Regina tersentak kaget melihat Henry berdiri di ambang pintu ruangan. "Henry, kenapa kau kembali?"Henry menatapnya dengan serius, "Ada apa? Kenapa kau terlihat gugup begitu? Langkah kaki Henry menjadi semakin dekat. Regina melangkah mendur sampai dia menyentuh kursi. Tubuhnya terjatuh di kursi itu. Henry mengulurkan tangan menyentuh dagu Regina. "Istriku, sayang. Apa yang sedang kau cari di saat aku tidak ada? Katakan saja, aku akan memberikan apapun yang kau mau."Regina menatap mata Henry yang begitu tajam berbeda dengan bibirnya yang tersenyum. "Aku hanya ingin tidur di kamar ruang kerjamu, tapi aku melihat dokumenmu berantakan jadi aku hanya merapikannya."Henry tersenyum pahit, "Regina, apa kau tidak lelah berpura-pura? Aku sudah memberikan apa yang kau inginkan, tapi kau menginginkan lebih dari itu? Katakan saja, apa kau kau inginkan? Apa kau mencari dokumen yang dapat melemahkan perusahaanku? Regina, kau akan mengkhianatiku?" Regina terdiam sejenak, merasakan tekanan yang be
Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mengendalikan perasaan gugup di dalam hati. Matanya memandang ke arah sosok di hadapannya. "Kak, aku akan mempertimbangkannya setelah kau menunjukkan padaku apa yang kau temukan."Pria itu menyeringai. "Apa kau pikir bisa menipuku?""Kak, aku tidak punya keberanian untuk membantumu menghancurkan perusahaan Jian ataupun memenangkan pertarungan dengan Papa. Aku sungguh tidak akan berguna untukmu, kau tahu itu, kan?" ucap Regina dengan rendah diri. "Regina, kau terlalu merendah. Jika kau tidak memiliki kemampuan, maka aku tidak akan mengajakmu menjadi partnerku. Aku punya kabar baik untukmu, aku akan diakui oleh Papa secara resmi. Aku mungkin bisa mengambil perusahaan secara bertahap. Namun, tidak ada gunanya jika Henry Jian melumpuhkan semua yang aku butuhkan. ""Apa maksud kakak?" tanya Regina. Pria itu memberikan sebuah dokumen. "Aku berhasil mengumpulkan semua informasi. Sebenarnya aku tidak ingin memberikan padamu sampai kau setuju,
Regina menelan ludah, merasa tertekan dengan tindakan Henry. Keheningan memenuhi ruangan itu, suara helaan nafas Henry terdengar begitu jelas. "Regina, aku hanya mengkhawatirkanmu, mungkin saja kau bertemu dengan orang jahat . Berikunya jika kau bertemu dengan siapapun termasuk client, aku akan ikut denganmu!" ucap Henry dengan tegas. "Bukankah kau sibuk? Aku dapat menjaga diriku sendiri, lagipula hal bahaya apa yang bisa terjadi? Kau sudah menangkap para pembunuh yang awalnya mengincar kita, kan? Tidak ada lagi yang perlu di khawatirkan." Revina mencoba mencari alasan untuk menghindari pengawasan Henry. Henry menatap Regina dengan ekspresi yang sulit ditentukan, campuran antara kekhawatiran dan ketegasan. "Regina, aku bisa berhenti mengkhawatirkanmu."Regina tahu maksud dari perkataan Henry yang sebenarnya. Jika dia terus bersikeras maka Henry akan semakin curiga. "Baiklah, aku akan menuruti apa yang suamiku inginkan. Aku tahu kau hanya ingin menjagaku tetap aman.""Permisi, Nyony
"Kenapa kau datang ke sini?" Kevin berbicara dengan kasar pada pria itu. "Regina, apa seperti ini caramu mendidik anak? Dia bahkan tidak bisa bersikap sopan pada kakeknya. " Tuan Jian menegur putrinya. "Jangan salahkan mamaku!" Kevin memprotesnya. "Kevin kau tidak boleh seperti itu pada kakekmu." Kevin menatap Tuan Tan dengan tatapan dingin, "Tapi, apa pria seperti dia pantas aku panggil kakek? Dia telah menyakiti Mama berulang kali. Aku tidak bisa menerima dia!"Tuan Tan merasa terkejut dengan sikap Kevin. "Regina, anakmu terlalu kasar, itulah yang kau dapatkan karena memiliki darah dari Jian. Aku akan melupakan masalah ini. Kevin, aku sengaja datang untuk menemuimu sebagai kakekmu. Lupakan masa lalu dan lebih baik kita saling berbaikan."Tuan Tan mengulurkan tangan, tapi Kevin justru menepisnya. "Aku tidak mau berdamai dengan orang jahat.""Kau!" Tuan Tan menatapnya dengan amarah. Regina menarik tangan Kevin, menyembunyikan di b
Regina mendorong dada Henry saat pria itu mendorongnya ke tempat tidur. "Aku ingin mengambil ponselku." Henry dengan tatapan yang penuh kekecewaan melepaskan Regina. "Aku akan mengambilnya untukmu."Henry meraih ponsel yang ada di samping meja. "Kenapa kau menginginkan ponselmu di saat kita sedang di tempat tidur?"Regina membuka galeri ponselnya. "Lihat, aku ingin kau menonton video yang aku rekam. Kau pasti merasa kecewa karena tidak bisa datang."Regina menunjukkan video itu pada Henry. Wajah kesal Henry perlahan melunak. "Sejak kapan dia belajar bermain piano?""Aku juga tidak tahu. Sepertinya Kevin terlahir dengan bakat musik. Henry, bagaimana jika kita memasukkan Kevin ke kursus piano?" ucap Regina. Henry menyaksikan video Kevin memainkan piano dengan ekspresi penuh kebanggaan. "Dia benar-benar berbakat."Regina menoleh ke arah Henry, ini pertama kalinya dia melihat Henry memiliki ekspresi seperti ini. Bahkan ketika pria ini memenangkan juara pertama di sekolah, tidak ada eksp
"Nyonya, jangan keluar. Saya akan menghubungi CEO Jian untuk datang melawan orang-orang itu." Asistennya menghentikannya. "Jangan lapor pada Henry tentang kejadian ini. Aku sudah bilang dapat mengatasinya. Jangan khawatir, ini tidak akan lama." Regina masih tetap turun mendekat ke arah mobil itu. Asistennya menunjukkan seringai, dia mengambil ponselnya dengan pemikiran wajah licik yang terlihat di wajahnya. Regina mendekati mobil yang menghalangi jalan, pintu mobil langsung terbuka, "Masuk. Ada yang ingin aku bicarakan padamu!""Papa, jika kau ingin membahas proyek itu, kita atur pertemuan lain. Siapa tahu saat ini Henry mengirim orang untuk mengawasiku." Tuan Tan tidak memedulikannya, "Kau hanya mengatakan kebodohan, kan? Jika ada orang yang mengawasimu maka mereka sudah pasti akan datang ke sini. Cepat masuk saja dan selesaikan masalah ini secepatnya.""Kita bicara di luar saja!" tolak Regina. Tuan Tan akhirnya keluar dari mobil, dia memberikan beberapa dokumen. "Gantikan perusa
Regina masih mencoba mempertahankan ketenangannya. "Tidak, sayang. Aku tidak tahu kenapa dia menghubungiku. Lupakan saja masalah ini."Kevin masih tidak menunjukkan kepuasan, "Tidak. Aku tidak bisa membiarkan hal ini. Lebih baik mama memblokir lalu menghapus nomernya!" "Tidak . Kevin, aku tidak bisa. Bagaimana mungkin aku memblokir nomer keluargaku sendiri. " "Mama, apa mama takut pada pria tua itu dan juga apa orang itu pantas disebut sebagai keluarga? Dia hanya ingin menghancurkanmu! Aku tidak ingin Mama di manfaatkan, apa Mama tahu kondisi keluarga Tan saat ini sedang...." Kevin langsung menghentikan perkataannya. Regina mengerutkan keningnya. Bagaimana orang anak berusia 7 tahun mengatakan ibi padanya. "Kevin, apa kau tahu sesuatu? Berikan lebih banyak informasi lebih lengkap, darimana kau tahu informasi ini? Apa Henry yang memberitahu?"Kevin mengalihkan pandangannya. Dia tidak berani menatap mata Regina. "Tidak. Mama, berita itu sudah dirilis. Semua orang tahu itu. Lebih pent
Regina merasa resah setelah bertemu dengan Tuan Tan. Namun, Regina tidak bisa berbicara dengannya karena Henry selalu berada di sekitarnya. "Kau sedang memeriksa apa sampai tidak berkedip?" tanya Henry yang melihat Regina menatap sebuah dokumen begitu lama. "Tidak." Regina dengan cepat menandatangani dokumennya. Suara keras dari telepon memecah keheningan. Regina dengan segera menjawab "Nyonya Jian, kami menyetujui kerja sama dengan perusahaan Anda. Bisakah kita membahas kontrak segera?""Baiklah, bagaimana jika kita melakukan pertengkaran hari ini?""Ya. Kami tidak masalah." Perusahaan itu menyanggupinya. "Bisakah kalian juga menunjukkan sampel juga? Kami mencari development game dengan kualitas bagus.""Tidak masalah. Kami pasti tidak akan mengecewakan."Setelah pembicara beberapa detil, Regina mengakhiri panggilan. Dia menatap Henry yang diam saja. "Henry, mereka menerima kerja sama dengan kita. Untung saja kau masih belum melakukan perbuatan curang itu."Regina menyadari ekspr
"Henry, kau benar-benar memecatku? Apa kau tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan?" Reina memberikan protes keras. Henry menatap Reina dengan tatapan dingin. "Ini bukan masalah pribadi, Reina. Kau sudah melanggar keprofesionalis dengan mengabaikan tugasmu kemarin. Dan juga, aku ingin kita mengakhiri hubungan ini. Aku berharap kau segera bereskan barangmu dari apartemenku juga." Reina tersenyum pahit. "Kau ingin membuangku begitu saja setelah bosan padaku? Henry, aku akan membongkar kelakuanmu ini ke media." Henry tidak mengubah ekspresi dinginnya. "Lakukan saja!" "Baiklah. Kau pasti akan menyesalinya. " Reina pergi dengan membanting pintu dengan kesal. Henry tidak memedulikannya. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dia lakukan. *** Regina merasa kesal melihat pesan yang tidak berhenti datang padanya. Tidak peduli berapa banyak dia memblokirnya. Pria itu tetap saja mengganggunya. "Regina, apa kau sudah menunggu lama? Maafkan aku." Regina mematikan ponse
"Kau tidak perlu mengantarku sampai ke dalam," ucap Regina dengan sopan. "Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dan juga aku ingin bertemu dengan anakmu. Kau mungkin menolakku saat ini karena anakmu, kan? Jika aku bisa membuatnya menyukaiku, kau juga akan menerimaku, kan?" ucap Harlan dengan percaya diri. Regina menatap dengan serius. "Harlan, jangan membuang waktu untukku. Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Saat ini kehidupanku begitu rumit, kau mungkin akan menyesalinya."Harlan tersenyum lembut. "Tidak masalah. Aku siap menghadapi semuanya. Aku justru akan menyesal jika melepaskanmu."Regina menatap matanya. Dia dapat melihat ketulusan pria ini. "Baiklah. Jika Kau dapat menyayangi putraku, aku akan memperingatkannya, tetapi kau harus benar-benar tulus padanya." Harlan mengangguk. *** "Kevin, kenapa kau berada di luar?" Regina yang tiba di depan pintu apartemen dengan Harlan, menatap Kevin dengan cemas. "Paman Harlan, bawa Mamaku ke tempat lain. Saat ini Pap
Regina terdiam sejenak, terkejut dengan permintaan Kevin yang tak terduga. "Kevin, ini... bukankah kau tidak menginginkan perpisahan antara aku dan Henry. Kenapa kau menyarankan ini?" "Karena papa tidak peduli dengan perasaan Mama lagi. Aku tidak ingin Mama harus menerima pengkhianatan ini. Jika memang Papa memilih wanita lain, kenapa Mama tidak bisa bersama pria lain yang dapat membahagiakan Mama. Aku hanya ingin melihat Mama bahagia." Regina langsung memeluk Kevin erat. "Kevin, terima kasih telah memikirkanku. Aku akan mencoba bertemu dengan pria lain dan aku janji pria itu juga akan memperlakukanmu dengan baik lebih daripada Henry." Tangan mungil Kevin membalas pelukan Regina. "Mama tidak perlu memikirkanku. Selama Mama menemukan pria yang Mama cintai, aku tidak masalah siapapun pria itu." Regina tersenyum. Dia mengusap lembut rambut Kevin. "Ayo, tidur." Kevin mengangguk. Dia dengan cepat naik ke tempat tidur. Regina tidur di sebelahnya. Meskipun mencoba untuk terlelap,
Regina mengepalkan tangannya melihat foto yang tersebar di Internet. Regina dapat mengenali wajah wanita itu, meskipun harus kembali. "Jadi mereka bersama lagi?" Ponselnya langsung direbut oleh Rey. "Tidak perlu melihat gosip yang menganggu pekerjaanmu. Jika kau tidak bisa berkonsentrasi, lebih baik tidak perlu bekerja. Masih baik aku masih memberimu kesempatan bekerja dengan posisi pimpinan." "Aku tahu. Aku hanya kebetulan melihat foto itu." Regina kembali mengetik sesuatu. Rey meletakkan ponsel Regina. "Haruskan aku menyingkirkan wanita itu? Henry terlihat lebih bahagia dengan wanita itu daripada denganmu." Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari gelombang emosi yang melanda. "Tidak perlu, Kak. Aku tidak ingin ikut campur masalah pribadinya.".Rey mencibirnya, "Bukankah kau sampai menentang Papa untuk menikah dengannya dan kau juga begitu keras kepala menolak kerja sama denganku dan Papa hanya karena pria itu. Apa cintamu sekarang sudah luntur?""Aku
"Regina akan menjadi CEO perusahaan menggantikanku!" Tuan Tan menegaskan. "Regina, bisakah kau mengatakan sesuatu kepada para kolega kita?"Regina mengalihkan pandangan. Dia mencoba untuk menenangkan perasaan dan pikirannya. Namun, suara keras tiba-tiba terdengar. "Aku tidak memberimu izin!" Pria yang tidak lain adalah Henry langsung naik ke panggung dan menarik tangan Regina. "Ikut denganku!" Rey dengan cepat menahan tangan Regina. "Hanya karena kau suaminya, kau bisa seenaknya saja membatasi apa yang Regina lakukan?" Henry menatap pria itu dengan tajam. "Kau hanya orang luar, lebih baik tidak ikut campur!""Orang luar?" Rey tersenyum pahit. "Aku adalah kakaknya. Aku berhak untuk membela adikku.""Cukup!" Tuan Tan menghentikan perdebatan kedua pria itu. "Henry Jian, lepaskan tanganmu dari putriku." Henry justru tertawa. "Sekarang kau menganggapnya putrimu hanya karena dia menurut padamu? Kau lupa bagaimana kau memukulinya?""Jangan bicara sembarangan. Aku bisa meminta security unt
"Nyonya, Anda mau kemana?" agen properti itu menahan Regina."Aku tidak jadi menyewa tempat ini!" Regina dengan cepat melarikan diri. Agen properti itu mengambil ponselnya. "Tuan, Nyonya sudah melarikan diri. Saya sudah berhasil mengelabuinya. " Senyum licik terukir di bibir wanita itu. ***Regina berusaha untuk membuka pintu mobilnya, tetapi dengan tubuh gemetar membuatnya kesulitan. Bahunya merasakan sesuatu yang menyebutnya. Regina dengan gugup berbalik. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Regina terkejut melihat keberadaan Henry. Bukannya menjawab, Henry justru mengejeknya. "Apa kau begitu tidak punya uang sampai datang ke apartemen kecil ini? Kau tidak akan mendapatkan rumah yang layak."Regina mulai menyadari sesuatu. "Apa kau yang selama ini mengatur agak aku tidak bisa menemukan rumah. Jika kau ingin balas dendam bukan begitu caranya!" Regina merasa marah dan tertekan. "Berhentilah mencampuri urusanku!"Henry hanya tersenyum sinis. "Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku
"Kau ingin pergi? Kemana kau bisa pergi? Tidak mudah mencari rumah dalam waktu singkat," cibir Regina. "Itu urusanku!" Regina langsung pergi begitu saja. Regina tidak perlu membereskan apapun karena semua adalah milik Henry. Saat kakinya melangkah melewati ruangannya, tanpa sengaja dia bertemu dengan Asistennya yang justru melewatinya, "Wanita bodoh, kau begitu mudah masuk ke perangkap."Regina membalikan tubuhnya. Asisten itu menoleh ke arahnya dengan senyuman meremehkan. "Kau! Apa kau bersekongkol dengan mereka? Jika sampai Henry tahu maka kau--""Nyonya Regina, lebih baik kau memikirkan dirimu sendiri sebelum memberiku peringatan, karena aku tidak sebodoh dirimu yang dengan mudah terjebak dalam permainan ini!" Asistennya itu langsung berbalik pergi. Regina hanya bisa mengepalkan tangannya. Ini salahnya karena tidak curiga pada wanita itu. *** Setelah tiba di rumah, Regina langsung meminta Kevin untuk mengemas pakaiannya. "Kevin, kemasi pakaianmu, kita berdua akan pergi dari rum
Henry mengepalkan tangannya melihat video yang dia lihat. "Sial, permainan macam apa ini? Apa ada orang dalam perusahaan yang terlibat?" "Saya pikir begitu. CEO Jian, sebenarnya Tuan Jian menghubungi saya dan memberitahu Anda, jika ingin mengetahui dalang dari masalah ini, Anda harus datang menemuinya. "Henry terdiam sejenak. "Baiklah, atur pertemuan dengan Papa sekarang juga!"Asistennya menghentikan mobil di tempat yang aman, lalu mulai mengirim pesan pada Tuan Jian.*** "Jadi, Henry. Bukankah aku sudah peringatkan tentang memasukkan wanita itu ke perusahaan hanya akan membawa kerugian?" Tuan Jian mencibir putranya yang baru datang. Henry menarik kursi dengan tenang. "Apa papa memintaku bertemu hanya untuk menyalahkan Regina? Belum tentu ini adalah kesalahan istriku, bisa saja Papa orang yang terlibat."Tuan Jian menatap tajam. "Kau berani menuduh Papamu sendiri? Setelah kau melihat rekaman ini, apa kau masih akan mempercayai istrimu?""Apa ini sebuah editan?" Henry masih menolak
"Ya, aku yakin!" jawab Regina dengan tegas. CEO Smith menatapnya sejenak, kemudian mengangguk singkat. "Baiklah, aku akan memberi waktu satu minggu. Tapi ingat, jika gagal, tepati janjimu itu!"Regina mengangguk, menguatkan keputusannya. "Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Kami tidak akan mengecewakan Anda."Setelah pertemuan selesai, Regina dan asistennya meninggalkan ruangan rapat. Saat itu CEO Smith mengambil ponselnya. "Hallo, CEO Jian....."***Regina mulai bekerja keras. Dia menemui orang dari perusahaan game yang bertanggung jawab. "Aku akan memberikan tambahan dana, tetapi aku berharap kalian menyelesaikan dalam wajah satu minggu!"."Apa? Bagaimana bisa secepat itu? Kami harus--"Regina dengan cepat memotong perkataannya. "Tidak perlu untuk sesempurna sebelumnya, paling penting kualitas mendekati dan layak untuk rilis.""Kami akan melakukan yang terbaik, Nyonya Regina," jawab perwakilan perusahaan game itu dengan bersemangat.Regina mengangguk, "Aku percaya pada k