Cahaya merasa lega setelah menceritakan semuanya kepada Cinta. Dia tidak menyangka bahwa Cinta akan memberikannya uang yang cukup banyak. Yang mana uang itu akan dipakai untuk membayar kontrak apartemen dan juga biaya hidupnya. Nanti ketika sudah berada di apartemen, Cahaya akan memberitahukan hal ini kepada Anto dan berharap pria itu mau mengizinkannya untuk tinggal di apartemen sendiri."Mas sudah daftarin?" Cahaya bertanya karena mereka langsung ke ruang praketk dokter. Bukan mendaftar ke resepsionis terlebih dahulu."Iya sudah, mas serius dengan yang," jawab Anto dengan tersenyum tulus.Lagi-lagi Anto mengungkapkan niat baiknya. Dia memang bersungguh-sungguh untuk menikahi Cahaya dan menerima anak yang dikandung Cahaya sebagai anaknya sendiri. "Mas, Terima kasih ya." Cahaya tersenyum memandang Anto. "Apa yang mas katakan?" "Mas mau jadi suami dan ayah untuk anak kamu." Anto mengusap kepala Cahaya. Cahaya diam dan merasakan jantungnya yang berdegup dengan cepat. "Sus, Saya sud
Cahaya diam karena belum bisa memberikan jawaban yang pasti."Jawab aja," desak Anto. "Aku takut jika nanti mas kecewa setelah menikah denganku. Mas sendiri tahu seperti apa Kondisi aku yang sesungguhnya," kata Cahaya. Cahaya tidak mengerti dengan pria itu. Apa Anto mencintainya atau hanya merasakan kasihan saja. "Semua orang pernah melakukan kesalahan. Namun semua orang berhak untuk memperbaiki dirinya ke arah yang lebih baik. Jika ada yang mengatakan bulan itu sangat jauh itu salah. Karena nyatanya waktu yang telah berlalu lah yang paling jauh. Setinggi apapun ilmu yang dimiliki oleh para ilmuwan, tidak akan mampu untuk kembali ke masa lalu." Anto berkata sambil memandang Cahaya. "Jadi karena itu, tidak usah memandang ke belakang. Kita hadapi semua yang terjadi saat ini. Biarkan kenangan masa lalu menjadi pelajaran untuk masa yang akan datang." Cahaya terdiam ketika mendengar perkataan dari Anto. "Mas tanya serius, kamu mau menikah sama Mas atau tidak?" Anto tidak akan bisa la
"Kita pakai motor ya, biar sampai lebih cepat. "Anto berkata ketika mereka sudah berada di parkiran. "Iya," jawab Cahaya dengan jantung yang berdebar lebih cepat.Anto mengeluarkan motor besar berwarna merah miliknya dari parkiran apartemen. Meskipun hanya seorang Bodyguard namun pria itu memiliki kehidupan mewah. Dia tinggal di apartemen mewah, memiliki mobil dengan harga tinggi dan juga motor besar yang ditaksir memiliki harga senilai 250 juta. Dan hal ini yang membuat Cahaya terheran-heran."Apa ini Motor, mas yang punya?" Cahaya memandang Anto dengan mulut sedikit terbuka."Iya." Anto tersenyum dan memakaikan helem berwarna merah untuk wanitanya. Setelah itu dia naik ke atas motor."Ini motornya keren sekali Mas, tapi naiknya susah." Cahaya memandang motor besar itu.Anto turun dari atas motor. Tanpa ragu mengangkat tubuh wanita itu dan menaikkannya ke atas jok belakang "Nggak susah kan naiknya." Anto tersenyum dan kemudian naik kembali ke atas motornya. Cahaya diam sambil me
Jantung Bambang seakan malu lepas dari tempatnya ketika mendengar pengakuan Anto, begitu juga dengan Maya. Cahaya menangis ketakutan. Tangan dan kaki gemar, wajah dan bibir pucatnya. Bambang diam beberapa saat sambil memandang Anto serta Cahaya. Mendengar ucapan pemuda itu dia ingin marah. Namun semua itu tidak ada gunanya. Pria itu juga mau bertanggung jawab. Jadi tidak ada lagi yang harus dipermasalahkan. Yang terpenting putrinya segera menikah. "Apa kamu sudah memberitahukan hal ini kepada kedua orang tua kamu?" tanya Bambang. "Kedua orang tua saya sudah meninggal Om, dan itu pun terjadi ketika saya masih remaja. Saya memiliki seorang asisten rumah tangga yang sudah saya anggap sebagai ibu saya. Nanti dia akan datang ke sini untuk menyaksikan pernikahan saya dan juga Cahaya. Untuk mahar, si mbok yang akan membawakannya." Kata Anto. "Apa kamu tidak memiliki keluarga atau Kerabat?" tanya Bambang. Anto diam sejenak kemudian dia menganggukkan kepalanya. "Mereka sangat sibuk Om,
Cahaya kembali tidur di kamarnya. Meskipun belum lama meninggalkan Kamar tidur ini namun dia sudah sangat rindu dengan aroma khas kamar tersebut. Rindu dengan tempat tidur beserta bantalnya. Rasanya sungguh sangat bahagia bisa kembali tidur di kamar ini.Padahal sebelumnya Cahaya sudah pasrah untuk tidak pernah tidur di kamar ini. Karena dia tidak akan pernah bisa membawa pria yang menghamilinya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Namun ternyata takdir berkata lain. Ada seorang pria yang begitu sangat baik dan ikhlas mengakui bahwa dia adalah Ayah dari anak yang dikandungnya.Cahaya mengambil ponselnya dan dia kemudian mengirim pesan chat untuk Anto. Entah mengapa sekarang dia merasakan getar-getar cinta yang tumbuh di hatinya. Mungkin karena sikap Anto yang begitu sangat tulus terhadap nyata.[Mas apa sudah tidur?] Cahaya[Belum, masih ngobrol sama papa.] Anto. [Oh.] Cahaya. [Kenapa sayang, kangen ya? ] anto[Iya, Aya gugup] Cahaya[Sama, sayang tidur ya gak boleh Bergadang, i
"Sayang, bagaimana kondisi anak hari ini?" Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya. Rafasya sangat cemas ketika Cinta memaksa untuk datang ke acara ijab Kabul Cahaya. Dia takut jika hal buruk terjadi terhadap istri dan calon anaknya."Baik, sangat baik." jawab Cinta. Karena hari ini Cinta tidak merasakan perut yang sakit atau kram. Bahkan gerak bayinya terasa semakin kuat."Anak gadis daddy pintar sekali." Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya."Sayang Abang rindu." Rafasya berkata dengan wajah serius. "Sudah sedekat ini masih bilang rindu?" Cinta memandang Rafasya dengan sedikit memicingkan matanya. Rasanya sungguh sangat aneh ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Padahal mereka sangat dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Karena Rafasya yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. "Rindu sama ini Dek." Rafasya menyentuh bagian yang dia maksud. Dia sudah sangat menginginkan apam legit yang menggiurkan. Selama di rumah sakit, Rafasya selalu mengurus semua kebutu
Cahaya tidak bisa menolak paksaan dari suaminya. Dan wanita itu akhirnya memilih untuk menurut. Dan kini pasangan pengantin baru itu sedang berdiri di bawah cucuran air shower. Namun ternyata kamar mandi Bukan tempat yang menyenangkan untuk pasangan yang baru Sah menikah tersebut. Anto kembali menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar."Kenapa sudah keluar Mas? Kita belum selesai mandi," Kata Cahaya. Wanita berwajah manis itu sedang berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi sudah dibuat ngos-ngosan oleh sang suami."Nanti mandinya kita lanjut lagi. Sayang, Mas pengen lihat anak kita." Anto tersenyum dan kemudian mencium bibir istrinya."Tapi Aya lagi hamil, apa boleh mas?" tanya Cahaya. Melihat benda keramat sang suami, membuat bulu kutuk Cahaya merinding. "Boleh sayang yang penting mainnya jangan keras. Mas bakal pelan-pelan," jawab Anto. Pasangan pengantin baru itu sudah sama-sama polos sejak dari kamar mandi tadi. Cahaya tidak menyangka bahwa suaminya seagresif ini. Pa
Menjalani kehamilan di dalam tahanan seperti ini terasa begitu sangat berat. Di saat para wanita yang sedang hamil menikmati momen berharga bersama dengan suaminya, dan merasakan perhatian serta kasih sayang dari seluruh keluarganya. Namun tidak untuk Karin. Dia melewati semua masa ini seorang diri. Di dalam tahanan ini waktu begitu lambat berlalu. Bersyukur dia memiliki seorang sahabat yang bernama Berliana. Sahabatnya itulah yang setiap saat selalu mengunjunginya dan memberikan dia berbagai macam vitamin serta susu untuk ibu hamil. Sejak tadi Karin merasa gelisah. Seharusnya kedua orangtuanya sudah datang siang ini. Namun mengapa sampai sore, kedua orangtuanya belum datang juga. Apa mereka tidak jadi berangkat hari ini? "Karin ada telepon untuk kamu." Sipir wanita itu berkata setelah membukakan pintu besi tersebut.Karin dengan cepat beranjak dari duduknya. Saat ini perutnya sudah besar. Karena usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-7.Karin berjalan dengan pelan mengik