Bab 22
Wahyu membaca ulang setiap kalimat yang tertera di dalam foto. “Jadi …” Wahyu mendehem sambil berkata dengan hati-hati. “Selama tiga tahun kita terikat dalam sebuah pernikahan, entah kita suka atau tidak, kita harus memenuhi semua yang tertuang di surat perjanjian kita, bukan?”
Dina terdiam, berpikir sesaat kemudian mengangguk. “Itu benar.”
“Kalau begitu aku ingin ada tambahan dalam surat perjanjian kita.”
“Apa Mas!?”
“Yah, aku mau ada tambahan point di surat perjanjian kita.”
“Aku tidak bersedia! Surat itu sudah sah dan sudah kita sepakati bersama sebelum kita menikah.”
Bab 23Dina memukul mas Wahyu dengan perasaan geram. “Tentu saja aku berkata dengan jujur ….”“Oh, yah.” Wahyu tersenyum lega.“Iyalah, aku katakan kalau kita menikah kontrak …”Wahyu menatap tidak percaya mendengar kata-kata Dina. “Apa kau bilang, Din!?”“Aku katakan kalau kita menikah kontrak.”“Dina!”“Apa?”Wahyu menggeram kesal dan menatap Dina dengan penuh kemarahan.“Kenapa? Memangnya Dina salah?”
Bab 24“Kau harus mengaku kalau kau adalah kakak Dina dan bukan suaminya.”Wahyu menggeram merasa terpancing dengan ucapan konyol Christ. “Apa kau bilang?!”Pada akhirnya Wahyu mengalah dan membiarkannya diperkenalkan sebagai kakaknya Dina.Dina merasa tidak enak karena mas Wahyu bersedia melakukan hal itu kepadanya tapi saat mengingat mas Wahyu besok sudah akan pulang ke Indonesia, ia berusaha menutup mata dan membiarkannya.Wahyu bisa melihat kalau Dina sangat bersinar saat ia beradu akting dengan Christ di atas sana tapi keningnya mengerut saat Dina membuat kesalahan dan tanpa merasa sungkan Christ menyemangati Dina. Yang mengesalkan Dina bahkan tidak melirik sedikitpun ke arahnya!
Bab 25“Mas belum pernah menikah.”Dina melotot kesal ke arah mas Wahyu karena ia tidak mau mengakui masa lalunya. Ia berdiri dan terkejut saat tangannya ditahan mas Wahyu.“Mas serius Din.”Dina menepis tangan mas Wahyu yang menahannya. “Mas sedang amnesia saat ini jadi mungkin hal ini wajar kalau Mas tidak ingat pernah menikah dan punya anak …!”“Din, haruskah Mas menghubungi Mama dan Papa untuk meyakinkanmu?”“Coba saja kalau mau.”Wahyu langsung mengambil ponselnya dan menghubungi kedua orang tuanya sekaligus.Dina menun
Bab 26Wahyu tidak sabar lagi dan langsung mengguncang bahu Dina dengan kuat. “Kenapa kau tidak menahan Mas, Din! Kenapa?!”“Mas? Mas?!”“Yah?”“Panggilan pesawat ...”Wahyu menghela napas kasar. Rupanya ia melamun dan memikirkan hal yang tidak semestinya. “Apa kau yakin tidak masalah kalau ditinggal, Din?” tanya Wahyu berharap Dina akan menahannya.Panggilan pemberitahuan keberangkatan pesawat kembali digaungkan.Dina tersenyum seraya menggeleng. “Aku bisa menjaga diri dengan baik, Mas. Mas tidak perlu khawatir. Pulang dan bekerjalah dengan baik.”
Bab 27 “Spring Kondominium, Sir!” ucapnya langsung menyuruh sopir bergegas untuk pulang ke kondo mereka. Ia tersenyum malu-malu membayangkan keterkejutan Dina saat membukakan pintu untuknya nanti. Kali ini dia akan memberitahukan perasaannya yang sesungguhnya kepada Dina, tekad Wahyu dalam hati. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Dina dengan perasaan bimbang saat diantar pulang oleh Christ. “Yah, aku baik-baik saja …!” Christ mengerang sesaat sambil memegangi bagian perutnya. “Kau sakit.” Dina berpikir cepat dan berniat menghubungi ambulance. “Tidak perlu. Aku hanya perlu berbaring sebentar dan meminum air hangat …” Dina menimbang sesaat dengan wajah cemas tapi dia hanya sendir
Bab 28Reflek Dina segera membantu menahan tubuh Christ tapi sayangnya tubuhnya malah ikut terhuyung dan jatuh bersamaan di atas sofa. Ia mengaduh dengan perasaan kaget! Seharusnya satpam membantunya hingga ke dalam kondonya tadi. Ia aneh dan bingung kenapa satpam tiba-tiba langsung bergegas permisi tanpa mau membantunya lagi!Wahyu sangat kaget dan marah saat melihat Christ dan Dina sedang memadu kasih di atas sofa. Dengan penuh amarah, Wahyu menghardik mereka berdua! “Apa yang kalian lakukan!?”“Mas! Mas! Tolong kami!” seru Dina merasa lega saat melihat mas Wahyu ada di rumah mereka.Wahyu langsung menyingkirkan tubuh Christ dari tubuh Dina.“Christ sakit Mas …”
Bab 29 Khayalan Dina otomatis langsung buyar saat melihat raut wajah mas Wahyu saat ini. Ia pun memandang kecewa dan menuruti perintah mas Wahyu dengan wajah dingin. “Apa yang mau Mas katakan? Kenapa Mas kembali?!” Wahyu merasa kecewa mendengar pertanyaan Dina saat ini. Tampak jelas kalau Dina tidak menghendaki kepulangannya saat ini. "Kenapa? Apa kau kecewa Mas kembali ke sini?! Oh, iya sudah pasti kau kecewa. Kalian berdua sedang bersenang-senang bukan? Dan Mas mengganggunya!” Dina merasa kesal dengan sikap dan nada bicara mas Wahyu kepadanya. “Aku bukan wanita murahan, Mas!” seru Dina dengan penuh emosi. “Buktinya kau membawa pria asing sesaat setelah Mas meninggalkanmu!” Dina mendorong Wahyu dengan kesal tapi tentu saja tubuh kekar Wahyu tidak bergeming sedikitpun yang ada saat ini Wahyu malah mencengkram pergelangan tangannya dengan penuh emosi. “Ingat! Kita terikat dalam perjanjian pernikahan! Entah kau suka atau tidak, kau tidak bisa menjalin hubungan dengan pria lain!” D
Bab 30 Dina merasa senang, pendidikan dan juga magangnya berjalan dengan lancar. Banyak tawaran yang masuk dan saat ini Dina telah didampingi dengan seorang manager, make up artis dan juga sopir. Ia menceritakan semua hal yang terjadi pada kedua orang tuanya dan pada mertuanya tapi tidak kepada mas Wahyu, untuk apa? Selama ini mas Wahyu tidak pernah menghubunginya sama sekali, beberapa waktu ia sempat kecewa dan mencoba menyadarkan dirinya sendiri agar tidak mengharapkan mas Wahyu menghubunginya meski hanya untuk menanyakan kabarnya. Dia tahu, dia bukanlah wanita yang diinginkan mas Wahyu! Tapi! Secara hukum negara dan agama dia adalah istrinya, bukan? Jadi senormalnya, mas Wahyu seharusnya memperdulikannya. Harapan Dina tidak kunjung datang dan dia juga terlalu gengsi untuk menghubungi mas Wahyu terlebih dulu. Tidak terasa waktu 3 tahun sangat cepat berlalu! 6 bulan lagi mereka akan segera meresmikan perpisahan mereka! Dina merasa sedih dalam hati. Seharusnya tidak! Tapi bodohny
Bab 46Sebuah panggilan telepon menghentikan percintaan mereka.“Mas harus mengangkatnya,” kata Dina dengan wajah memerah karena mas Wahyu tidak berhenti memanjakan tubuhnya.“Apakah harus?” erang Wahyu dengan wajah penuh keberatan. "Biarkan saja. Nanti juga berhenti sendiri. Ini sudah larut."“Mungkin saja panggilan itu penting,” sahut Dina mengingatkan sambil menjilati bibirnya yang kering karena menahan perasaan nikmat saat mas Wahyu menyentuhnya di bawah sana.“Kita berada dalam situasi yang lebih penting. Biarkan saja. Mas mohon berkonsentrasilah dan nikmati semua bonusmu ini.”Dina terkekeh dan membiarkan ma
Bab 45Dina menelan air ludahnya dengan susah payah saat wajah mas Wahyu semakin mendekat ke arahnya.“Din, sekarang tolong jawablah, apa Mas boleh bercinta denganmu?”Dina menatap mas Wahyu kemudian setelah berpikir lama, ia mengangguk secara perlahan. Tapi setelah semua ini terjadi hubungan kita akan bagaimana, Mas …? tanya Dina dalam hati saat mas Wahyu mencium bibirnya dengan lembut.Semua keraguan dan berbagai pertanyaan langsung menghilang dari benak Dina saat bibir Mas Wahyu menciumnya. Ia membiarkan dirinya terhanyut dan tanpa sadar mengerang. Dina menyadari hal itu dan langsung menutupi bibirnya. “Maaf!”Wahyu terkekeh dan menenangkan Dina. “Itu adalah reaksi n
Bab 44Dina menelan air ludahnya dengan susah payah saat wajah mas Wahyu semakin mendekat ke arahnya.“Din, sekarang tolong jawablah, apa Mas boleh bercinta denganmu?”Dina menatap mas Wahyu kemudian setelah berpikir lama, ia mengangguk secara perlahan. Setelah semua ini terjadi hubungan kita akan bagaimana, Mas …? tanya Dina dalam hati saat mas Wahyu mencium bibirnya dengan lembut.Semua keraguan dan berbagai pertanyaan langsung menghilang dari benak Dina saat bibir Mas Wahyu menciumnya. Tanpa sadar ia mengerang.“Apa kau menyukainya Din?”Dina mengangguk seraya memejamkan mata. Ia tidak mau berhenti membalas ciuman mas Wahyu.
Bab 43 Dina bingung karena saat ini mas Wahyu tidak memanggilnya lagi. Secara perlahan ia berbalik dan kaget saat mendapati mas Wahyu yang tengah menatapnya dengan lekat. “Mas …” ucapnya lirih sambil menelan air liurnya dengan susah payah. Wahyu bergerak cepat dan tidak menahan diri lagi. Ia mencium bibir Dina dan menarik tubuhnya dengan cepat ke arahnya. Dina kaget dan langsung menahan mas Wahyu lalu mencoba mengelak. Wahyu tahu meski Dina menolaknya tapi Dina juga menginginkannya karena itu ia tidak membiarkan Dina untuk mundur kali ini. Ia menarik tubuh Dina mendekat padanya dan menciumnya lagi tapi kali ini secara perlahan dan membujuk Dina dengan lembut. “Tolong buang keraguan dalam diri Mas, Din. Mas takut kehilanganmu. Sangat takut,” ucap Wahyu dengan jujur. Dina terdiam seraya mengamati ekspresi mas Wahyu yang telah meluluhkan hatinya. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia juga sangat menginginkan mas Wahyu tapi ia takut mas Wahyu hanya menjadikan dirinya seb
Bab 42Dina berpikir keras. “Aku tidak bisa menjawabnya sekarang Mas.”Wahyu merasa kecewa mendengar jawaban Dina. Ia merasa kalau Dina telah jatuh cinta dengan pria lain. “Apa kau jatuh cinta pada pria lain, Din?”“Mas, apa yang kau katakan?!”“Jawab Mas, Din!”Dina terdiam saat mas Wahyu mengiba padanya. Ia menggeleng. “Tidak. Selama ini aku hanya fokus dengan karirku …”“Bagaimana dengan Steven Stenly!?” tanyanya dengan perasaan gugup. Ia yakin kalau Dina memiliki perasaan lain terhadap Steven.“Kalau dia …”“Tuh ‘kan!”“Apa?”Wahyu berbalik berniat meninggalkan Dina.“Mas, jawab aku.”“Apa kau menyukainya lebih dari Mas?”Wajah Dina memerah mendengar pertanyaan mas Wahyu. “Apa sih Mas?!”“Jawab saja, Din. Kalau kau memang menyukainya, Mas rela mundur.”Lah, lah, lah kok malah begini?! seru Dina merasa kaget melihat mas Wahyu yang meninggalkannya. Ia menyusul mas Wahyu dengan cepat. “Mas bukan begitu …”“Tapi apa?” tanya Wahyu dengan cepat.Dina tidak menyangka mas Wahyu berbalik d
Bab 41“Pembohong!”“Mas tidak berbohong! Dari awal Mas melihatmu, Mas merasakan hal yang berbeda karena itulah Mas ingin menikah denganmu!”“Hah!”Wahyu menahan Dina dan membujuk Dina untuk menatapnya. “Beri Mas waktu untuk membuktikan segalanya, Din.”Setelah melihat ekspresi wajah mas Wahyu, Dina pun luluh. “Baik, silahkan buktikan.”“Kau berjanji akan menunggu Mas ‘kan?”“Tapi kalau hal itu benar, bagaimana?”“Kalau benar dan kau tidak keberatan, kita akan mengadopsi bayi itu.”
Bab 40 “Galaxy milik paman. Mas sekarang bekerja untuknya.” Dina mendesah sedih. “Hei, kenapa begitu?” “Karena aku Mas harus mencari pekerjaan lain.” Wahyu merasa bersalah dan berniat untuk berterus terang kepada Dina kalau Galaxy adalah perusahaan miliknya tapi ia takut Dina akan marah padanya nanti. “Galaxy bisa dibilang juga milik kita, Din …” “Milik Om berarti milik orang lain dan bukan milik kita.” Wahyu terdiam kemudian mengulas senyum di wajahnya. “Kau benar, Mas akan berjuang keras untuk menghidupimu.” “Tidak perlu sekeras itu Mas bagaimanapun aku juga memiliki penghasilan meski saat ini perhitungan agency lebih besar dari seharusnya.” “Kenapa begitu?” “Aku masih aktris magang, mereka memberi kesempatan. Beda hal setelah tiga tahun mendatang. perhitungan akan lebih menguntungkan kami.” Wahyu mengangguk-angguk seraya mengelus wajah Dina dan menciumnya. “Mas!” “Kenapa apa kau tidak suka kalau Mas menciummu?” “Bukan begitu tapi kita tidak perlu mengulangi alasannya
Bab 39 Dina merasa terkejut saat melihat seorang wanita mendorongnya hingga terjatuh. “Dasar pelakor! Aku akan menghajarmu hingga kau kapok!” seru seorang wanita sambil memukuli Dina bertubi-tubi. Manajer dan tim keamanan segera melerai dan menyelamatkan Dina dari wanita gila itu! Semua orang berkumpul untuk melihat apa yang telah terjadi. Lira bersama teman-temannya berusaha untuk mengumpat dan menjelek-jelekan Dina di depan umum. “Siapa kau!?” seru Dina merasa kesal dan emosi melihat perlakuan kasar yang dialami saat ini. “Aku, Lira tunangan kak Wahyu!” Dina terkejut dan mengerti kenapa Lira menyakitinya seperti ini. Ia merasa linglung seketika. Ia hanya bisa melihat Lira terus berusaha mendekatinya. Kini bukan hanya Lira dan teman-temannya yang berteriak menghujatnya tapi semua orang yang berkumpul kini ikut mencacinya. Tubuh Dina limbung dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan! Di sana di kejauhan ia melihat mas Wahyu berlari ke arahnya dengan tatapan penuh kecemasan. “M
Bab 38“Mas, …” erang Dina membiarkan dirinya terhanyut dengan manisnya sentuhan dan belaian bibir mas Wahyu di bibir dan lehernya.“Yah, Din,” erang Wahyu tanpa menghentikan aksinya. Bibirnya terus menjelajah dan tidak membiarkan Dina mundur lagi. Ia tahu kalau Dina juga sama-sama menginginkan dirinya saat ini.“Ini …”“Nikmatilah, Din. Nikmatilah.”Dina tidak berdaya dan membiarkan mas Wahyu membaringkannya di karpet tebal di bagian depan perapian.Saat mas Wahyu menciumi kedua payudaranya, Dina menggeleng dengan api gairah yang menyala. “Jangan teruskan atau kita berdua akan menyesalinya, Mas.&rdq