada di sini. Apapun yang terjadi, kuharap kamu kuat," ucap Elia, tanpa mau menoleh ke arah Ganesa."Memang kenapa? Tante Ara galak?" tanya Ganesa dengan polos."Nggak juga. Hanya saja, dia tegas dan ambisius. Ntar juga kamu tahu," balas Elia, sembari bangkit dari duduknya."Pakaian macam apa itu?" tanya Elia, ketika melihat Ganesa, memakai daster lusuhnya, yang banyak terdapat bolongan."Keeennapa?" Ganesa merasa tidak nyaman, ditatap Elia seperti itu."Ganesa, maafkan aku. Tapi jujur saja, baju yang kamu kini gunakan, itu sangat tidak layak!""Kan aku, aku tidak begitu banyak punya baju."Eli

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Korban Perceraian   Minta Waktu

    Bab20Memasuki ruang bawah tanah, hati Ganesa semakin gugup."Kalian mau bawa aku kemana?" tanya Ganesa. Manik matanya menatap mengiba, mengharap belas kasihan para petugas keamanan rumah Tante Ara.Ketiga petugas itu, berperawakan tinggi, besar dan tegap."Apa yang membuatmu begitu berani? Melawan perintahku?" tanya suara yang menggema, dengan hentakan suara high heels yang juga berdengung.Sosok Tante Ara mengejutkan Ganesa.Wanita berpakaian dress putih pendek tanpa tali itu, berjalan ke arah Ganesa, dengan satu tangan kanannya memegangi sebatang roko yang menyala."Tante Ara, aku ingin pulang, aku nggak bisa di sini, ini bukan tempat yang cocok untukku!" ungkap Ganesa, dengan mata yang mulai berkaca-kaca.Sudut bibir Tante Ara tertarik. "Kau pikir mudah, keluar begitu saja, setelah aku begitu banyak keluar biaya. Aku membawamu ke tempat ini, agar kamu hidup mewah dan nyaman. Tapi kamu, sepertinya tidak tahu terimakasi

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Korban Perceraian   Diremehkan

    Bab21Ganesa dibawa Tante Ara, menuju sebuah gedung sebelah rumahnya. Gedung yang lumayan besar dan tinggi. Juga begitu banyak parkiran mobil dan motor.Mereka masuk dari belakang, yang juga begitu banyak para petugas keamanan rumah dan gedung tempat hiburan milik Tante Ara."Anak-anak," sapa Tante Ara, ketika dia dan Ganesa, memasuki bagian karyawan.Para karyawan yang ada di dalam ruangan, langsung berdiri."Perkenalkan, ini Ganesa, yang akan bertugas khusus, untuk mengantarkan pesanan minuman. Awasi dia, dan laporkan kepada saya, jika ada hal aneh, yang dia lakukan. Dia baru di sini.""Baik, Mami Ara," sahut para karyawan wanita, yang berjumlah dua orang. Dan kini jadi bertiga, dengan Ganesa."Ingat. Dalam jangka satu minggu. Ganesa hanya bertugas, untuk mengantarkan pesanan minuman. Dia tidak wajib, untuk melayani para tamu. Jika ada tamu, yang ingin memakainya, minta mereka, konfirmasi kepada saya.""Baik, Mami." Mereka ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29

Bab terbaru

  • Korban Perceraian   TAMAT

    Bab145"Mamah Helena mohon! Helena janji akan jadi anak yang baik untuk Mamah dan Papah. Helena juga akan menuruti, apapun kemauan kalian," kata Helena memohon pada Ganesa.Ganesa terdiam, terpaku mendengarkan tangisan pertama anak gadisnya."Ganesa, bukannya maksud Mamah ingin ikut campur. Tapi tolong kamu pikirkan lagi, demi anak kalian. Beri Najib kesempatan sekali lagi, jika dia berulah kembali, maka apapun yang terjadi, Mamah akan dukung kamu 100 persen, Nak.""Iya Ganesa, bukannya kakak tidak mengerti perasaan kamu. Kakak ngerti banget. Tapi tidak ada salahnya, jika kamu pikirkan lagi."Terdengar langkah kaki pelan seseorang, berjalan ke arah mereka. Najib, memandang sayu ke arah mereka bertiga."Ganesa," panggil Najib. Ganesa pun tidak menoleh ke arah lelaki itu, dia hanya terdiam, dengan pikirannya yang terus berperang dengan hati.

  • Korban Perceraian   Persidangan

    Bab144 "Jadi ini, laki-laki yang menjadi selingkuhan kamu? Dan berarti benar yang dikatakan Jesika, kamu gadaikan rumah, demi lelaki ini," tunjuk Najib. Julian mengernyit. "Najib, kamu nggak malu di lihat orang? Kamu lagi berdongeng?" tanya Ganesa dengan tenang menanggapi Najib. "Ayo pulang!" ajak Najib. Ganesa berdiri, dan menatap Najib sengit. "Kamu pikir kamu siapa? Seenaknya mengusir aku dari rumahku sendiri, demi wanita lain. Dan kini datang kesini, hanya untuk mempermalukan aku?" "Ganesa, kamu itu masih istriku yang sah." "Oh ya? Sekarang baru kamu merasa aku istrimu! Sebelumnya bukan? Sehingga kamu seenaknya menyakitiku, dan selalu membela wanitamu. Ah, sudahlah, aku malas untuk berdebat. Sekarang pergi dari sini, atau kami

  • Korban Perceraian   Bertemu Najib

    Bab143"Berapa lama?" Najib masih bertanya."Seminggu. Berangkatnya tadi pagi.""Seminggu? Lama sekali."Najib merasa kesal dan ingin marah. Tapi dia tidak tahu, harus marah pada siapa.Najib pulang ke rumah, dengan perasaan frustasi."Kenapa kamu?" tanya Ratna."Nggak apa-apa," sahut Najib seadanya. Ia pun menaiki anak tangga dengan gontai, menuju ke kamarnya.Di dalam kamar, dia membayangkan wajah Ganesa, wanita yang kini sangat dia rindukan. Bahkan Najib tidak bisa marah sama sekali, ketika tahu Ganesa menggadaikan rumah ini.Najib tahu, Ganesa tidak berniat jahat. Jika dia jahat, maka rumah ini tidak lagi dia gadaikan, tetapi dia jual."Ganesa, mas rindu sekali, sayang," lirih Najib memeluk guling.Sedangkan di Butik Ganesa, wanita i

  • Korban Perceraian   Berharap Kembali

    Bab142●Pov Najib●"Mah, Najib menyesal," lirihku."Sudah Mamah ingatkan berkali-kali sebelumnya. Tapi kamu, tetap kekeh berkelakuan di belakang. Kalau sudah begini bagaimana.""Mah, biarkan saja sudah kalau begini. Besok kita balik ke Bandung lagi. Lagian, ini itu salahnya Najib sendiri," kata kak Aya dengan raut wajah kecewa.Aku tahu, aku yang salah dan terlalu angkuh dengan pencapaianku sendiri. Terlebih, Jesika selalu memujiku tampan, baik dan rupawan, juga hartawan. Aku melayang, dengan kesombongan diri yang berakhir kacaunya rumah tanggaku.Aku selalu memandang tak suka pada Ganesa. Entah mengapa, aku menganggap Ganesa layaknya wanita yang serba gagal.Gagal menjadi Ibu yang baik bagi anakku, dan gagal menjadi istri, yang bisa membuat suaminya setia.Bagaimana dia bisa membuatku setia? Jika setiap

  • Korban Perceraian   Sidang Pertama

    Bab141"Astagfirullah, kak Najib," seru Jesika, dengan mata membulat karena terkejut, melihat Najib yang begitu marah."Apa yang kamu katakan tadi? Berani sekali kamu berkata seburuk itu pada Putriku," bentak Najib berang."Mas, kami hanya bercanda." Jesika membujuk."Bohong, Pah. Tante dari tadi menghina dan memakiku."Mendengar penuturan Putrinya, Najib semakin marah pada Jesika."Helena, kok kamu ngomong begitu, sih. Tega kamu sama Tante," lirih Jesika sembari menunjuk. Tangannya memilin-milin baju dengan gemetar."Sebaiknya, kamu angkat kaki dari rumah ini," pinta Najib dengan dingin.Jesika mendongak. "Sayang, kok ngomong begitu. Janganlah pake emosi gitu, kita kan bisa bicara baik-baik.""Aku mendengar semuanya. Demi menjaga mental anakku, pergilah dari rumah ini. Kamu dan aku,

  • Korban Perceraian   Fitnah

    Bab140Entah keyakinan dari mana, Jesika memberanikan diri menelpon mertuanya, juga kakak iparnya.Tangis palsu Jesika pecah, ketika menceritakan deritanya bersama Najib di rumah ini."Jesika, nggak mungkin Ganesa melakukan itu! Kamu jangan mengada ngada ya," kata Aya, Kakak tertua Najib."Sumpah kak. Ganesa pergi dari rumah ini, dan hidup bersama lelaki lain. Bahkan dia gadaikan rumah Kak Najib ini, demi membahagiakan lelakinya.""Astagfirullah, kakak akan hubungi Ganesa dulu." Sambungan telepon seketika di matikan begitu saja.Jesika meradang. "Sialan, dasar bedebah," pekik Jesika.Ia pun menghubungi Ratna, mertuanya itu, untuk mengompori wanita tua itu juga."Ada apa, Jesika," tanya Ratna. Ketika menjawab panggilan telepon Jesika."Mah, rumah kak Najib digadaikan Ganesa ke Bank. Bahkan, kak Ganesa tidak mau membayarnya lagi dan pergi dari rumah, bersama laki-laki lain.""Jesika, kamu jangan coba mengada-n

  • Korban Perceraian   Murka

    Bab139Mendengar ucapan Najib, dada Jena bergetar, sembari memandangi sesaat wajah Andre, suami yang baru sah pagi tadi menjadi miliknya."Mas, kenapa ada orang kedua yang berucap tentang hal ini. Jika saat itu, Lena kamu katakan berhalusinasi, lalu itu tadi apa?" tanya Jena, ketika mereka duduk di pelaminan."Aku akan jelaskan nanti, usai resepsi ini selesai, bisa kan?" tanya Andre kembali, merasa tidak nyaman.Jena hanya menghela napas berat, menatap Andre dengan tatapan kekecewaan."Salah diri ini, memilih menyimpan bangkai, di bandingkan bercerita kepadanya. Kalau sudah begini, aku hanya menimbulkan getar keraguan di mata Jena," batin Andre.Kini perasaan keduanya menjadi gamang. Sedangkan Ganesa, hanya menatap biasa kepada pasangan itu.Meskipun awal kedatangan Ganesa, sempat membuat Andre gelisah. Namun ketika Ganesa ti

  • Korban Perceraian   Pernikahan

    Bab138"Ya, ada apa? Ibu kenal?" tanya Jena.Aku menatap Jena sesaat."Cuma tahu, kalau mengenal banget sih, nggak."Jena mengangguk. "Datang ya, Bu.""Insya Allah," jawabku.Jena pun keluar dari ruanganku, karena memang hanya memberikanku undangan pernikahannya.Aku menyandarkan tubuh di kursi, sambil menscroll status teman-teman kontak whatappku.Terlihat Jesika mengunggah sebuah foto, yang memperlihatkan kemesraannya dengan suamiku. Padahal berkas permohonan perceraian kami, baru masuk beberapa hari yang lalu.Tapi wanita ini, sudah sangat percaya diri, untuk memperlihatkan kemesraan mereka.Aku tersenyum kecut, melihat foto itu. Disusul ketikan status, status yang nyaris 100% memburukkanku."Wanita yang tega meninggalkan suaminya, hanya demi ambisinya. Ka

  • Korban Perceraian   Undangan Jena

    Bab137●Pov Ganesa●"Helena, yang sopan sama Tante Jesika!" bentak mas Najib, lelaki itu bangkit dan menatap tajam anak perempuan kami itu."Cepat minta maaf," titah mas Najib lagi pada Helena.Jesika menangis keras. "Ya Allah, mengapa aku hidup begini? Lebih baik aku mati saja, dari pada hidup menjadi beban dan hinaan mereka saja.""Jesika, kamu apa-apaan sih?" Mas Najib memindai Jesika dengan aneh."Mas, anak kamu sekarang tega menyakiti hatiku. Tega sekali, membuat hatiku bergejolak sakit.""Uuwu sekali," seruku, ketika melihat sikap Jesika, yang terang-terangan, berani memegangi lengan suamiku."Cepatlah pergi, sebelum rumah ini semakin hancur."Aku berjalan menaiki tangga, melewati Helena yang sudah aku diam kan beberapa hari ini. Tidak lagi kutegur, mau pun aku pedulikan.

DMCA.com Protection Status