“Sabar ya Ars,” ucap Azmya yang sudah duduk di samping sang suami. Arsyil hanya menanggapinya dengan wajah memelas. Embusan napas berat Arsyil, membuat Azmya sedikit kesal.Tak bisakah suaminya ini mengerti dirinya? Tak bisakah dia bersabar menunggu beberapa hari lagi? Bukankah kemarin dirinya juga sudah menjadi tawanan pria itu selama satu Minggu? Masih kurang kah?“Yasudah, ayo ke kamar. Kamu mau pakai tangan apa mulut?!”Arsyil tersenyum. Pria itu menatap lembut sang istri yang mungkin saat ini tengah tersulit emosi, pikirnya.“Sayang ... Terus terang, ini berat buatku. Selama tiga tahun aku terbiasa melakukan itu setiap hari denganmu. Bahkan, saat kamu lagi libur pun, aku tak pernah libur. Aku malah meminta bantuan tangan atau mulutmu untuk memuaskan aku. Jadi, wajar kan kalau sekarang aku resah, aku uring-uringan. Sudah tiga hari cairan di dalam tak dikeluarkan.”Azmya hanya menanggapinya dengan menghela napas kasar. Walau wanita itu memahami kesulitan
Walau dengan susah payah menahan hasrat, akhirnya Arsyil berhasil melewati masa-masa suram, menurutnya. Saat mendengar masa menstruasi Azmya telah usai, pria itu begitu bersemangat. Terlebih Azmya kini menggunakan gaun malam yang sangat seksi. Kelakian Arsyil seketika bangkit saat menatap sang istri dalam balutan busana minim menerawang itu. Arsyil yang tak pernah absen dalam aktivitas seksual, dan harus berpuasa selama satu Minggu penuh, membuat pria itu bagai singa kelaparan. Arsyil menyergap kemudian memangsa Azmya tanpa ampun.Setiap jengkal tubuh sang istri tak luput dari jangkauannya. Setiap lekuk tubuh Azmya disantapnya dengan penuh semangat. Azmya menggaruk-garuk apa saja yang bisa dijangkaunya saat sang suami menyesapi kewanitaannya dengan rakus.Wanita itu berulang kali mengeram hingga berteriak menahan gejolak nikmat di bawah sana. Sang suami seakan tak ada puasnya menikmati aroma kewanitaan miliknya. Tampaknya pria itu begitu merindukan aroma kewanitaan
Azmya seketika berjongkok dan menyembunyikan wajahnya. Wanita itu menangis sesenggukan. Beberapa hari ini perutnya sering sekali merasa keram. Dirinya hanya datang bulan satu hari, dan setelahnya kewanitaan Azmya hanya mengeluarkan flek terus menerus selama sembilan hari. Wanita itu takut dengan apa yang dipikirkannya.Penyakit apa yang dideritanya? Kenapa dia terus menerus mendapatkan noda kemerahan pada pakaian dalamnya?Sementara Arsyil, pria itu terus menerus resah karena menurutnya, Azmya terus menunda aktivitas seksual mereka.Tapi, saat sang istri meluapkan emosinya, tubuh pria itu bergetar.Kanker? Bagaimana jika Azmya benar-benar mengidap kanker? Apa yang harus dia perbuat jika kemungkinan menyeramkan itu terjadi?Dirinya tak akan sanggup berpisah dari Azmya. Dia tak akan sanggup melihat wanita tersiksa karena suatu penyakit. Pria itu ikut berjongkok di samping Azmya.“Kita periksa ke dokter ya, Sayang.”“Aku takut, Ars. Aku takut,” lirih wa
Kejantanan Arsyil bereaksi melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Azmya begitu menggoda hasrat kelelakiannya. Kedua kaki wanita itu terbuka lebar. Dia pasti bisa dengan mudah melesakkan senjatanya ke dalam sana, lalu bermanuver dengan brutal. Azmya pasti akan sangat menikmatinya.Pikiran Arsyil mendadak beku saat seorang perawat menutup organ kewanitaan sang istri. Dan tak lama setelah itu sang dokter duduk persis di hadapan area sensitif Azmya.Pasti aroma candu itu menyeruak di hidung sang dokter. Kurang ajar sekali dokter itu! Seenaknya saja dia bisa menikmati aroma yang selalu membuatnya candu!Tangan Arsyil mengepal. Pria itu hendak menghampiri dokter, namun Azmya berhasil menahannya.“Kamu di sini saja!” Sengaja Azmya menahan pria itu agar terus berada di sisinya. Azmya tau apa yang ada di pikiran sang suami saat melihat dokter tengah duduk di depan kewanitaannya. Pria itu kini hanya bisa menggenggam jemari sang istri. Lebih tepatnya, Azmya yang
Azmya dan Arsyil terus berpelukan di kamar hotel setelah pulang dari rumah sakit. Beruntung Arsyil sudah memesan kamar hotel di dekat rumah sakit. Siapa yang sangka jika dokter meminta mereka melakukan pemeriksaan laboratorium besok pagi?Padahal Arsyil memesan kamar hotel karena takut akan kabar buruk yang mereka dapatkan hingga pria itu tak sanggup menyetir kembali ke kediaman mereka. Namun, kamar hotel ini malah menjadi tempat transit mereka karena besok pagi harus melakukan pemeriksaan laboratorium.“Akhirnya aku hamil, Ars. Aku mengandung anak kamu. Aku senang sekali,” ungkap Azmya. Arsyil sedari tadi terus mencium puncak kepala sang istri. Pria itu juga merasa bahagia karena Azmya terlihat sangat bahagia.“Kamu bahagia tidak, Ars?”“Tentu saja, Sayang. Aku sangat bahagia karena sebentar lagi akan menyaksikan hasil cetakan kita selama tiga tahun ini.”Azmya terkekeh-kekeh saat mendengar Arsyil mengucapkan hasil cetakan. Seo
“Menyebalkan!” teriak Azmya sebelum melangkah menuju kamar mandi. Sementara Arsyil terkekeh-kekeh melihatnya. Arsyil langsung mendekap erat Azmya yang baru saja selesai membersihkan wajahnya.“Kamu, ih! Selalu saja begitu. Kamu kan tau aku tidak suka kalau wajahku disembur begitu!”“Hahaha ... Aku sengaja. Kamu terlihat tambah cantik kalau belepotan cairanku,” ledek Arsyil. Azmya hanya menatap kesal pada sang suami.“Mending aku tidur daripada mendengarkan ocehan mesummu itu!”Kembali Arsyil terkekeh-kekeh. Pria itu tentu saja tak membiarkan Azmya meninggalkannya begitu saja. Dia masih ingin berbicara banyak pada sang istri. Terutama panggilan Azmya padanya. Sejak mereka sekolah, hingga saat ini, Azmya terus saja memanggil namanya tanpa ada panggilan kesayangan.“Bagaimana kalau papa?” “Papa Ars? Lucu juga,” ucap Azmya.“Papa saja. Tidak perlu pakai Ars dibelakangnya. Papanya hanya aku saja. Memangnya dia mau punya berapa papa? Memangnya kamu ada re
Sifat manja Azmya bertambah berkali-kali lipat. Wanita itu ingin selalu berada dalam pelukan sang suami. Bahkan, jika berjalan di pagi hari sembari berjemur, Azmya terus bergelayut manja di lengan Arsyil.“Lihat deh tuh, hamil begitu saja manjanya minta ampun. Gelendotan terus sama Kang Arsyil!”“Maklumlah, kan hamilnya lama. Jadi mencari kesempatan untuk bermanja-manja sama Nak Arsyil,” sahut Indri.“Wajar kalau Neng Mia bermanja sama suaminya. Kalau Neng Mia bermanja dengan suaminya Bu RT, baru deh Ibu boleh sewot!” ketus Ceu Edah.Wanita yang selalu menyediakan masakan untuk Arsyil dan Azmya, begitu kesal dengan orang-orang yang selalu menggunjing Azmya. Terlebih saat wanita itu tau, dengan apa yang dilakukan oleh Mutiara dan ibunya kepada Azmya. Bertambahlah rasa kesal Ceu Edah dengan wanita-wanita penggunjing itu.“Coba saja kalau dia berani menggoda suami saya! Habis dia saya unyeng-unyeng!” ucap Indri. Seketika Ceu Edah terkekeh mendengar celotehan is
Kehamilan Azmya benar-benar membuat Arsyil bahagia. Bukan hanya karena Azmya semakin manja padanya, hasrat Azmya juga semakin menggebu-gebu. Azmya begitu menggilai Arsyil. Wanita itu seakan tak pernah puas menjamah sang suami.Pernah suatu kali Azmya menemani Arsyil melakukan pemeriksaan ke kebun organik mereka. Arsyil yang sibuk berbicara dengan para pekerja, membuat Azmya yang sedari tadi bergelayut manja pada lengan pria itu, kini berpindah. Azmya mendekap sang suami dari belakang. Arsyil hanya tersenyum saat wanita itu mengeratkan pelukannya.Arsyil mulai resah, saat Azmya merogoh dadanya. Wanita itu menyelipkan telapak tangan ke dalam kaos yang dikenakan Arsyil. Azmya meraba dada pria itu. Tubuh Arsyil bergetar. Azmya terus meraba tubuhnya.Berulangkali Arsyil menoleh, menatap dengan mata satunya pada wanita yang terus merabanya itu. Arsyil bertambah resah, saat Azmya mulai mengecup punggungnya. Arsyil tau, saat itu, Azmya menginginkan dirinya. Dia pun begitu.
Anggita begitu terkejut saat tiba-tiba kedua orang tuanya masuk ke dalam bilik ya dan mengatakan jika mereka baru saja menemui Arsyil. Bertanya-tanya dalam hati, apa yang diperbuat orang tuanya di kediaman pria yang dicintainya itu? Apa orang tuanya sudah mengetahui alasan yang sebenarnya, mengapa dia dipecat? Apa ayah dan ibunya akan memarahinya karena mencintai suami orang? Apa ayah dan ibunya akan murka karena dia sering menonton aksi Arsyil dan Azmya?Anggita pun menegakkan tubuhnya. Gadis itu bersiap akan cecaran orang tuanya. Tapi, kalimat pertama yang ditanyakan oleh ibunya, membuat Anggita terkejut.“Apa benar Pak Arsyil sering menggoda kamu?” tanya Mila. Dahi Anggita berkerut mendengar pertanyaan sang ibunda.Menggoda? Pria beristri itu tak pernah sekalipun menggodanya. Jangankan menggoda, pria itu bahkan tidak bisa untuk digoda. Kenapa kedua orang tuanya bisa mempunyai pikiran seperti itu?“Bapak dan ibu tadi bertemu dengan tetangganya. Katanya Pak Arsyil itu sering menggo
“Kenalkan, nama saya Indri. Saya istri dari ketua RT, tempat di mana Arsyil dan Azmya tinggal. Kebetulan rumah saya tepat di depan rumah mereka,” ucap Indri.“Ada apa dengan mereka?” tanya wanita itu. Mila pun tanpa ragu menyeritakan apa yang terjadi pada anaknya.“Mia memang seperti itu. Cemburuan gak jelas. Anak saya juga mengalami nasib yang tidak jauh beda. Padahal Arsyil itu naksir berat dengan anak saya tadinya. Tau-tau digoda oleh si Mia itu! Eh ... sekarang malah menuduh anak Ibu dan Bapak yang menggoda suaminya. Padahal saya yakin, pasti Arsyil yang lebih dulu menggoda anak Bapak dan Ibu. Arsyil itu sebenarnya jenuh sama istrinya yang tidak bisa apa-apa itu!”“Berarti Pak Arsyil itu mata keranjang ya?” tanya Mila. Wanita paruh baya itu menatap tak percaya.“Bukan Arsyil yang mata keranjang. Tapi, istrinya itu yang tidak becus dalam mengurusi suami. Mia itu kan tidak bisa memasak, tidak bisa mengurus rumah. Bahkan sudah tidak perawan saat menikah!”Mata Mila dan Jajang melebar
Mila dan sang suami memutuskan untuk berhenti di sebuah warung makan yang tak jauh dari kediaman Arsyil dan Azmya. Pasangan suami istri paruh baya itu masih begitu emosional. Ucapan Arsyil dan Azmya yang menuduh anaknya hendak menjadi orang ketiga bagi rumah tangga keluarga petani itu, membuat Mila dan sang suami meradang.Mereka tau betul sikap Anggita. Putri sulung mereka itu adalah seorang anak yang lemah lembut. Lakunya juga sangat baik. Anggita bahkan tak pernah terlihat berhubungan dekat dengan seorang pria. Bagaimana mungkin anak yang begitu lugu bisa menggoda seorang pria yang notabenenya adalah majikannya? Bahkan pria itu berusia jauh lebih tua dari anak mereka.“Saya yakin Pak. Pasti Bu Mia itu mengada-ada. Masa anak kita dituduh menggoda suaminya. Pasti dianya saja yang cemburuan. Atau ... jangan-jangan Pak Arsyil yang menggoda anak kita, tapi menuduh Anggi yang menggodanya, saat ketahuan oleh istrinya itu!” umpat Mila.“Menurut Bapak juga
Ibu kandung Anggita menghampiri rumah Arsyil yang berada di desa yang bersebelahan dengan desa tempatnya tinggal. Mila berangkat ke sana bersama sang suami. Sebenarnya pria itu tak mau menemani sang istri untuk mengemis sebuah pekerjaan untuk anaknya. Menurut pria itu, Anggita terlalu berlebihan. Harusnya, dengan pengalaman kerjanya selama mendampingi Arkana, anak gadisnya itu mampu mencari pekerjaan dengan lebih mudah.Namun, saat Anggita sama sekali tak menyentuh makanannya. Saat anaknya itu harus dipasangi selang infus karena tak mendapatkan asupan makanan dan cairan yang cukup, mau tak mau, pria itu mengikuti sang istri ke kediaman Arsyil dan Azmya.Sesampainya di sana, kedua orang tua Anggita memohon agar sang anak diperbolehkan untuk kembali bekerja di sana.“Kasihan Anggi sampai tidak mau makan dan minum, Pak, Bu,” ucap Mila. Wanita paruh baya itu, tanpa tau persolan yang menimpa anaknya, terus memohon pada Arsyil dan Azmya.“Mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima Anggi untu
Sementara itu, saat Azmya begitu menikmati permainan sang suami. Ada seorang gadis cantik yang terus menangis karena baru saja diberhentikan dari pekerjaannya. Gadis itu menangis bukan karena kehilangan pekerjaan. Dia menangis karena tak lagi bisa menatap pria pujaan hatinya lagi.Biasanya, setiap pagi gadis itu bersemangat karena akan kembali melihat seorang pria dewasa yang begitu perkasa. Menyapa pria itu, mendengar suara pria itu, bahkan menyaksikan tubuh atletis pria itu, sudah menjadi santapan sehari-hari Anggita. Arsyil Yudistira memang begitu memesona. Walau pria itu berusia tiga puluhan, tapi wajah tampan dan tubuh atletisnya, membuat Arsyil terlihat sangat menggairahkan bagi gadis-gadis seumuran Anggita.Gadis itu tak pernah menyangka jika dirinya akan jatuh cinta pada seorang pria yang berusia sepuluh tahun lebih tua darinya. Anggita merasakan getaran-getaran itu di hatinya, saat Arsyil mulai suka memujinya. Sejak saat itu, senyuman yang selalu ditampilkan oleh petani tamp
“Sepertinya beberapa hari belakangan, kamu cukup sehat,” ucap Arsyil saat dirinya bersama sang istri baru saja masuk ke kamar.“Iya. Rasanya tubuhku sudah mulai segar kembali. Apalagi tadi pagi sudah diurut dengan Ceu Edah. Tubuh ini jadi terasa tambah segar,” ungkap Azmya. Senyuman lebar terkembang di wajah Arsyil. Pria itu seketika menyergap Azmya. Memeluk erat sang istri dari belakang. Kini Arsyil sudah membenamkan wajahnya pada lekuk leher Azmya.“Sudah bisa melayaniku dong, kalau begitu.”Arsyil tak membutuhkan jawaban dari Azmya. Melihat kondisi tubuh sang istri begitu bugar, Arsyil pun tau jika Azmya sudah siap untuk melayaninya.Jemari pria itu kini telah menangkup salah satu benda kenyal milik Azmya. Arsyil memberikan pijatan-pijatan lembut di sana seraya memberikan jejak-jejak kepemilikan di leher sang istri.Azmya tentu saja mulai menikmatinya. Terlebih saat pria itu mulai menggesek-gesekkan bagian tubuhnya yang
Arkana sebenarnya tak lagi membutuhkan shadow teacher untuk mendampinginya belajar. Anak petani tampan itu sudah tak mengenyam pendidikan formal sejak tahun lalu. Begitu lulus dari sekolah taman kanak-kanak, Arsyil dan Azmya memutuskan jika sang anak melanjutkan pendidikan homeschooling.Azmya dan Arsyil langsung yang menjadi mentor bagi Arkana. Mereka memberikan banyak buku tentang pertanian dan robotik untuk Arkana. Arsyil bahkan mengajarkan Arkana yang baru berusia tujuh tahun itu untuk berselancar di internet, Deni memuaskan hasrat sang anak akan ilmu pengetahuan.Selama satu tahun setelah Arkana lulus dari taman kanak-kanak, Anggita hadir di sana, hanya untuk menemani Arkana jika Arsyil dan Azmya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.Dan kini, tanpa kehadiran Anggita, Arsyil harus benar-benar bisa membagi waktu antara mengurusi bisnis perkebunannya, mengurusi usaha yang dirintis oleh Azmya, serta menemani Arkana belajar.Sementara Azmya yang tengah hamil muda, hanya mampu terkula
“Kamu mengatakan ini agar aku melayanimu, kan, Ars?! Kamu kenapa sih, Ars? Sejak dulu, kalau menyangkut hal yang begituan, kamu selalu seperti anak kecil. Aku sedang tidak enak badan, Ars! Kalau aku dalam keadaan fit, aku juga tidak pernah menolak keinginan kamu!”“Mi ... Jangan teriak-teriak. Nanti, Arka dengar.”“Biar saja dia dengar. Biar dia tau kalau papanya begitu kekanakan! Hanya memikirkan dirinya sendiri!”“Anggi menawarkan diri untuk jadi istri keduaku!” ucap Arsyil.“APA?!”Azmya benar-benar terkejut dengan pernyataan yang baru saja terlontar dari bibir sang suami. Anggita menawarkan diri untuk menjadi istri kedua sang suami? Gadis itu secara terang-terangan mengatakan jika dia tertarik pada Arsyil. Yang benar saja!“Dia bilang, dia akan melayaniku dengan baik. Dia bahkan rela hanya dinikahi secara siri.”Lagi, Azmya terperangah. Bagaimana mungkin gadis yang begitu muda dan cantik, rela menyerahkan dirinya begitu saja pada seorang pria beristri? “Apa kamu pernah menjanjika
“Sayang ... Apa Arka masih membutuhkan seorang guru bayangan? Arka kan sudah tidak sekolah formal lagi?” tanya Arsyil saat pria itu baru saja mengantarkan Anggita ke depan pintu gerbang.“Ars ... Bisa tidak sih, kalau kamu tidak menganggu aku. Sebentar saja, Ars. Aku sedang merasa sangat lelah, pusing, mual, seluruh badanku rasanya tidak enak,” keluh Azmya.Baru saja dirinya terlelap. Sang suami sudah kembali mengganggunya. Padahal beberapa menit yang lalu, dirinya baru saja berpesan jika dia tak ingin diganggu.“Aku baru saja memecat Anggi.”Dahi Azmya berkerut. Wanita itu seketika menegakkan tubuhnya. Azmya tentu saja bingung karena sang suami tiba-tiba memecat seseorang yang sudah banyak membantu mereka. Sudah hampir dua tahun gadis itu menemani Arka. Arsyil bahkan bersikap begitu baik pada Anggita. Hingga Azmya kerap mendapati percikan cemburu di hatinya.“Memecat? Kok bisa? Dia berbuat apa? Ketahuan mencuri? Dia mencuri, iya? mencuri apa? Perabotan rumah? Uang? atau apa?”Arsyil