Bab 14
Deg, Dina menatap ke arah mas Wahyu dengan tatapan panik! Gawat! Karena terlalu fokus merawat mas Wahyu, dia sampai lupa memindahkan barang-barangnya ke kamar utama! Bagaimana ini?! erangnya sambil menatap ke arah mas Wahyu.
Jadi mereka tidak tidur di kamar yang sama, imbuhnya dalam hati. Wahyu berpikir cepat dan berusaha menenangkan Dina dengan tatapan matanya. “Maaf sebelumnya Ma, tapi ini semua karena kesalahan Wahyu.”
Joselin mengerutkan kening sambil menatap heran ke arah pasangan pengantin baru ini. Jangan bilang sebelumnya mereka bertengkar?! pikirnya sambil menatap tajam ke arah Dina.
Dina panik dan otomatis langsung menatap balik ke arah mas Wahyu, ia masih tidak mengerti dengan alasan yang akan diberikan mas Wahyu kepada mama. Dia saja
Bab 15 “Kalau begitu kau sendiri yang harus membantuku mandi, Din!” “Hah! Ap-apa, Mas?!” “Kenapa apa kau keberatan melakukannya?” “Bukan begitu, Mas …!” “Jadi kenapa? Apapun alasannya kau adalah istriku jadi sudah sewajarnya kau mengurusku, bukan?!” “Jangan ngadi-ngadi kenapa Mas!?” sahut Dina dengan wajah memerah. Wahyu bingung mendengar ucapan Dina. “Apa maksudmu, Din?!” Apa Dina benar-benar merasa jijik padanya? “Mas, coba sekarang berdirilah!” sahut Dina merasa lucu menanggapi permintaan mas Wahyu.
Bab 16Setelah mas Wahyu pulih, semua keluarga pulang ke Indonesia. Dina menghela napas lega saat mengantar kepulangan mereka di bandara.“Kenapa kau terlihat lega sekali?”“Tentu sekarang aku lega. Sekarang aku bisa mengunjungi pusat pendidikan aktingku!”“Oh …” Hanya itu yang keluar dari mulut Wahyu dan merasa geram dengan sikap Dina yang tidak memikirkan bayinya sama sekali. “Bagaimana dengan Miracle? Tiga tahun adalah waktu yang lama …”Kening Dina mengerut bingung. “Memangnya kenapa? Miracle dirawat dengan baik di panti.”“Kehidupan anak-anak yang sesungguhnya adalah bersama kedua or
Bab 17“Tung-tunggu, Din sepertinya kau salah paham …”“Salah paham apa coba!?”“Aku sama sekali belum pernah menikah dan punya anak!” seru Wahyu dengan penuh emosi.Dina berbalik dengan mata terbelalak kaget mendengar pengakuan mas Wahyu kepadanya.“Wah, wah, wah Mas! Sungguh terlalu!”“Ap-apa?! Mas benar-benar …!”“Kau amnesia sampai melupakan anak-anakmu?! Ini tiga loh Mas, bukan hanya satu!” cerocos Dina dengan kesal. “Apa jangan-jangan kau juga telah melupakan mantan istrimu juga, ibu dari anak-anakmu?!”
Bab 18Wahyu langsung berdiri saat melihat sosok Dina yang turun tapi tidak sendirian! Dia bersama seorang pria misterius yang mengenakan masker dan topi. Ia memanggil Dina tapi karena keadaan saat itu riuh, Dina tidak mendengar panggilannya. Ia mengejar tapi ia tertahan dengan kerumunan orang-orang yang baru masuk ke dalam gedung!Saat ia keluar Dina dan pria misterius itu sudah menghilang! Wahyu menggeram kesal dan menghubungi Dina melalui ponsel untuk mencari tahu keberadaannya.Dina sengaja mematikan nada dering ponselnya agar tidak mengganggu pembicaraannya bersama Christ.“Bagaimana?” tanya Christ menanti jawaban dari Dina.“Tentu saya akan menerimanya tapi saya takut akting saya tidak begitu mak
Bab 19 “Kau mencintainya?” Dia mencintai wanita lain, jawab Dina dalam hati dan hanya bisa menatap Christ dengan perasaan hancur. Iya juga sih, mas Wahyu begitu tampan dan berwibawa, wanita mana yang tidak jatuh hati kepadanya. Pada akhirnya Dina menggeleng dan mencoba menghibur hatinya yang lara. Dia bukan milikku karena itu aku harus memperlakukannya seperti kakak saja dan bukan kekasih, kata Dina memutuskan dalam hati. “Tidak, aku tidak mencintainya, bagaimana mungkin …!” Wahyu langsung berdiri dari mejanya setelah mendengar jawaban Dina tanpa mau mendengar apa-apa lagi. Malam ini dia diantar pulang oleh Christ. Ia tidak menyangka bisa langsung diberi penawaran sebuah proyek film terbaru Christ meski ia ha
Bab 20 Pada saat itu Christ tahu apa yang ia inginkan. Dia menginginkan Dina untuk menjadi miliknya. “Pernikahan kalian semu. Aku menginginkannya …” Wahyu merasa berang dan tidak bisa menahan diri lagi. Ia memukul perut Christ dengan keras hingga Christ mengerang kesakitan untuk memberinya peringatan. “Jangan pernah dekati Dina lagi! Dia itu istriku, mengerti!” Dina membereskan barang-barangnya ke kamar sebelah dengan cepat. Ia merasa kesal dengan sikap mas Wahyu kepada bintang idolanya itu! “Apa-apaan sih hingga mempermalukannya seperti tadi!” Ia menghentakkan kaki dan mondar mandir sambil menyusun semua pakaiannya ke dalam lemari. “Apa yang kau lakukan!?” seru Wahyu merasa sangat marah melihat Dina membenahi semua paka
Bab 21Wahyu tidak membiarkannya kali ini! “Din, buka pintunya! Kita harus bicara dengan serius!”“Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku akan mengatur hidupku sendiri. Mas atur hidup Mas sendiri!”“Din, Mas bilang buka pintunya sekarang juga! Kita harus bicara serius saat ini!”“Ogah!”“Din!”“Bodo!”“Apa yang salah dengan ucapan Mas tadi!? Mas peduli padamu. Meski pernikahan kita semu bagimu tapi jelas alasan Mas menikahimu karena Mas mencintaimu, bukan! Karena itu wajar kalau Mas merasa cemburu melihat kedekatanmu dengan pria lain!” Wahyu coba me
Bab 22Wahyu membaca ulang setiap kalimat yang tertera di dalam foto. “Jadi …” Wahyu mendehem sambil berkata dengan hati-hati. “Selama tiga tahun kita terikat dalam sebuah pernikahan, entah kita suka atau tidak, kita harus memenuhi semua yang tertuang di surat perjanjian kita, bukan?”Dina terdiam, berpikir sesaat kemudian mengangguk. “Itu benar.”“Kalau begitu aku ingin ada tambahan dalam surat perjanjian kita.”“Apa Mas!?”“Yah, aku mau ada tambahan point di surat perjanjian kita.”“Aku tidak bersedia! Surat itu sudah sah dan sudah kita sepakati bersama sebelum kita menikah.”
Bab 46Sebuah panggilan telepon menghentikan percintaan mereka.“Mas harus mengangkatnya,” kata Dina dengan wajah memerah karena mas Wahyu tidak berhenti memanjakan tubuhnya.“Apakah harus?” erang Wahyu dengan wajah penuh keberatan. "Biarkan saja. Nanti juga berhenti sendiri. Ini sudah larut."“Mungkin saja panggilan itu penting,” sahut Dina mengingatkan sambil menjilati bibirnya yang kering karena menahan perasaan nikmat saat mas Wahyu menyentuhnya di bawah sana.“Kita berada dalam situasi yang lebih penting. Biarkan saja. Mas mohon berkonsentrasilah dan nikmati semua bonusmu ini.”Dina terkekeh dan membiarkan ma
Bab 45Dina menelan air ludahnya dengan susah payah saat wajah mas Wahyu semakin mendekat ke arahnya.“Din, sekarang tolong jawablah, apa Mas boleh bercinta denganmu?”Dina menatap mas Wahyu kemudian setelah berpikir lama, ia mengangguk secara perlahan. Tapi setelah semua ini terjadi hubungan kita akan bagaimana, Mas …? tanya Dina dalam hati saat mas Wahyu mencium bibirnya dengan lembut.Semua keraguan dan berbagai pertanyaan langsung menghilang dari benak Dina saat bibir Mas Wahyu menciumnya. Ia membiarkan dirinya terhanyut dan tanpa sadar mengerang. Dina menyadari hal itu dan langsung menutupi bibirnya. “Maaf!”Wahyu terkekeh dan menenangkan Dina. “Itu adalah reaksi n
Bab 44Dina menelan air ludahnya dengan susah payah saat wajah mas Wahyu semakin mendekat ke arahnya.“Din, sekarang tolong jawablah, apa Mas boleh bercinta denganmu?”Dina menatap mas Wahyu kemudian setelah berpikir lama, ia mengangguk secara perlahan. Setelah semua ini terjadi hubungan kita akan bagaimana, Mas …? tanya Dina dalam hati saat mas Wahyu mencium bibirnya dengan lembut.Semua keraguan dan berbagai pertanyaan langsung menghilang dari benak Dina saat bibir Mas Wahyu menciumnya. Tanpa sadar ia mengerang.“Apa kau menyukainya Din?”Dina mengangguk seraya memejamkan mata. Ia tidak mau berhenti membalas ciuman mas Wahyu.
Bab 43 Dina bingung karena saat ini mas Wahyu tidak memanggilnya lagi. Secara perlahan ia berbalik dan kaget saat mendapati mas Wahyu yang tengah menatapnya dengan lekat. “Mas …” ucapnya lirih sambil menelan air liurnya dengan susah payah. Wahyu bergerak cepat dan tidak menahan diri lagi. Ia mencium bibir Dina dan menarik tubuhnya dengan cepat ke arahnya. Dina kaget dan langsung menahan mas Wahyu lalu mencoba mengelak. Wahyu tahu meski Dina menolaknya tapi Dina juga menginginkannya karena itu ia tidak membiarkan Dina untuk mundur kali ini. Ia menarik tubuh Dina mendekat padanya dan menciumnya lagi tapi kali ini secara perlahan dan membujuk Dina dengan lembut. “Tolong buang keraguan dalam diri Mas, Din. Mas takut kehilanganmu. Sangat takut,” ucap Wahyu dengan jujur. Dina terdiam seraya mengamati ekspresi mas Wahyu yang telah meluluhkan hatinya. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia juga sangat menginginkan mas Wahyu tapi ia takut mas Wahyu hanya menjadikan dirinya seb
Bab 42Dina berpikir keras. “Aku tidak bisa menjawabnya sekarang Mas.”Wahyu merasa kecewa mendengar jawaban Dina. Ia merasa kalau Dina telah jatuh cinta dengan pria lain. “Apa kau jatuh cinta pada pria lain, Din?”“Mas, apa yang kau katakan?!”“Jawab Mas, Din!”Dina terdiam saat mas Wahyu mengiba padanya. Ia menggeleng. “Tidak. Selama ini aku hanya fokus dengan karirku …”“Bagaimana dengan Steven Stenly!?” tanyanya dengan perasaan gugup. Ia yakin kalau Dina memiliki perasaan lain terhadap Steven.“Kalau dia …”“Tuh ‘kan!”“Apa?”Wahyu berbalik berniat meninggalkan Dina.“Mas, jawab aku.”“Apa kau menyukainya lebih dari Mas?”Wajah Dina memerah mendengar pertanyaan mas Wahyu. “Apa sih Mas?!”“Jawab saja, Din. Kalau kau memang menyukainya, Mas rela mundur.”Lah, lah, lah kok malah begini?! seru Dina merasa kaget melihat mas Wahyu yang meninggalkannya. Ia menyusul mas Wahyu dengan cepat. “Mas bukan begitu …”“Tapi apa?” tanya Wahyu dengan cepat.Dina tidak menyangka mas Wahyu berbalik d
Bab 41“Pembohong!”“Mas tidak berbohong! Dari awal Mas melihatmu, Mas merasakan hal yang berbeda karena itulah Mas ingin menikah denganmu!”“Hah!”Wahyu menahan Dina dan membujuk Dina untuk menatapnya. “Beri Mas waktu untuk membuktikan segalanya, Din.”Setelah melihat ekspresi wajah mas Wahyu, Dina pun luluh. “Baik, silahkan buktikan.”“Kau berjanji akan menunggu Mas ‘kan?”“Tapi kalau hal itu benar, bagaimana?”“Kalau benar dan kau tidak keberatan, kita akan mengadopsi bayi itu.”
Bab 40 “Galaxy milik paman. Mas sekarang bekerja untuknya.” Dina mendesah sedih. “Hei, kenapa begitu?” “Karena aku Mas harus mencari pekerjaan lain.” Wahyu merasa bersalah dan berniat untuk berterus terang kepada Dina kalau Galaxy adalah perusahaan miliknya tapi ia takut Dina akan marah padanya nanti. “Galaxy bisa dibilang juga milik kita, Din …” “Milik Om berarti milik orang lain dan bukan milik kita.” Wahyu terdiam kemudian mengulas senyum di wajahnya. “Kau benar, Mas akan berjuang keras untuk menghidupimu.” “Tidak perlu sekeras itu Mas bagaimanapun aku juga memiliki penghasilan meski saat ini perhitungan agency lebih besar dari seharusnya.” “Kenapa begitu?” “Aku masih aktris magang, mereka memberi kesempatan. Beda hal setelah tiga tahun mendatang. perhitungan akan lebih menguntungkan kami.” Wahyu mengangguk-angguk seraya mengelus wajah Dina dan menciumnya. “Mas!” “Kenapa apa kau tidak suka kalau Mas menciummu?” “Bukan begitu tapi kita tidak perlu mengulangi alasannya
Bab 39 Dina merasa terkejut saat melihat seorang wanita mendorongnya hingga terjatuh. “Dasar pelakor! Aku akan menghajarmu hingga kau kapok!” seru seorang wanita sambil memukuli Dina bertubi-tubi. Manajer dan tim keamanan segera melerai dan menyelamatkan Dina dari wanita gila itu! Semua orang berkumpul untuk melihat apa yang telah terjadi. Lira bersama teman-temannya berusaha untuk mengumpat dan menjelek-jelekan Dina di depan umum. “Siapa kau!?” seru Dina merasa kesal dan emosi melihat perlakuan kasar yang dialami saat ini. “Aku, Lira tunangan kak Wahyu!” Dina terkejut dan mengerti kenapa Lira menyakitinya seperti ini. Ia merasa linglung seketika. Ia hanya bisa melihat Lira terus berusaha mendekatinya. Kini bukan hanya Lira dan teman-temannya yang berteriak menghujatnya tapi semua orang yang berkumpul kini ikut mencacinya. Tubuh Dina limbung dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan! Di sana di kejauhan ia melihat mas Wahyu berlari ke arahnya dengan tatapan penuh kecemasan. “M
Bab 38“Mas, …” erang Dina membiarkan dirinya terhanyut dengan manisnya sentuhan dan belaian bibir mas Wahyu di bibir dan lehernya.“Yah, Din,” erang Wahyu tanpa menghentikan aksinya. Bibirnya terus menjelajah dan tidak membiarkan Dina mundur lagi. Ia tahu kalau Dina juga sama-sama menginginkan dirinya saat ini.“Ini …”“Nikmatilah, Din. Nikmatilah.”Dina tidak berdaya dan membiarkan mas Wahyu membaringkannya di karpet tebal di bagian depan perapian.Saat mas Wahyu menciumi kedua payudaranya, Dina menggeleng dengan api gairah yang menyala. “Jangan teruskan atau kita berdua akan menyesalinya, Mas.&rdq