“Kamu kenapa marah-marah begini? Nggak enak badankah?” tanya laki-laki itu dengan suara selembut mungkin.
“Aku hamil!” tukas Rosemary ketus.
“Hah?!”
Mendengar reaksi spontan kekasihnya, gadis itu langsung bangkit berdiri dari pangkuan Edward. Dia pindah duduk di sebelah pria itu dan mulai mengoceh, “Aku hamil sejak kita berada di London, Bang. Waktu itu tubuhku tiba-tiba meriang, mual, dan muntah-muntah. Sampai beberapa acara di sana tidak bisa kuikuti. Kamu tentu saja nggak memperhatikan karena terlalu asyik dengan pacar barumu!”
Kalimat terakhir Rosemary yang begitu menyudutkan dirinya membuat Edward terperangah.
“Apa katamu tadi, Rose? Kenapa kamu tega menuduhku seperti itu? Kamu kan tahu aku ini orangnya seperti apa. Nggak mungkin aku tega mengkhianatimu,” kata pria itu berdalih. Namun dalam hati dia penasaran bagaim
“Dasar nggak tahu malu. Berani-beraninya kamu mengarahkan tangan padaku! Memangnya kamu ini siapa? Cuma gadis bodoh yang hidup dalam bayangan cinta buta. Sadarlah, Rosemary Laurens. Sadar! Kamu ini tinggal di kota besar dimana banyak sekali orang-orang jahat yang suka memanfaatkan orang lain! Aku memang bukan orang baik-baik. Tapi setidaknya kamu masih kupelihara dengan layak dan bahkan kuberi keahlian untuk mencari nafkah!”Setelah mengucapkan kata-kata kejam itu, Edward langsung pergi meninggalkan apartemen. Rosemary menangis tersedu-sedu. Dunianya hancur seketika. Selama ini dia ternyata hidup dalam kebohongan. Edward rupanya telah merencanakan segalanya dari awal. Memanfaatkan keluguannya, mengambil kesempatan saat kondisinya tengah terpuruk, berpura-pura menjadi orang yang baik hingga membuat Rosemary memujanya setengah mati….“Papa…, Owen…,” jerit gadis itu dengan hati terluka. “Aku su
“Kamu egois sekali, Bang! Lalu bagaimana denganku? Aku sudah kehilangan kehormatanku, kepercayaanku terhadap laki-laki. Bagaimana mungkin kamu tega memintaku menggugurkan darah dagingku sendiri? Kalau kamu memang nggak mau bertanggung jawab, ya sudah! Aku nggak akan memaksamu. Biar aku sendiri yang mengasuh anak ini.”“Jangan bodoh, Rosemary Laurens!” sergah Edward berang. “Kamu pikir menjadi seorang single parent itu mudah? Lalu bagaimana kamu menjelaskan pada orang-orang mengenai perutmu yang semakin membesar nanti. Terutama pada keluargamu di Balikpapan. Ingat, Rosemary. Kamu datang kembali ke kota ini untuk mencari nafkah demi kesejahteraan keluargamu. Coba bayangkan, bagaimana perasaan Tante Martha kalau tahu kamu di sini justru menjadi kekasih simpananku? Tegakah kamu mengecewakan hati mamamu yang malang itu? Sudah dikhianati mendiang suaminya yang berselingkuh dengan perempuan lain. Eh, ternyata putri kandungnya sendiri sekar
“Terima kasih, Ma. Jaga diri baik-baik juga, ya. Akhir tahun ini Rose akan pulang ke Balikpapan untuk merayakan Natal dan Tahun Baru.”“Mama senang mendengarnya, Nak. Sekarang kamu beristirahat, ya. Selamat malam.”“Selamat malam, Ma.”Setelah mengakhiri pembicaraan di telepon dengan ibunda tercinta, Rosemary berpaling pada Edward yang sejak tadi diam memperhatikannya.Dengan menguatkan hatinya, gadis malang itu berkata tegas, “Aku berubah pikiran. Carikan dokter yang kompeten dalam menjalankan aborsi. Ingat, jangan sampai suatu saat nanti terjadi efek samping dalam rahimku. Aku bisa menuntutmu bersama-sama dengan dokter itu ke pengadilan!”Edward tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya aku lolos juga kali ini, batinnya penuh sukacita. Belajarlah dari pengalaman ini, Edward Fandi. Jangan sampai terjadi lagi seorang perempuan hamil akib
Edward diam seribu bahasa mendengar penuturan si dokter. Terselip perasaan bersalah yang teramat mendalam pada sanubarinya.Maafkan aku, Rosemary, sesalnya dalam hati. Tak pernah sedikitpun terpikir dalam benakku untuk membuatmu menderita seperti ini. Tapi aku hanyalah manusia biasa yang punya kelemahan. Dan keinginan untuk memiliki dirmu selama beberapa waktu adalah salah satu bentuk kelemahanku.Menyaksikan kawannya diam saja tak bereaksi, si dokter melanjutkan ucapannya, “Waktu itu aku cuma tersenyum dan berkata…Berdoalah Nona Rosemary. Mintalah hikmat pada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Maka hal itu akan diberikanNya pada Nona….”Sementara itu Rosemary yang masih tertidur di dalam ruang operasi bermimpi. Dia seolah-olah melihat seorang malaikat kecil bersayap dan berjubah putih terbang tinggi meninggalkan dirinya yang berlinang air mata….***S
Nada suara ketus Rosemary membuat Edward terperangah. Sama sekali tak diduganya gadis itu akan mengambil keputusan yang tidak rasional seperti itu. Agen lain tak mungkin menolak rezeki yang ditawarkan olehnya barusan. Bayangkan, manajer senior sekelas Edward Fandi akan melimpahkan seluruh database nasabah yang diperolehnya selama hampir dua belas tahun secara cuma-cuma! Komisi dan bonus yang menyertainya pastilah berlipat ganda dari penghasilan Rosemary Laurens saat ini. Namun rupanya hal itu sama sekali tak menarik hati gadis itu.Dasar Gadis Bau Kencur. Harga dirimu tinggi sekali! kecam Edward dalam hati. Sok-sokan menolak durian runtuh yang jatuh tepat di hadapanmu. Akan kulihat nanti sejauh mana kamu bisa berhasil di bisnis asuransi tanpa bantuanku lagi, Sayang….“Kalau nggak salah, apartemen ini tempo hari kamu perpanjang sewanya lagi, kan?” tanya gadis itu tenang namun tak menatap Edward sama sekali. Pandang
“Sori, Rose. Aku mengerti ini berat sekali buatmu…,” ujarnya bersimpati. Sorot matanya tampak prihatin.Lawan bicaranya menggelengkan kepalanya kuat-kuat. “Lebih baik begini,” tukasnya. “Segala sesuatu yang diawali dengan niat yang tidak baik, maka buahnya pasti tidak baik juga.”Damian mengernyitkan dahinya. Apa yang terjadi pada Rosemary? Kukira dia akan sedih dengan kepergian kekasihnya. Ternyata malah acuh tak acuh. Apakah mereka sudah putus hubungan sebagai kekasih? batin pemuda itu bertanya-tanya.“Bu Teresa sportif sekali orangnya, Dam,” puji gadis itu tulus. “Sama sekali tidak merasa sakit hati anak buahnya pindah berkarir ke kantor kompetitor. Bahkan beliau mendukung dan mendoakan kemajuan karir manajerku ke depannya. Jarang sekali ada pemimpin yang berjiwa besar seperti itu.”Sahabatnya mengangguk mengiyakan. “Big
Rosemary merasa kecewa. Jadi itu alasannya ibunya membiarkan Oliv menikah dengan laki-laki pilihannya. Karena harta….Tiba-tiba sebuah pertanyaan mengusik benak gadis itu. “Memangnya berapa umur pacar Oliv itu, Ma? Kok papa-mamanya ngebet banget dia segera menikah?”“Tiga puluh tahun, Rose,” jawab Martha jujur.Putri sulungnya terbelalak. “Hah?! Sembilan tahun lebih tua dari Oliv. Bahkan lebih tua dariku!” serunya spontan.Ibunya mengangguk membenarkan. “Dia dulu sempat nakal sekali di masa mudanya. Ya gonta-ganti cewek, dugem, pakai narkoba. Akhirnya dimasukkan ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat di Jakarta selama satu tahun. Pulangnya ya baru dua tahun ini. Dia sudah berubah menjadi anak yang baik dan rajin bekerja di perusahaan papanya. Ketika melihat Oliv di sebuah toko roti, dia langsung jatuh cinta dan mendekati adikmu itu. Hubungan keduanya adem
“Foto berdua, yuk. Biar kuminta Nelly yang motret kita pakai HP-ku. Nanti langsung kukirim ke nomor WA-mu,” ajak Rosemary. Dia senang sekali dirinya dan Damian sama-sama memperoleh penghargaan malam ini.Laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya itu mengangguk mengiyakan. Rosemary lalu memberikan ponselnya pada adiknya. Nelly menerimanya lalu bersiap memotret mereka berdua.Kedua insan itu berpose dengan mesra, layaknya sepasang kekasih. Damian merangkul bahu Rosemary. Keduanya saling mendekatkan kepala dan tersenyum ceria. Nelly menjepret beberapa kali.Sementara itu Martha yang memperhatikan di belakang Nelly menatap putri sulungnya dan Damian dengan sorot mata penuh harapan. Mereka pasangan yang serasi sekali, pujinya dalam hati. Yang perempuan cantik, cerdas, dan mandiri. Sedangkan pihak laki-lakinya ganteng, keren, dan sabar. Keduanya juga sama-sama berprestasi di bisnis asuransi. Ah, aku takkan ragu-ra