Papa Raven, Mama Ruby, dan Oma Clarisa begitu terkejut sekali dengan apa yang dikatakan Kiki. Mereka tidak mengerti kenapa tiba-tiba sekali Kiki mengatakan itu.“Apa kamu tidak salah bicara seperti itu, Ki?” Papa Raven memastikan kembali lagi, tak mau salah dengar.“Tidak, Pak. Saya tidak salah bicara. Saya ke sini mengantarkan Dya karena kami berdua memutuskan berpisah.”Papa Raven, Mama Ruby, dan Oma Clarisa tampak begitu terkejut sekali. Mereka tidak menyangka jika Dya dan Kiki akan bercerai.“Kurang ajar, berani-beraninya kamu menceraikan Dya.” Oma Clarisa langsung melemparkan bantal sofa pada Kiki.Kiki yang tidak siap, pasrah saja ketika bantal sofa melayang ke arahnya. Tak mengelak karena ini adalah konsekuensi yang harus diterimanya.Oma Clarisa yang kesal segera berdiri dan menghampiri Kiki. Dia langsung memukul Kiki untuk melampiaskan kekesalannya.Kiki hanya pasrah saja ketika merasakan pukulan dari Nyonya Clarisa.Dya yang melihat hal itu pun berusaha untuk menghentikan ak
Mendengar jawaban Dya yang tanpa keraguan itu membuat Papa Raven tidak dapat berbuat apa-apa lagi.“Kamu juga sudah yakin, Ki? Apa kamu tidak mau berusaha mempertahankan pernikahanmu?” Papa Raven menatap Kiki. Jika Dya tidak mau mendengarkan dirinya, mungkin Kiki pastinya masih bisa.Bagaimana bisa mempertahankan jika Kikilah yang mau perpisahan ini terjadi. Namun, rasanya berat untuk mengatakan kejujuran di saat Dya sudah membuat dramanya sendiri.“Uncle, jangan tanya Kiki seperti itu. Aku sudah jelaskan bukan, jika ini sudah kesepakatan bersama. Ini keputusan kami bersama. Jadi jangan terus mendesak Kiki seolah Kiki yang memutuskan semua sendiri.” Dya langsung mencegah pamannya untuk terus menanyai Kiki.Papa Raven hanya bisa pasrah saja. Mengingat Kiki dan Dya pasti sudah memikirkan dengan matang keputusannya. Kiki juga bukan anak kecil. Jadi dia percaya jika Kiki pasti juga sudah memikirkan dengan matang.“Baiklah, jika mau kamu seperti itu.” Papa Raven akhirnya memilih membiarkan
“Maaf, Pak saya terlambat datang.”Kiki yang sampai di kantor, segera menghadap ke Naven. Tadi, Kiki mengirim pesan jika dirinya ada urusan mendadak. Karena itu, akan datang ke kantor terlambat.“Tidak apa-apa.” Naven tampak santai menghadapi Kiki yang meminta izin.“Pak, ada yang ingin saya sampaikan.”Naven segera menatap Kiki lekat. Tampak penasaran dengan apa yang ingin Kiki sampaikan padanya.“Ada apa?” tanya Naven memastikan.“Saya dan Dya akan bercerai.”Mendengar apa yang dikatakan Kiki membuat pria itu langsung membulatkan matanya. Naven tahu pasti jika Kiki tidak mencintai Dya. Mungkin bisa saja perceraian jadi pilihan mereka. Namun, tidak menyangka akan secepat ini.“Kalian sudah bicarakan ini semua?” tanya Naven memastikan.“Iya, Pak. Saya sudah bicarakan ini dengan Dya. Saya juga sudah bertemu keluarga Anda untuk mengembalikan Dya secara baik-baik.”Naven hanya mengembuskan napas kasar. Akhirnya dia tahu ke mana perginya Kiki pagi ini. Ternyata menemui keluarganya.“Baikl
“Kamu jam segini sudah pulang?” Nerissa yang melihat sang suami pulang lebih awal merasa heran.“Aku dari rumah oma.” Naven menjawab sambil melepaskan dasi yang melingkar di kerah bajunya.“Kenapa kamu tiba-tiba ke sana? Apa oma sakit?” Tampak Nerissa sedikit cemas.“Tidak.”“Lalu untuk apa kamu ke sana?”“Dya dan Kiki akan bercerai.” Naven memberitahu apa yang membuatnya ke rumah sang oma.Nerissa membulatkan matanya sempurna ketika rasa terkejut menghampirinya. Tidak menyangka jika akan secepat ini mereka berpisah.“Cinta datang dengan sendirinya, tidak bisa dipaksa. Semakin dipaksa, justru cinta akan semakin menjauh, dan yang hadir hanya luka.” Nerissa merasa itu yang terjadi pada Dya dan Kiki saat ini. Semakin Dya memaksa Kiki untuk mencintainya, semakin Kiki menjauh dari Dya.“Iya, seperti kita, cinta datang begitu saja. Tidak dipaksakan.” Naven tersenyum pada sang istri.Nerissa merasa apa yang dikatakan sang suami benar. Cinta mereka tumbuh dengan sendirinya tanpa dipaksakan.*
“Saya ingin mengajukan surat pengunduran diri, Bu.” Dya menyerahkan berkas di meja kerja Ana.Ana begitu terkejut mendengar apa yang dikatakan Dya. Tidak ada angin tidak ada hujan, Dya mengajukan pengunduran diri.“Kenapa kamu mengajukan pengunduran diri?” Ana tampak begitu penasaran sekali.Dari reaksi Ana, Dya merasa jika Ana belum tahu perihal perceraiannya dengan Kiki. Dya juga malas jika harus memberitahu Ana.“Saya akan mengambil S2. Jadi saya mau fokus belajar.” Dya memberikan alasan yang memang dipakainya. Bukan alasan bohong.Ana tidak bisa menghalangi jika memang ada alasan khusus yang dilakukan oleh Dya. “Baiklah, aku terima surat pengunduran dirimu.”“Terima kasih, Bu. Kalau begitu aku permisi dulu.”Ana mengangguk saja. Mempersilakan Dya untuk pergi.Dya segera kembali ke meja kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaanya sebelum pergi. Tak mau membuat teman-temannya susah.“Dya, kamu benar-benar akan berhenti bekerja?” tanya seorang teman.“Iya, aku mau melanjutkan S2 ke luar
Kiki segera melajukan mobilnya untuk mengejar mobil yang membawa Ana di dalamnya. Di dalam hati kecil Kiki bertanya-tanya, ke mana gerangan siapa pria yang bersama Ana.“Apa dia sudah punya pacar baru?” Kiki mencoba menebak, walaupun berusaha keras untuk menampik hal itu. Berharap itu bukan seperti yang dibayangkan.Mobil yang membawa Ana berbelok ke arah restoran, Kiki pun segera ikut berbelok juga. Sayangnya, tidak ada tempat parkir yang dekat di sana. Jadi Kiki harus parkir cukup jauh dari mobil yang membawa Ana.“Apa aku harus menemuinya?” Namun, saat hendak turun, tiba-tiba Kiki ragu. “Apa yang aku katakan jika bertemu dengannya?” Kiki justru bingung apa yang harus dilakukan saat bertemu dengan Ana. “Aku bisa pura-pura tidak sengaja ‘kan?” Kiki langsung berusaha membuka pintu mobilnya. Namun, tiba-tiba Kiki langsung menutup kembali pintu mobilnya. Merasa alasan tidak sengaja bertemu kurang masuk akal. “Aku akan menunggu di kantor saja. Bertemu di kantor akan lebih masuk akal diba
Ana masih diam. Tak menjawab pertanyaan dari Sandy.“Na.” Sandy menggoyangkan tubuh Ana.Apa yang dilakukan oleh Sandy membuat Kiki geram. Tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh pria yang bersama Ana itu.“Dia mantan asisten Presdir.” Akhirnya Ana menjawab pertanyaan itu.Mata Sandy langsung berbinar. Ternyata pria di depannya adalah mantan Ana. Tentu saja itu sangat menarik baginya.Kiki terus menatap tangan Sandy yang berada di lengan Ana. Ingin rasanya menyingkirkan tangan itu dari sana. Namun, Kiki tak punya kuasa untuk hal itu.Merasa Kiki terus menatap ke arahnya, Ana mulai paham apa yang dilihat oleh Kiki. Pria itu memerhatikan tangan Sandy yang berada di lengannya. Dengan segera dia menyingkirkan tangan tersebut.Melihat aksi Ana, membuat Sandy tersenyum. Sejak tadi dia sudah memerhatikan jika pria di depannya melihat tangannya.“Kamu tidak memperkenalkan aku padanya, Na?” Sandy menggoda Ana.Ana langsung menatap tajam pria yang ada di sebelahnya itu.Reaksi Ana itu membuat
Mendengar ucapan Sandy membuat Ana membulatkan matanya. Bisa-bisanya pria itu mengatakan hal itu.“Berhentilah mengatakan seperti itu. Apa pun alasannya. Bagiku kalian sama saja.”Beruntung pintu lift langsung terbuka. Jadi Ana bisa segera pergi.Sandy merasa jika Ana marah padanya. Rasanya, dia menyesal mengungkit apa yang diucapkannya.Dengan langkah gontai, Sandy mengayunkan langkahnya. Keluar dari dalam lift.Dari kejauhan, dia hanya bisa melihat Ana yang tampak kesal. Sandy menyesali apa yang dilakukannya. Niat hati ingin membuatnya lebih baik dari Kiki, tapi justru membuat Ana kesal.Di tempat lain, Kiki yang di tempat parkir segera masuk ke lift untuk menuju ke ruangan Naven. Hari ini dia memang membuat janji dengan Naven.Saat sampai di depan ruangan Naven, ada asisten baru Naven yang menyambut. Mempersilakan Kiki untuk masuk ke ruangan Naven.“Selamat siang, Pak Naven.” Baru masuk, Kiki sudah menyapa.“Siang, Ki. Akhirnya kamu datang juga.” Naven segera berdiri. Langkahnya d
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak