Dari sorot mata Nerissa jelas sekali jika Nerissa tidak bohong. Tentu saja Naven tidak bisa meragukan lagi ucapan Nerissa itu. Perasaan bahagia pun seketika langsung merasuki hati Naven. Dia begitu bahagia mendapati sang istri ternyata masih perawan. “Jadi kamu masih perawan? Jadi aku akan jadi orang yang pertama menyentuhmu?” Wajah Naven sudah dihiasi senyuman. Dia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya itu.Pertanyaan itu membuat Nerissa merona. Dia justru malu mendapati pertanyaan itu. Alih-alih menjawab, Nerissa memilih menunduk. Menyembunyikan wajahnya. “Jawaban aku.” Naven meraih wajah Nerissa agar melihat ke arahnya. Nerissa kesal sekali. Suaminya itu tidak peka sekali jika dirinya sedang malu. “Iya.” Akhirnya Nerissa menjawab lirih.“Aaaccccchhhh ....” Naven tidak menyembunyikan kebahagiaan. Dengan segera dia memeluk Nerissa. “Keberuntungan apa ini? Aku menikah dengan seorang gadis.” Dia mengeratkan pelukannya. Tidak menyangka yang dia nikahi adalah gadis dengan label j
Nerissa melihat Naven yang sedang memegangi dadanya. Entah apa yang dilakukan suaminya itu. Terlebih lagi suaminya mengatakan sesuatu menjadi miliknya. Senyum Naven langsung menghiasi wajahnya. Dia tidak menyangka jika sang istri hadir di sana. Dengan langkah tenang Naven menghampiri. Senyum manis pun masih menghiasi wajahnya.Senyum itu membuat Nerissa justru takut. Karena ada maksud lain. Tepat di depan Nerissa, Naven melihat sang istri dari atas sampai ke bawah. Dia membayangkan tubuh sang istri akan jadi miliknya. Saat sang suami menatap ke arahnya, Nerissa merasa takut sekali. Dia merasa jika Naven sedang memindahinya. Entah kenapa refleks dia langsung berusaha menutupi area dadanya. Naven langsung tertawa ketika melihat hal itu. Dia merasa lucu sekali dengan aksi sang istri. “Itu semua akan jadi milikku.” Naven berbisik tepat di telinga Nerissa. Nerissa langsung membulatkan matanya. Akhirnya dia tahu arti ucapan yang memegangi dada tadi. Melihat wajah Nerissa yang terke
“Segera setelah mama dan papa pulang ke Indonesia, aku akan pergi bulan madu dengan Nerissa.” Naven berusaha menjelaskan pada sang mama.“Bagus kalau begitu. Jangan ditunda-tunda lagi.”Mama Ruby yang selesai menikmati tehnya segera kembali ke kamar. Menemani suaminya.Naven sendiri memilih bergabung dengan Nerissa, Oma Clarisa, dan Dya.Sayangnya, baru saja bergabung, Oma Clarisa memilih ke kamar. Beliau sudah mengantuk dan ingin segera istirahat. Kini tinggallah Nerissa dan Naven saja di ruang tamu. Mereka menikmati siaran televisi yang ada depan mereka.“Kamu sudah merapikan barangmu?” Naven menatap Nerissa.“Sudah.” Tadi Nerissa menyempatkan diri untuk merapikan barang-barangnya. Karena tidak terlalu banyak. Jadi dia tidak terlalu lama merapikannya.“Baiklah, jadi besok kita bisa langsung pulang.”Rencananya besok Naven dan Nerissa akan kembali ke Indonesia. Mengingat Papa Raven sudah keluar dari rumah sakit.“Apa Kiki akan langsung ke sini?” Nerissa menatap Naven.“Aku harus men
Pertanyaan itu langsung dilemparkan Naven. Dia begitu penasaran sekali dengan informasi yang selama ini Kiki dapatkan. Selama di Singapura, dia memang tidak terlalu banyak menghubungi Kiki. Jadi tidak banyak yang dia tahu.“Untuk informasi pertama, terkait kasus Harry, Bu Nerissa harus datang minggu depan bersama Ana ke pengadilan untuk memberikan saksi.” Kiki memberikan informasi pertama.“Aku akan katakan pada Nerissa nanti.”“Informasi kedua terkait Nona Evelyn. Kabar masuknya Nona Evelyn ke rumah sakit, saya dengar dari infotainment. Berita cukup heboh karena Nona Evelyn pingsan saat acara di salah satu acara. Karena itu, akhirnya dia dilarikan ke rumah sakit. Informasi yang saya dapatkan lagi, keadaan sudah membaik. Jadi dia sudah terbang lagi ke luar negeri untuk melanjutkan kembali syuting.”Naven merasa kepergian Evelyn ke luar negeri cukup membuatnya lega, karena wanita itu tidak membuat ulah. Artinya, Evelyn sudah merelakan dirinya.“Selebihnya, masalah kecil yang bisa saya
Naven yang sedang makan langsung tersedak ketika mendengar hal itu. “Kamu tidak apa-apa?” Nerissa langsung meraih botol air mineral dan membukakannya untuk Naven. “Minum dulu.” Dia langsung memberikan minuman itu pada Naven. Dengan segera Naven meraih botol air mineral yang diberikan sang istri. Segera meminumnya untuk meredakan tenggorokannya. “Kamu ini kenapa? Kenapa tidak pelan-pelan?” Nerissa heran kenapa sang suami tiba-tiba tersedak. Padahal dilihatnya tidak sedang makan terburu-buru. Naven benar-benar terkejut ketika ada dua wanita di meja sebelah sedang membahas perihal Evelyn. Lebih membuatnya terkejut adalah dua wanita itu menuduh Evelyn hamil. “Tidak apa-apa. Aku sepertinya tersedak saus. Ternyata sausnya pedas juga.” Naven terpaksa berbohong. “Benarkah?” Perasaan Nerissa, burger di sini tidak pedas, jadi mana mungkin bisa tersedak. “Iya, ini pedas.” Naven tidak punya alasan lain. Mendapati jawaban Naven, dia sadar, tingkat toleransi terhadap pedas lain-lain. Jadi d
Nerissa mengerjakan pekerjaanya sampai-sampai jam istirahat. Beberapa temannya mengajak Nerissa, tapi wanita itu masih sibuk sekali. Sampai akhirnya, suara ponselnya mengalihkan perhatiannya pada laptopnya.Saat melihat layar ponselnya, dia melihat jika itu adalah Naven. Dengan segera dia mengangkat sambungan telepon itu.“Kamu di mana?” Suara Naven di seberang sana terdengar.“Aku masih di ruanganku. Kenapa?”“Apa kamu lupa ini jam istirahat?”Mendapati pertanyaan itu Nerissa hanya bisa tersenyum tipis. Dia tahu ini jam istirahat dan memang sengaja untuk menunda makan siangnya, karena pekerjaannya masih banyak. “Aku sedang di luar, jadi tidak bisa makan bersamamu. Sekarang pergilah ke kantin.”Hari ini ada pertemuan dengan rekan bisnisnya, jadi Naven tidak bisa makan bersama sang istri. Karena itu, menghubungi sang istri untuk memastikan jika sang istri makan.Perintah Naven itu terdengar tidak terbantahkan. Tentu saja Nerissa tidak bisa menolak sama sekali.“Baiklah, aku akan ke ka
Nerissa tampak terkejut dengan reaksi sang suaminya. Padahal sejak awal dia tidak bertanya pada suaminya, tapi justru suaminya yang menjawab. Dan, sekarang justru tampak kesal.“Aku tidak senang. Hanya terkejut saja.” Nerissa berusaha untuk mengelak.Naven menerawang ke dalam mata Nerissa. Sayangnya, karena di mobil gelap, alhasil dia tidak tahu apakah Nerissa berbohong atau tidak.“Kenapa harus terkejut?”“Karena aku pikir dia punya pacar.” Nerissa benar-benar bingung menghadapi Naven.“Memang kenapa jika dia punya pacar?” Sejak tadi, tidak ada habisnya Naven bertanya.“Karena … karena … jika dia tidak punya pacar, aku akan carikan pacar untuknya.”“Tidak perlu carikan dia pacar, dia bisa cari sendiri.” Naven yang kesal pun langsung memberikan larangan keras. Nerissa langsung mendengkus kesal. Padahal dia sedang berusaha untuk mendekatkan Kiki dengan Ana. Jika Naven melarangnya, tentu saja dia akan kesulitan.Kiki yang jadi objek pembicaraan pun hanya bisa diam saja. Tak berani meng
Naven yang sedang menunggu lift yang mengarah ke ruangannya pun, langsung mengalihkan pandangan ke arah Kiki. Dia tahu yang dimaksud Kiki adalah informasi tentang kehamilan Evelyn.“Kita bicara di ruanganku.” Naven jelas tidak mau bicara sekarang di ruangan terbuka, takut ada yang dengar.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk.Mereka berdua segera mengayunkan langkah ke ruangan Naven. Saat masuk, Naven langsung melepaskan kancing jasnya. Kemudian duduk di kursinya.Kiki menyusul Naven di belakang dan duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Naven.“Informasi apa yang kamu dapat?”“Dari informasi yang saya dapat, Nona Evelyn tidak hamil. Kabar yang beredar hanya gosip saja, Pak.” Kiki mencoba menjelaskan pada Naven.“Kamu sudah memastikan?” Naven menatap Kiki.“Sudah, Pak. Saya sudah dapat informasi langsung dari orang kita yang bekerja dengan Nona Evelyn.”Selama ini, Naven memang menaruh orang untuk menjadi team Evelyn. Dengan berpura-pura menjadi make up artis Evelyn, orang itu memanta
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak