Kiki segera masuk ke mobil setelah urusannya selesai. Naven yang sudah di dalam mobil sudah tidak sabar menunggu hasil negosiasi Kiki. Tadi, sebenarnya Naven ingin bernegosiasi sendiri, tapi justru Evelyn minta aneh-aneh. Alhasil, dia memilih untuk tidak mau melanjutkan dibanding nanti dia susah sendiri. “Bagaimana, Ki? Apa dia menerima?” Naven langsung melemparkan pertanyaan itu. “Sudah, Pak. Nona Evelyn menerima apartemen itu, dan menandatangani perjanjian yang Anda mau.” Mendengar jawaban Kiki itu, Naven cukup lega. Ternyata Evelyn bersikap realistis juga.“Bagus, aku senang mendengarnya. Jika begini, semua masalah selesai. Tidak akan ada masalah.” Naven merasa ini benar-benar sudah berakhir. Jika begini, dia akan bisa menjalani hubungan dengan Nerissa dengan tenang. “Saya langsung antar ke apartemen, Pak?” tanya Kiki. “Iya, Ki. Langsung ke apartemen.”Hari ini masih libur. Jadi dia ingin beristirahat di apartemen dengan sang istri. Menghabiskan waktunya bersama sang istri.
Naven melihat seseorang berada tak jauh dari tempatnya berpijak. Orang yang dilihat Naven pun juga ikut berhenti. Tampak terkejut melihat Naven. Saat tak mendapati jawaban dari Naven, Nerissa mengalihkan pandangan ke arah Naven memandang. Matanya membulat sempurna ketika melihat siapa yang berada di kejauhan. “Kenapa mereka berdua?” tanya Nerissa pada sang suami. “Apalagi jika bukan kencan.” Naven menebak.“Mereka bergerak cepat sekali. Tidak seperti kamu.” Nerissa justru menyindir sang suami. Naven hanya bisa terperangah ketika mendengar sindiran sang istri. Dia justru kesal ketika melihat dua manusia yang menjadi alasan sang istri menyindir. Dua manusia itu adalah Kiki dan Ana. Dua orang itu tampak berjalan saling beriringan menuju ke arah Naven dan Nerissa. “Pak Naven di sini juga?” Kiki tampak terkejut ketika melihat atasannya si tempat yang sama. “Iya, aku di sini.” Naven mengangguk. “Sa.” Ana menyapa Nerissa. “Kamu sedang apa di sini?” Nerissa sudah tahu, tapi tetap sa
Ana yang mendengar ucapan Kiki itu sontak terkejut. Apalagi dia tadi bercerita sambil melihat film. Alhasil, dia langsung mengalihkan pandangan ke arah Kiki. “Kamu sedang tidak bercanda?” tanya Ana memastikan. “Apa aku terlihat bercanda?” Pipi Ana langsung merona ketika mengetahui jika Kiki sedang mengajaknya menjalin hubungan. “Aku memang tidak terlalu suka basa-basi. Jadi jika kamu mau, ayo kita jalin hubungan.” “Dasar tidak romantis! Bagaimana bisa kamu mengajak wanita menjalin hubungan seperti itu?” Ana menekuk bibirnya, kesal karena Kiki mengajak menjalin hubungan di bioskop. “Aku memastikan dulu. Jika aku mengatakan di restoran mewah dan tiba-tiba ditolak, bukankah sayang?” Rasanya Ana ingin tertawa mendengar jawaban Kiki. Namun, dia berpikir realistis saja. Jika dia di posisi Kiki mungkin akan melakukan hal yang sama. Sayang bukan jika buang-buang uang, tapi tidak mendapatkan wanita yang diinginkan.“Aku akan jawab jika kamu sudah mengatakan dengan romantis.” Ana yang m
Nerissa dan Ana segera menemui Naven dan Kiki. Ana yang tadi diajak oleh Nerissa terpaksa harus meminta izin pada Kiki, mengingat Kiki yang mengajaknya ke mal. “Ki, aku antar Nerissa dulu ke toko sepatu. Kamu tidak keberatan ‘kan?” Ana memberanikan diri untuk mengatakan pada Kiki. “Tentu saja pergilah.” Kiki mengulas senyum manisnya. Dia senang ketika Ana akan pergi. Jadi dia bisa menyiapkan semua. Ana merasa aneh melihat senyum Kiki. Padahal Ana berharap Kiki akan kecewa karena dirinya tidak akan pergi dengan Nerissa. “Sayang, aku pergi dulu.” Nerissa tersenyum seraya mengedipkan mata, memberikan kode pada Naven.“Pergilah, aku akan cari beberapa kebutuhan mobil bersama Kiki dulu.” Naven berpura-pura saat di depan Ana. Akhirnya Nerissa dan Ana pergi ke toko sepatu Marlene, sedangkan Naven dan Kiki pergi ke restoran K-Vin. “Selamat datang di Restoran K-Vin.” Pramusaji menyapa Naven dan Kiki.“Apa saya bisa bertemu dengan manajer restoran?” Tanpa basa-basi, Naven langsung bertany
Melihat ruangan yang tampak aneh akhirnya Ana memilih untuk menutup pintu. Namun, sebelum menutup pintu, dia melihat Kiki di sana. Tentu saja itu membuatnya merasa terkejut. Karena itu, dia langsung kembali membuka pintu lebar-lebar. Senyum Kiki langsung menghiasi wajahnya ketika melihat Ana di sana. Ana melihat dengan saksama ruangan yang didekorasi. Dekorasi dengan tulisan ‘I Love You’ itu jelas ditujukan padanya. Tak pernah di pikiran Ana jika Kiki akan mempersiapkan sekarang juga. Padahal baru saja pria itu mengatakannya ingin menjalin hubungan dengannya. Ana berpikir mungkin Kiki akan mengatakan satu atau dua hari lagi. Melihat Kiki di dalam rumah, Ana segera, menghampiri Kiki. Tampak pria itu berdiri tegak dengan buket bunga di tangannya. “Kamu mempersiapkan ini semua?” tanya Ana ketika melihat apa yang disiapkan oleh Kiki. “Iya.” Kiki mengangguk. Ana terus memikirkan bagaimana bisa Kiki menyiapkan semua secara singkat. Sejenak dia mengingat bagaimana tadi Nerissa menga
Mendapati pertanyaan itu, membuat Nerissa bingung. Namun, dia ingat janjinya kala itu. Nerissa berusaha menimbang-nimbang permintaan sang mama mertua. Memikirkan apakah dirinya sanggup. “Bisa, Ma. Aku akan hubungi dia untuk datang ke acara Mama.”“Syukurlah kalau kamu bisa membawanya ke acara arisan.” Mama Ruby tampak senang sekali. “Tapi, jangan bilang-bilang Naven. Mama yakin dia tidak akan mengizinkan hal-hal seperti ini.” Mama Ruby tahu betul bagaimana sikap anaknya. Ikut arisan saja dia tidak diizinkan, apalagi mengundang artis segala.Nerissa ragu sebenarnya. Namun, saat mertuanya meminta seperti itu, tentu saja tidak ada pilihan. “Baiklah kalau begitu.” Nerissa setuju dengan permintaan mertuanya itu. Di ruangan lain, tepatnya ruang keluarga, Naven sedang mengobrol asyik. “Bagaimana malam pertama?” tanya Papa Raven. “Wah ... itu rahasia.” Naven tidak mau mengatakan yang sesungguhnya. “Halah, Papa sudah tahu. Tapi, kamu belum menyentuh wanita sama sekali. Jadi apakah cepat
Saat melihat ponselnya, Nerissa langsung mengalihkan pandangan ke ponselnya. Melihat siapa gerangan yang menghubungiSaat melihat ponselnya, senyuman merekah di wajahnya. Dilihatnya ternyata Navenlah yang menghubungi. Tanpa pikir panjang, Nerissa langsung mengangkat sambungan telepon tersebut. “Sayang, aku berangkat bertemu klien. Jangan lupa nanti makan. Aku takut sibuk dan tidak bisa menemui kamu.” Naven di seberang sana memberitahu sang istri.“Baiklah, aku akan makan nanti. Kamu hati-hati di jalan.” Nerissa merasa begitu senang sekali ketika sang suami begitu perhatian sekali. Akhirnya sambungan telepon pun berakhir. Nerissa kembali melanjutkan pekerjaannya. Namun, di tengah pekerjaannya, tiba-tiba suara ponselnya kembali berbunyi. Sebuah pesan masuk ke ponselnya. [Bisa, temui aku di restoran Star jam makan siang.]Pesan itu ditulis oleh Evleyn. Tentu saja itu membuat Nerissa senang. Dengan bertemu Evelyn, dia bisa meminta Evelyn untuk datang ke pesta. Apalagi restoran itu t
Mendengar ucapan Nerissa itu membuat Evelyn mempertimbangkan untuk datang. Apalagi tidak ada Naven. “Baiklah, aku akan pertimbangkan dulu.” Nerissa berharap jika Evelyn akan menerima tawarannya. Karena ini yang bisa dilakukan untuk mertuanya. Tepat saat itu juga, ponsel Nerissa berdering. Dia segera mengangkat sambungan telepon itu. “Iya, Sayang.” Dari apa yang diucapkan Nerissa, Evelyn merasa jika yang dipanggil ‘sayang’ adalah Naven. Rasanya Evelyn kesal sekali mendengar panggilan itu. Ternyata memang hubungan Nerissa dan Naven sudah sangat dekat. “Kamu di mana?” Naven di seberang sana. “Aku sedang makan di restoran Star.” Nerissa menjelaskan di mana keberadaanmu. “Baiklah, aku akan ke sana.” “Baiklah, aku akan menunggumu di sini.”Nerissa segera mematikan sambungan telepon. Dia merasa tidak ada salahnya jika Naven ke sini. Lagi pula dia juga kenal dengan Evelyn.Mendengar percakapan Nerissa dan suaminya, membuat Evelyn seketika panik. Dia tidak tahu harus bagaimana. Kare
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak