“Anak kita sudah lahir, Sayang. Anak kita sudah lahir!” pekik Aldi. Dengan antusias pria itu melangkah, menghampiri bayi yang baru saja keluar dari rahim sang istri.Seketika Aldi terjatuh.Pingsan.Suasana ruang bersalin menjadi tegang. Dokter dan bidan masih membantu persalinan Vani. Bayi itu baru saja dikeluarkan. Plasenta (ari-ari) bahkan masih belum keluar dari tubuh wanita itu.Dokter masih harus meminta Vani mengejan untuk mengeluarkannya plasenta itu, memotong tali pusat bayi. Bidan juga masih harus membersihkan bayi dan meletakkan bayi yang baru dilahirkan itu pada dada Vani untuk melakukan inisiasi menyusui dini (IMD).Dokter juga harus menjahit sedikit robekan yang terjadi saat proses kelahiran. Tapi, sekarang, dokter, bidan dan perawat yang harusnya masih sibuk dengan proses kelahiran bayi Vani, harus menambah keruwetan itu dengan mengurusi Aldo yang tiba-tiba pingsan saat melihat banyak darah bersimbah.Bahkan, Vani yang harusnya rileks
“Tolong izinkan ya, Al. Karena aku tidak tau, apakah suatu saat aku bisa mendengar seorang anak memanggilku dengan sebutan bunda? Andai aku tak memiliki anak, setidaknya ada Dio yang memanggilku dengan sebutan bunda.”Mendengar penuturan sang istri, ada rasa nyeri menjalar di hati Arsyil. Hatinya bertambah nyeri, saat melihat berulangkali Azmya menyeka air matanya sembari tersenyum kepada Dio— bayi mungil yang baru berusia tiga jam itu.Bukan hanya Arsyil yang dapat merasakan kepedihan Azmya. Vani dan Aldo pun sama. Vani bahkan terus meneteskan air mata. Suara ketukan pintu membuat lamunan kesedihan kami semua, buyar.“Jam besuk sudah habis ya, Pak, Bu. Yang boleh menemani pasien hanya satu orang saja,” ucap perawat yang sudah berdiri di ambang pintu.Mendengar hal itu, Azmya mengembalikan Dio kepada Vani. Arsyil dan Azmya pun berpamitan.“Besok pagi, aku boleh ke sini lagi kan, Van?”“Boleh dong, Bunda Mimi,” jawab Aldo. Bibir Azmya melengkung semp
Sepanjang perjalanan Azmya menutup rapat mata dan bibirnya. Sebenarnya wanita itu tak tidur. Azmya hanya berpura-pura tidur untuk menghindari dialog dengan sang suami. Azmya merasa kesal dengan Arsyil karena wanita itu merasa sang suami tak mengerti dengan apa yang dia rasakan saat ini.Perasaan iri dan dengki, baru kali ini dirasakan oleh wanita itu. Sejak dulu hingga beberapa jam lalu, Azmya adalah orang yang selalu bersyukur dengan apa yang sudah dimilikinya. Tak pernah sekalipun Azmya merasa iri terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain, walaupun dirinya belum memiliki hal itu.Tapi kali ini, Azmya tak dapat menguasai dirinya. Azmya merasa kesal karena dia merasa iri dengan seseorang. Terlebih itu adalah sahabatnya.Kenapa dirinya tak kunjung hamil?Padahal dirinya tak henti berharap dan berdoa. Tapi, setelah tiga tahun menikah, kenapa janin itu juga belum tumbuh di rahimnya?Walau berkata sudah mengikhlaskan, walau tak lagi memikirkan, tapi, saat
“Aku pamit. Kalau Kamu mau menjemput, tolong tiba di sana pukul lima sore.” ucap Azmya datar. Arsyil mengangguk lemah. Pria itu ingin mengecup dahi sang istri, namun Azmya menghindar.Arsyil benar-benar resah dengan sikap sang istri. Seharian di rumah tanpa Azmya, membuat pria itu terus gelisah. Berulangkali Arsyil menghubungi sang istri, namun Azmya mengabaikannya. Pesan yang Arsyil kirimkan pun tak pernah dapat balasan. Bahkan Azmya tak membaca pesan itu.Bertambah resah, dua jam setelah kepergian Azmya, pria itu menyusul sang istri. Mungkin Azmya masih dalam perjalanan, karena menuju rumah sakit tempat Vani melahirkan, butuh waktu tiga jam.Tepat pukul 08:00 WIB Arsyil menyusul sang istri. Pria itu sengaja mengendarai mobilnya dengan santai. Dirinya tau, Azmya pasti akan marah padanya, jika dia datang secepat ini. Tapi Arsyil tak mau memedulikan hal itu. Baginya, yang terpenting adalah dia bisa melihat Azmya.Tiga jam setelah Arsyil tiba di rumah sakit, pria
Arsyil terpaku. Pria itu tak bisa bergerak kala matanya bersiborok dengan tatapan Azmya.Arsyil tertangkap basah. Pria itu ketahuan. Ini masih pukul dua belas, lima jam lebih awal dari perjanjian mereka.Senyum di bibir Azmya mendadak sirna. Wanita itu menatap tajam sang suami dari balik pintu.“Mampus aku!” ucap Arsyil. Pria itu tau, Azmya pasti akan marah padanya. Lebih-lebih marah, Azmya pasti merasa kecewa, pikirnya.Arsyil tercekat. Pria itu menelan ludahnya dengan sudah payah.“Kenapa Bro?!” tanya Aldo penasaran. Pasalnya, Arsyil terlihat begitu tegang.“Ketauan, Bro,” lirih Arsyil. Seketika Aldo tertawa terbahak-bahak. Pria itu sudah bisa membayangkan, Azmya yang cerewet itu akan memarahi Arsyil habis-habisan. Sejujurnya Aldi merasa senang jika itu terjadi. Itu artinya Azmya akan melepaskan Dio. Sejak kedatangan Azmya pagi tadi, dirinya sama sekali tak bisa menyentuh sang anak. Karena Azmya begitu memonopoli Dio.Namun, apa yang diharapkan ole
“Aku ... Takut mengganggu Kamu. Kamu terlihat bahagia sekali sewaktu menggendong Dio.”Azmya mengembuskan napas panjang. Sebenarnya dia malas sekali menyapa sang suami. Padahal dia sudah berpesan pada sang suami untuk datang ketika hari hampir senja. Walau masih merasa kesal, tapi Azmya juga tak tega saat melihat pria itu duduk di lantai, seperti potret yang dikirim oleh Aldo tadi.“Ayo masuk saja,” ajak Azmya. Pria itu tertegun, menatap tepat di manik Azmya. “Boleh?” lirih Arsyil. Azmya hanya menjawabnya dengan mengangguk. Tapi Arsyil sedikit ragu, sampai Azmya mengulirkan tangannya. Dengan penuh semangat dan senyum sumringah Arsyil menyambutnya. Walau pria itu hanya duduk di sofa, tapi bisa terus memerhatikan sang istri dari dekat, sudah membuat Arsyil bahagia. Apalagi Azmya selalu tersenyum sumringah ketika berinteraksi anak dari sahabatnya itu.Melihat sang istri begitu berbinar, Arsyil pun bertekad untuk mengabulkan keinginan Azmya untuk melakukan program kehamilan. Keinginan Ars
Menyusuri lorong-lorong rumah sakit, Arsyil menoleh ke kanan dan kiri, mencari keberadaan sang istri. Tapi, langkah kaki pria itu seketika terhenti. Tangan Arsyil mengepal erat. Pantas saja perasaannya tak enak sejak tadi. Pemandangan yang dilihatnya kini, benar-benar membuat pria itu geram.Azmya tengah berbincang dengan Irwan—mantan kekasihnya.Gegas Arsyil mengayun langkah, menghampiri keduanya dengan tangan terkepal.“Rasa cinta di hatiku masih ada Mi.” Mendengar ungkapan rasa pria itu terhadap istrinya, seketika Arsyil menghentikan langkahnya. Pria itu memutuskan bersembunyi di balik tembok, persis di samping Azmya dan Irwan yang tengah berbincang. Pria itu tak mau menyalahkan Irwan begitu saja. Bisa saja Irwan dan Azmya memang mengatur janji temu.Jadi ini hal yang diungkapkan oleh Vani, tadi. Hal yang membuat Azmya tak lagi resah. Suatu hal yang membuat Azmya tenang adalah Irwan?Arsyil menahan gejolak amarah yang kini membuncah dalam hatinya. Pr
“Kita tanya jadwal dokter kandungan ya. Biar bisa secepatnya konsultasi perihal kehamilan.”Azmya terperanjat. Wanita itu menoleh, menatap sang suami dengan tatapan tak percaya.“Aku penasaran, bagaimana rasanya bercinta dengan Azmya-ku yang membuncit!”Azmya tak dapat membendung air matanya. Tak pernah dibayangkan olehnya, Arsyil mengajak dirinya untuk melakukan program kehamilan. Padahal dirinya sudah membujuk pria itu selama usia pernikahan mereka. Tapi Arsyil kekeuh dengan pernyataannya, jika anak adalah anugerah dari Tuhan yang akan diberikan pada siapa saja yang dikehendakinya. Dan menjalankan program kehamilan, dirasa pria itu tak perlu. Karena dengan atau tanpa melakukan program kehamilan apapun, jika mereka ditakdirkan untuk memiliki anak, maka anak itu akan hadir di rahim sang istri. Begitupun sebaliknya.Jika mereka ditakdirkan untuk tak memiliki anak, maka, anak itu tak akan hadir walau mereka melakukan program kehamilan dengan alat tercanggih sekali
Anggita begitu terkejut saat tiba-tiba kedua orang tuanya masuk ke dalam bilik ya dan mengatakan jika mereka baru saja menemui Arsyil. Bertanya-tanya dalam hati, apa yang diperbuat orang tuanya di kediaman pria yang dicintainya itu? Apa orang tuanya sudah mengetahui alasan yang sebenarnya, mengapa dia dipecat? Apa ayah dan ibunya akan memarahinya karena mencintai suami orang? Apa ayah dan ibunya akan murka karena dia sering menonton aksi Arsyil dan Azmya?Anggita pun menegakkan tubuhnya. Gadis itu bersiap akan cecaran orang tuanya. Tapi, kalimat pertama yang ditanyakan oleh ibunya, membuat Anggita terkejut.“Apa benar Pak Arsyil sering menggoda kamu?” tanya Mila. Dahi Anggita berkerut mendengar pertanyaan sang ibunda.Menggoda? Pria beristri itu tak pernah sekalipun menggodanya. Jangankan menggoda, pria itu bahkan tidak bisa untuk digoda. Kenapa kedua orang tuanya bisa mempunyai pikiran seperti itu?“Bapak dan ibu tadi bertemu dengan tetangganya. Katanya Pak Arsyil itu sering menggo
“Kenalkan, nama saya Indri. Saya istri dari ketua RT, tempat di mana Arsyil dan Azmya tinggal. Kebetulan rumah saya tepat di depan rumah mereka,” ucap Indri.“Ada apa dengan mereka?” tanya wanita itu. Mila pun tanpa ragu menyeritakan apa yang terjadi pada anaknya.“Mia memang seperti itu. Cemburuan gak jelas. Anak saya juga mengalami nasib yang tidak jauh beda. Padahal Arsyil itu naksir berat dengan anak saya tadinya. Tau-tau digoda oleh si Mia itu! Eh ... sekarang malah menuduh anak Ibu dan Bapak yang menggoda suaminya. Padahal saya yakin, pasti Arsyil yang lebih dulu menggoda anak Bapak dan Ibu. Arsyil itu sebenarnya jenuh sama istrinya yang tidak bisa apa-apa itu!”“Berarti Pak Arsyil itu mata keranjang ya?” tanya Mila. Wanita paruh baya itu menatap tak percaya.“Bukan Arsyil yang mata keranjang. Tapi, istrinya itu yang tidak becus dalam mengurusi suami. Mia itu kan tidak bisa memasak, tidak bisa mengurus rumah. Bahkan sudah tidak perawan saat menikah!”Mata Mila dan Jajang melebar
Mila dan sang suami memutuskan untuk berhenti di sebuah warung makan yang tak jauh dari kediaman Arsyil dan Azmya. Pasangan suami istri paruh baya itu masih begitu emosional. Ucapan Arsyil dan Azmya yang menuduh anaknya hendak menjadi orang ketiga bagi rumah tangga keluarga petani itu, membuat Mila dan sang suami meradang.Mereka tau betul sikap Anggita. Putri sulung mereka itu adalah seorang anak yang lemah lembut. Lakunya juga sangat baik. Anggita bahkan tak pernah terlihat berhubungan dekat dengan seorang pria. Bagaimana mungkin anak yang begitu lugu bisa menggoda seorang pria yang notabenenya adalah majikannya? Bahkan pria itu berusia jauh lebih tua dari anak mereka.“Saya yakin Pak. Pasti Bu Mia itu mengada-ada. Masa anak kita dituduh menggoda suaminya. Pasti dianya saja yang cemburuan. Atau ... jangan-jangan Pak Arsyil yang menggoda anak kita, tapi menuduh Anggi yang menggodanya, saat ketahuan oleh istrinya itu!” umpat Mila.“Menurut Bapak juga
Ibu kandung Anggita menghampiri rumah Arsyil yang berada di desa yang bersebelahan dengan desa tempatnya tinggal. Mila berangkat ke sana bersama sang suami. Sebenarnya pria itu tak mau menemani sang istri untuk mengemis sebuah pekerjaan untuk anaknya. Menurut pria itu, Anggita terlalu berlebihan. Harusnya, dengan pengalaman kerjanya selama mendampingi Arkana, anak gadisnya itu mampu mencari pekerjaan dengan lebih mudah.Namun, saat Anggita sama sekali tak menyentuh makanannya. Saat anaknya itu harus dipasangi selang infus karena tak mendapatkan asupan makanan dan cairan yang cukup, mau tak mau, pria itu mengikuti sang istri ke kediaman Arsyil dan Azmya.Sesampainya di sana, kedua orang tua Anggita memohon agar sang anak diperbolehkan untuk kembali bekerja di sana.“Kasihan Anggi sampai tidak mau makan dan minum, Pak, Bu,” ucap Mila. Wanita paruh baya itu, tanpa tau persolan yang menimpa anaknya, terus memohon pada Arsyil dan Azmya.“Mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima Anggi untu
Sementara itu, saat Azmya begitu menikmati permainan sang suami. Ada seorang gadis cantik yang terus menangis karena baru saja diberhentikan dari pekerjaannya. Gadis itu menangis bukan karena kehilangan pekerjaan. Dia menangis karena tak lagi bisa menatap pria pujaan hatinya lagi.Biasanya, setiap pagi gadis itu bersemangat karena akan kembali melihat seorang pria dewasa yang begitu perkasa. Menyapa pria itu, mendengar suara pria itu, bahkan menyaksikan tubuh atletis pria itu, sudah menjadi santapan sehari-hari Anggita. Arsyil Yudistira memang begitu memesona. Walau pria itu berusia tiga puluhan, tapi wajah tampan dan tubuh atletisnya, membuat Arsyil terlihat sangat menggairahkan bagi gadis-gadis seumuran Anggita.Gadis itu tak pernah menyangka jika dirinya akan jatuh cinta pada seorang pria yang berusia sepuluh tahun lebih tua darinya. Anggita merasakan getaran-getaran itu di hatinya, saat Arsyil mulai suka memujinya. Sejak saat itu, senyuman yang selalu ditampilkan oleh petani tamp
“Sepertinya beberapa hari belakangan, kamu cukup sehat,” ucap Arsyil saat dirinya bersama sang istri baru saja masuk ke kamar.“Iya. Rasanya tubuhku sudah mulai segar kembali. Apalagi tadi pagi sudah diurut dengan Ceu Edah. Tubuh ini jadi terasa tambah segar,” ungkap Azmya. Senyuman lebar terkembang di wajah Arsyil. Pria itu seketika menyergap Azmya. Memeluk erat sang istri dari belakang. Kini Arsyil sudah membenamkan wajahnya pada lekuk leher Azmya.“Sudah bisa melayaniku dong, kalau begitu.”Arsyil tak membutuhkan jawaban dari Azmya. Melihat kondisi tubuh sang istri begitu bugar, Arsyil pun tau jika Azmya sudah siap untuk melayaninya.Jemari pria itu kini telah menangkup salah satu benda kenyal milik Azmya. Arsyil memberikan pijatan-pijatan lembut di sana seraya memberikan jejak-jejak kepemilikan di leher sang istri.Azmya tentu saja mulai menikmatinya. Terlebih saat pria itu mulai menggesek-gesekkan bagian tubuhnya yang
Arkana sebenarnya tak lagi membutuhkan shadow teacher untuk mendampinginya belajar. Anak petani tampan itu sudah tak mengenyam pendidikan formal sejak tahun lalu. Begitu lulus dari sekolah taman kanak-kanak, Arsyil dan Azmya memutuskan jika sang anak melanjutkan pendidikan homeschooling.Azmya dan Arsyil langsung yang menjadi mentor bagi Arkana. Mereka memberikan banyak buku tentang pertanian dan robotik untuk Arkana. Arsyil bahkan mengajarkan Arkana yang baru berusia tujuh tahun itu untuk berselancar di internet, Deni memuaskan hasrat sang anak akan ilmu pengetahuan.Selama satu tahun setelah Arkana lulus dari taman kanak-kanak, Anggita hadir di sana, hanya untuk menemani Arkana jika Arsyil dan Azmya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.Dan kini, tanpa kehadiran Anggita, Arsyil harus benar-benar bisa membagi waktu antara mengurusi bisnis perkebunannya, mengurusi usaha yang dirintis oleh Azmya, serta menemani Arkana belajar.Sementara Azmya yang tengah hamil muda, hanya mampu terkula
“Kamu mengatakan ini agar aku melayanimu, kan, Ars?! Kamu kenapa sih, Ars? Sejak dulu, kalau menyangkut hal yang begituan, kamu selalu seperti anak kecil. Aku sedang tidak enak badan, Ars! Kalau aku dalam keadaan fit, aku juga tidak pernah menolak keinginan kamu!”“Mi ... Jangan teriak-teriak. Nanti, Arka dengar.”“Biar saja dia dengar. Biar dia tau kalau papanya begitu kekanakan! Hanya memikirkan dirinya sendiri!”“Anggi menawarkan diri untuk jadi istri keduaku!” ucap Arsyil.“APA?!”Azmya benar-benar terkejut dengan pernyataan yang baru saja terlontar dari bibir sang suami. Anggita menawarkan diri untuk menjadi istri kedua sang suami? Gadis itu secara terang-terangan mengatakan jika dia tertarik pada Arsyil. Yang benar saja!“Dia bilang, dia akan melayaniku dengan baik. Dia bahkan rela hanya dinikahi secara siri.”Lagi, Azmya terperangah. Bagaimana mungkin gadis yang begitu muda dan cantik, rela menyerahkan dirinya begitu saja pada seorang pria beristri? “Apa kamu pernah menjanjika
“Sayang ... Apa Arka masih membutuhkan seorang guru bayangan? Arka kan sudah tidak sekolah formal lagi?” tanya Arsyil saat pria itu baru saja mengantarkan Anggita ke depan pintu gerbang.“Ars ... Bisa tidak sih, kalau kamu tidak menganggu aku. Sebentar saja, Ars. Aku sedang merasa sangat lelah, pusing, mual, seluruh badanku rasanya tidak enak,” keluh Azmya.Baru saja dirinya terlelap. Sang suami sudah kembali mengganggunya. Padahal beberapa menit yang lalu, dirinya baru saja berpesan jika dia tak ingin diganggu.“Aku baru saja memecat Anggi.”Dahi Azmya berkerut. Wanita itu seketika menegakkan tubuhnya. Azmya tentu saja bingung karena sang suami tiba-tiba memecat seseorang yang sudah banyak membantu mereka. Sudah hampir dua tahun gadis itu menemani Arka. Arsyil bahkan bersikap begitu baik pada Anggita. Hingga Azmya kerap mendapati percikan cemburu di hatinya.“Memecat? Kok bisa? Dia berbuat apa? Ketahuan mencuri? Dia mencuri, iya? mencuri apa? Perabotan rumah? Uang? atau apa?”Arsyil