Nerissa sampai di rumah segera membersihkan diri. Tepat saat keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi.Naven yang melihat ponsel berbunyi langsung mengambil ponsel tersebut.Saat Naven mengambil ponsel, Nerissa langsung buru-buru menghampiri.“Sayang.” Nerissa menarik tangan Naven.Langkah Naven langsung terhenti ketika tangannya ditarik. Dia langsung memutar tubuhnya untuk melihat sang istri.Matanya menyalang melihat sang istri hanya memakai handuk. Tentu saja itu sangat menggoda sekali.“Apa kamu sedang menggodaku?” tanya Naven menyeringai.Nerissa baru sadar jika dirinya tidak memakai pakaian dan hanya memakai handuk. Hal itu membuatnya menyesali kebodohannya itu. Tapi, demi agar tidak membuat Naven tidak mengambil ponselnya. Akhirnya Nerissa harus rela.“Menurutmu?” Nerissa melingkarkan tangannya di lengan sang suami.Mendapati aksi sang istri, Naven jelas tak mau kehilangan kesempatan. Dengan segera, Naven langsung mengikis jarak di antara mereka. Tempat yang dituju adalah bi
Pagi ini Naven dan Nerissa bersiap untuk ke pengadilan. Memberikan kesaksian. Naven membawa sendiri mobilnya karena Kiki harus menjemput Ana.“Aku benar-benar berdebar. Aku pikir datang ke pengadilan untuk bercerai kala itu jadi yang terakhir datang pengadilan, tapi ternyata tidak.”Mendengar curhatan sang istri, Naven langsung menggenggam tangan sang istri. Berusaha untuk menguatkan.“Tenanglah, ini akan jadi terakhir.” Naven berusaha meyakinkan sang istri.Nerissa tersenyum. Dia berharap memang tidak ada kejadian lagi. Jadi dia bisa hidup dengan tenang.Akhirnya Nerissa dan Naven sampai di pengadilan. Tampak sudah ada Ana di sana juga.“Kita tunggu di ruang tunggu.” Kiki mengajak Nerissa dan Naven untuk masuk.Nerissa dan Naven segera masuk. Tampak di ruang tunggu beberapa orang juga menunggu sidang mereka.Dari sekian banyak orang yang menunggu, tampak Arumi di antaranya.“Aku ke sana dulu.” Nerissa berpamitan pada sang suami untuk menghampiri sang Arumi.Naven ingin melarang, tapi
“Besok mama mengajak aku ke acara arisan. Apa kamu mau ikut?” Di tengah-tengah sarapan, Nerissa menanyakan hal itu. “Tidak. Untuk apa aku ikut. Sudah kamu saja.” Memang itu yang diharapkan oleh Nerissa. Berharap sang suami tidak ikut. “Kalau kamu tidak ikut, aku naik mobil sendiri saja bagaimana?” Nerissa kembali memancing, berharap Naven kembali tidak ikut lagi. Dahi Naven berkerut dalam kali ini. Merasa aneh dengan sikap Nerissa. “Kenapa harus berangkat sendiri?” Mendapati pertanyaan itu, Nerissa bingung. Mau jawab apa. Mengingat dia harus berangkat sendiri agar bisa menjemput Evelyn. “Kamu tidak ikut. Jadi aku pikir lebih baik aku berangkat sendiri. Jadi kamu tidak perlu repot.” Nerissa berusaha untuk menjelaskan pada sang suami.“Aku tidak merasa repot.” Nerissa langsung bungkam ketika mendapati jawaban suaminya itu. Nerissa tidak mungkin menolak. Tak mau membuat suaminya curiga “Tapi, jika kamu mau berangkat sendiri, tidak masalah.” Mata Nerissa membulat sempurna. Tak
Saat mendengar itu, Nerissa merasa sedikit canggung. Namun, dia merasa itu bukan urusannya. Tak mau juga menghakimi. “Tapi, dia sedang tidak ke sini. Karena sedang sibuk.” Evelyn kembali menceritakan sedikit. Nerissa hanya mendengarkan cerita dari Evelyn itu. Tidak menanggapi sama sekali.“Kamu sendiri sudah punya pacar?” tanya Evelyn. “Aku sudah menikah.” “Wah ... maaf. Aku tidak tahu jika kamu sudah menikah.” Evelyn pura-pura merasa tidak enak, padahal dia hanya jelas tahu Nerissa sudah menikah. “Tidak apa-apa.” Nerissa mengulas senyumnya.“Aku juga akan segera menikah nanti setelah projekku selesai. Rasanya tak sabar menjalani kehidupan rumah tangga.” Evelyn bercerita dengan antusiasnya. Nerissa hanya menanggapi dengan senyuman. “Apartemen ini kelak akan kami tinggali bersama karna dia khusus membelikannya untuk aku.” Saat mendengar ucapan dari Evelyn itu, Nerissa langsung melihat ke sekitar. Dilihatnya jika apartemen ini sangat mewah. Artinya pria yang menjadi pacar Evely
Suara ponsel yang berdering membuat Naven yang sedang berada di dapur segera ke ruang tamu. Ponselnya ada di sana. Jadi Naven harus ke sana untuk segera menghentikan suara ponsel itu berdering.Saat melihat ponselnya, Naven melihat Kiki yang menghubunginya. Dengan segera, dia mengangkat sambungan telepon itu. Ingin tahu kenapa Kiki menghubunginya.“Kenapa?” Naven segera mengangkat sambungan telepon tersebut.“Pak, Bu Nerissa mengundang Nona Evelyn ke acara reuni mama Anda.”Naven membulatkan matanya ketika mendengar kabar itu. Informasi yang diberikan oleh Kiki itu bak petir yang menyambar di siang bolong. ****Beberapa waktu lalu ….Kiki mengetuk pintu apartemen Ana. Hari ini, dia menggunakan waktu untuk berlibur. Saat pintu apartemen dibuka, tampak Ana menyambut dengan senyuman.“Senyummu sepertinya mencurigakan.” Entah kenapa Kiki merasa jika kekasihnya itu sedang memiliki pikiran aneh.“Kamu tahu saja.” Ana langsung menarik tubuh sang kekasih untuk masuk, kemudian membawanya ke d
Evelyn yang mendapati pertanyaan itu diam. Dia tampak terkejut sebenarnya ketika tadi ditarik oleh Naven. Apalagi secara tiba-tiba.“Seharusnya aku yang bertanya kenapa kamu di sini? Aku di sini jelas kerja.” Evelyn pura-pura bodoh. Padahal aslinya niatnya bukan sekadar itu saja.“Jangan kamu pikir aku bodoh!” Tangan Naven yang mencengkeram lengan Evelyn.“Kamu ini bicara apa? Aku benar-benar tidak mengerti maksudmu?”“Tidak mungkin kamu tidak tahu jika Nerissa adalah istriku!”Naven sudah mendengar cerita Kiki tadi bagaimana Nerissa bertemu dengan Evelyn. Dari apa yang dikatakan Kiki, Naven menyimpulkan jika Evelyn sudah mengenal Nerissa. Lagi pula, tidak mungkin jika Evelyn tidak mencari tahu siapa wanita yang menjadi istrinya.Evelyn langsung tersenyum ketika mendengar jika Naven tahu jika dirinya sudah tahu Nerissa adalah istri Naven.“Istrimu sendiri yang datang padaku meminta aku datang ke sini.” Akhirnya Evelyn menanggapi ucapan Naven.Naven mencengkeram erat lengan Evelyn. Dia
“Sayang, kamu mau makan?” tanya Nerissa. Mendapati perhatian itu, Naven justru takut. Karena dalam keadaan seperti ini, seharusnya Nerissa tidak bersikap baik padanya. Namun, istrinya itu bersikap sangat baik.“Boleh, tapi aku mau makanan ringan saja.” Naven mengangguk. “Baiklah, aku akan ambilkan.” Nerissa segera ke meja di mana makanan berada. Dia mengambil kue dan juga buah. Naven terus memerhatikan sang istri. Sesekali memerhatikan Evelyn yang sedang berada di atas panggung. Dalam situasi ini dia benar-benar bingung. Ingin menjelaskan pada Nerissa, tapi tidak mungkin sekarang karena ada banyak orang. Saat Nerissa kembali, dia membawa dua piring kecil berisi kue dan buah. Kemudian memberikan satu piring berisi buah pada Naven. “A ....” Nerissa menyuapi kue yang berada di tangannya pada Naven. Sikap manis itu, membuat Naven semakin ketakutan. Entah kenapa wajah datar Nerissa itu lebih menyeramkan. “Kamu tidak mau?” tanya Nerissa mengintimidasi. “Mau-mau.” Naven langsung
Mendapati pertanyaan itu membuat Nerissa terdiam sejenak. Dia sudah tahu jika Evelyn adalah mantan kekasih Naven. Jadi tentu saja hal itu tidak bisa diwujudkannya lagi. “Maaf, Ma. Sepertinya Evelyn tidak bisa. Karena dia harus pergi ke luar negeri melanjutkan syuting filmnya.” Nerissa berusaha untuk menjelaskan pada sang mama mertua. “Baiklah kalau tidak bisa. Nanti cari artis lain saja.” Mama Ruby tidak terlalu berpatokan harus Evelyn. Nerissa merasa senang ketika mertuanya paham. Jadi dia tidak perlu bersusah payah untuk memberikan pengertian. Akhirnya mereka sampai di rumah. Mama Ruby langsung turun dari mobil Nerissa. Nerissa ikut turun untuk membawakan beberapa barang-barang mertuanya. Tampak mobil Naven berhenti tepat di belakang mobil Nerissa. Pria itu juga ikut turun untuk membantu sang istri membawakan barang-barang. Namun, ternyata sudah dibawa sang istri semua. “Ini, Ma.” Nerissa memberikan barang-barang tersebut. “Kalian tidak masuk dulu.” Mama Ruby melihat Nerissa
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak